I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Wilayah
pesisir Indonesia yang merupakan sumber daya potensial di Indonesia, yang
merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat
besaryang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km (Dahuri
et al. 2001). Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber
alam yang besar. Potensi itu diantaranya potensi hayati dan nonhayati. Potensi
hayati misalnya: prikanan,hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi
nonhayati misalnya: meineral dan bahan tambang serta parawisata.
Riau
sebagai salah satu provinsi yang memiliki daera perairan terluas di Indonesia
dengan lebih dari 3.214 pulau-pulau, termasuk gugusan pulau terpencil seperti
di Kepulauan Riau dan Natuna. Luas wilayah Provinsi Riau mencapai 329.867,61 km2
, terdiri atas daratan 94.561,62 km2
dan lautan atau perairan235.306 km2 . Berdasarkan Undang-undang No.
5 tahun 1983, luas Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) Propinsi Riau adalah 379.000 km2.
Propinsi Riau memiliki garispantai sepanjang 1.800 mil yang umumnya merupkan
lingkungan rawa dengan hutan bakau seluas 300.000 ha dan kawasan pasang surut
seluas 3.920.000 ha.
Wilayah
kepulauan Riau memiliki cirri khas tersendiri yaitu terdiri dari ribuan pilau
besar dan kecil yang tersebar di laut Cina selatan dan pertemuan antara laut
Cina selatan, selat malaka dan selat karimata. Kepulauan Riau terdiri dari
1.062 buah pulau dan tidak kurang dari 345 buah diantaranya sudah berpenghuni,
sedangkan sisanya walau belum berpenghunoi ta[pi sebagian sudah dimanfaatkan
untuk kegiatan pertanian khususnya usaha perkebunan.pulau-pulau ini sebagian
besar ditutupi oleh air laut. Fisiografi kepulauan mempengaruhi ekosistem-ekosistem
yang terbentuk di kawaasan kepulauan Riau yang didominasi oleh ekosistem laut
dangkal. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir kepulauan Riau
berturut-turut dari darat adalah perairan laut dangkal, terumbu karang, padang
lamun, rumput laut, mangrove dan pantai. Ekosistem terumbu karang adalah salah
satu ekosistem sunur yang terdapat di
kepulauan Riau.
Terumbu
karang (coral reefs) adalah suatu ekosistem di dasarlaut tropis yang dibangun
terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan
algae berkapur. Ekosistem terumbu karang mempunyai manfaat yang bermacam-macam,
yakni sebagai tempat hidup bagi berbagai biota lauttropis lainnya sehingga
terumbu karang memiliki keanekaragaman
jenis biota sangat tinggi dan sangat produktif, dengan bentuk dan warna
yang beraneka ragam, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber bahan makanan dan
daerah tujuan wisata, selain itu juga dari segi ekologi terumbu karang
berfungsi sebagai perlindungan pantai dari hempasan ombak.
Keberadaan
terumbu karang sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat
fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubahkomunitas karang dan menghambat
perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang pada
dasarnya dapat disebabkaboleh factor fisik, biologi dank arena aktivitas
manusia.
1.2.
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah untuk melihat bagaimana sumberdaya pesisir yang ada di
Kepulauan Riau daan diharapkan makalah ini bisa menjadi acuan dalam pengelolaan
wilayah pesisir khususnya terumbu karang.
1.3.
Potensi Wilayah Pesisir
1.3.1.
Potensi
Wilayah Pesisir
Potensi
pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir secara garis besar terdiri dari
tiga kelompok :
1. Sumberdaya
dapat dipulih ( renewable resources )
2. Sumberdaya
tak dapat dipulih ( non-renewable resources )
3. Jasa-jasa
lingkungan ( environmental service )
a.
Sumber
Daya Dapat Pulih
Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama
pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir. Selain mempunyai fungsi
ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan
asuhan bagi bermacam biota, penahan abrasi, penahan amukan angin taufan, dan
tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya, hutan
mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan
sebagai bahan baku obat obatan, dan lain-lain.
Pesisir Kepulauan Riau yang geografisnya
terdiri dari pulau – pulau kecil, pinggirannya
di dominansi oleh pantai pasir putih dan hutan bakau. Ekosistem bakau
banyak terdapat di bagian bagian pulau-pulau yang terlindung dan menyebar
hampir disetiap kelompok pulau, seperti karimun, batam, bintan, siantan,
tambelan, Singkep/selayar. Jenis hutan bakau yang umumnya dietemukan antara
lain : Rhizophora, Soneratia dan Avicenia.
Luas hutan bakau di Kepulauan Riau di
perkirakan sebesar 276.000 ha atau
sekitar 6,49 % luas hutan bakau di
Indonesia. Berikut data kisaran luas hutan bakau yang ada di kepulauan Riau.
Ekosistem hutan mangrove di Kepulauan
Riau mempunyai kondisi yang bervariasi. Pulau karimun dan kundur memiliki hutan
mangrove yang lebat, tebal dan paling luas di bandingkan daerah lain di
Kepulauan Riau. Hutan bakau di Bintan
dan Natuna Relatif sedang. Hutan bakau yang relatif tipis ditemukan di daerah
Barelang dan selingsing. Di kawasan Barelang, sebagian besar kawasan mangrove
sudah dibuka dan di konversi karena aktifitas pembangunan, kecualai di
beberapa tempat seperti di rempang dan
Galang hutan mangrove agak lebih baik.
Terumbu
karang
Ekosistem
terumbu karang adalah salah satu ekosistem subur yang terdapat di Kepulauan
Riau. Ekosistem ini di bentuk oleh komunitas karang dan berbegai biota laut
yang berasosiasi dengan karang. Dalam
hal evaluasi terhadap kondisi ekosistem terumbu karang, criteria yang
dikembangkan berupa tutupan karang.
Ekosistem
terumbu karang dikatakan buruk apabila mempunyai karang hidup sebesar 0 – 24,9
%, sedang apabila tutupan karang hidup 25 – 49,9 %, dikatakan bagus
apabila tutupan karang hidup 50 – 74,9 %
dan dikatakan sangat bagus apabila mempunyai tutupan karang hidup > 75 %
(Gomez dan Alcala (1984). Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Riau terbentang
di paparan dangkal hampir semua pulau – pulau. Tipe terumbu karang yang ada di kepulauan Riau umumnya berupoa karang tepi (
Fringing
reef)
.
Kondisi terumbu karang di kepulauan Riau bervariasi dari suatu daerah ke daerah
lain dengan kategori sedang hingga baik, walaupun ada beberapa spot terumbu
mempunyai kondisi karang yang buruk.
Berikut data persen tutupan karang di beberapa lokasi di Kepulauan Riau.
Rumput
Laut dan Lamun (Seagrass)
Perairan
dangkal di Kepulauan Riau mempunyai 48 jenis rumput laut dan 5 jenis lamun.
Tumbuhan laut yang terdiri dari kelompok lamun dan rumput laut hampir menyebar
di seluruh kelompok pulau dan berasosiasi dengan ekosistem hutan bakau dan
terumbu karang. Jenis-jenis lamun yang
dijumpai di Kepulauan Riau antara lain :
Cymodocea rotundata, C.serrulata, Enhalus
acoroides, Thalassia hemprichii, Holodule pinnifolia, H. Uninervis, Holophila
ovalis, Syringodium isoetifolium dan Thalassodendrum ciliatum.
Sedangkan
jenis rumput laut yang banyak ditemukan di rataan terumbu karang maupun lamun
antara lain kelompok algae merah (Gelidiella, Hypnea, Gracilaria,
Neoginiolithon, Lithothamnion, Dictyota, Laurencia, Fauche), Kelompok alga
hijau (Caulerpa, Halimeda, Cahemorpha, Udoea, Chlorodermis, Valonia, Ulva)
dan kelompok alga coklat ( Sargassum, Padina,
Turbinaria).
Sumber
Daya Perikanan Laut
Potensi
sumber daya perikanan laut di Propinsi Riau terdiri dari wilayah Selat Malaka
dan Laut Cina Selatan sebesar 446.358 ton, dimana pada tahun 1999 produksi ikan lautnya adalah 263.474,5 ton,
yang terdiri dari wilayah perairan malaka, produksi hasil tangkapan 86.701 ton.
Jenis ikan yang terangkap antara lain Nomei, Manyung, gulamah, kurisi, bawal
putih, Parang-parang, selar, kuro/ senangin, kembung, tenggiri, tongkol, Udang
putih dan kerang dara. Selain itu
potensial juga untuk jenis ikan ekspor
yang bernilai ekonomis seperti kerapu sunu, kakap, Ikan Ekor kuning, Ikan merah/bambangan, ikan teri dan
Tambang. Sedangkan pada wilayah perairan laut Cina selatan , produksi tangkapan
mencapai 176.773,5 ton.
Perairan
ini dikategorikan kedalam perairan yang dalam dan masih kaya dengan cadangan
ikan demersal dan pelagis yang belum di eksploitasi seperti sardine dan tuna.
Adapun ikan pelagis yang tertangkap pada kawasan ini antara lain : Tongkol,
Parang-parang, Tenggiri, Selar, teri, tembang, dan kembung. Jenis Ikan
Demersal; kurisi, gulamah, Nomei, Kuro, Bawal Putih serta udang dan ikan karang
seperti kerapu, Bambangan, Ekor Kuning dan Kakap.
Pada
usaha penangkapan ikan, perlu adanya peningkatan keterampilan bagi masyarakat
dengan menggunakan teknologi baru yang efisien.
Hal ini untuk mengantisipasi persaingan penangkapan oleh negara lain
yang sering masuk ke perairan Indonesia dengan teknologi lebih maju. Usaha ini
melibatkan semua pihak mulai dari masyarakat nelayan, pengusaha dan pemerintah
serta pihak terkait lainnya. Hal lain
yang perlu dilakukan adalah memberi pengertian pada masyarakat nelayan tentang
bahaya penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan peledak
atau penggunaan racun.
Jumlah
produksi perikanan yang berasal dari usaha budidaya laut di kepulauan Riau pada tahun 1998 adalah
sebanyak 1.303.,42 ton dan pada tahun
1999 mengalami peningkatan menjadi 1.813,43 ton (38,13%).
b. Sumber daya yang
Tidak Dapat Pulih
Sumber daya yang tidak dapat pulih terdiri
dari seluruh mineral dan geologi, yang termasuk kedalamnya antara lain minyak
gas, granit, emas, timah, Bouksit, tanah liat, pasir, dan Kaolin.Sumber daya
geologi lainnya adalah bahan baku industri dan bahan bangunan, antara lain
kaolin, pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil dan batu pondasi.
Potensi
Pertambangan di Riau Kepulauan sangat besar ini dapat dilihat dari
Perusahaan-perusahaan yang ada di Riau kepulauan diantaranya PT. Aneka Tambang
yang bergerak dalam bidang penambangan Bouksit, PT CONOCO yang bergerak dalam
penambangan Minyak Lepas Pantai.
c. Jasa-jasa Lingkungan
Jasa-jasa
lingkungan yang dimaksud meliputi fungsi kawasan pesisir dan lautan sebagai
tempat rekreasi dan parawisata, media transportasi dan komunikasi, sumber
energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, penampungan
limbah, pengatur iklim, kawasan lindung, dan sistem penunjang kehidupan serta
fungsi fisiologis lainnya. Riau Kepulauan memiliki Potensi Wisata Bahari yang
cukup terkenal. Potensi wisata di
Pesissr Riau Kepulauan tersebar di beberapa zona : 1. Barelang, 2. Bintan, 3.
Karimun-Kundur, 4. Selingsing dan Natuna.
II.
PERMASALAH
Pemanfaatan
sumberdaya dan aktifitas pembangunan menimbulkan dampak terhadap linkungan
ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Dampak tersebut dapat berupa ancaman
terhadap penurunan populasi, keanekaragaman biaota, serta kerusakan ekosistem
dann pantai.
Jenis
ancaman ganguan sumberdaya alam pesisir di kepulauan Riau dapat dibedakan dari
factor penyebab, yaitu ancaman eksploitasi dan ancaman pencemaran serta
kerusakan akibat pembangunan. Ancaman adkibat kegiatan eksploitasi menyebabkan
degradasi beberapa sumberdaya alam diantaranya kerusakan terumbu karang,
penurunan populasi ikan, pengurangan habitat hutan bakau dan padang lamun.
Kerusakan terumbu karang dan penurunan ikan karang di sebabkan pengeboman karang. Penurunan ekosistem bakau
disebabkan penebangan pohon dan pembukaan lahan tambak.
Gambar
1.pengambilan terumbu karang untuk bahan bangunan.
Ancaman
akibat aktifitas pembangunan berupa gangguan fisik seperti pengerukan dan
pengurungan, limbah pencemaran dan konversi lahan. Aktifitas pembangunan yang
ada di Riau Kepulauan antara lain industry, pelabuhan, pertambangan minyak, dan
penggalian pasir. Industry dan pelabuhan terkonsentrasi di Pulau Batam dan
Batan. Sedangkan pertambangan minyak di kepulauan Natunadan penggalian pasir
dilakukan di perairan dangkal Batam dan Bintan. Industry mempunyai potensi
untuk menimbulkan pencemaran pada perairan diantaranya penurunan produktifitas
perairan akibat limbah lapisan minyak dan lemak, logam berat dan bahan
pencemaran lainnya. Penggalian pasir yang intensif di perairan kepulauan Riau
menyebabkan kedalaman. Hal ini akan berdampak terhadap pola oseanografi seprti
arus, gelombanmg, dan sedimentasi. Perubahan arus ini di kuatirkan akan
mengikis pantai di beberapa pulau, bahkan pada tingkat yang serius akan
menenggelamkan pulau seperti yang terjadi di kepulauan karimun.
Adapun isu-isu
permasalahan di wilayah pesisir Riau Kepulauan antara lain :
o Kerusakan
terumbu karang
o Abrasi/erosi
terjadi di pantai yang terbuka terhadap rambatan gelombang yang dibangkitkan
oleh angin. Abrasi yang intensif terjadi di pantai timur pulau Natuna saat
bertiup angin muson utara-timur laut. Abrasi yang intensif juga terjadi di
pantai timur pulau-pulau kabupaten karimun, akibat adanyapenambangan pasir laut
di dasar paerairan tersebut abrasi terjadi akibat penggalian yang intenssif nya
hantaman gelombang karena berkurangnya peredaman energy dan gelombang.
o Penurunan
kualitas air di sekitar perairan karimun karena peningkatan kekeruhan akibat
penambangan pasir.
o Peningkatan
aktifitas kepelabuahan dan industry seperti pelayaran, konstruksi galangan
kapal yang merupakan potensi pencemaran terutama di sekitar pantai baguan barat
dan utara pulau Batam dari segulung, sekupang dan batu ampar.
o Overfishing
o Kerusakan
habitat
o Penggunaan
alattangkap yang dilarang oleh pemerintah seperti: penggunaan bahan peledak,
racun (potassium), trawl,/pukat harimau yang secara ekologis merusak
kelestarian sumberdaya alam terutama terumbu karang.
o Dampak
penambangan yang bersifat negative misalnya pencemaran kualitas lingkungan,
erosi, abrasi dan hilangnya pulau-pulau.
Meningkatnya kerusakan terumbu
karang, dewasa ini telah mengkhawatirkan banyak kalangan, karena dengan
rusaknya terumbu karang akan banyak mempengaruhi status keanekaragaman hayati
laut yang kita miliki selama ini. Kerusakan terumbu karang terutama diakibatkan
oleh aktifitas manusia, seperti penambangan, penggunaan bahan peledak,
penggunaan sianida untuk menangkap ikan, sedimentasi dan pencemaran.
Pemanfaatan potensi terumbu karang tidak
jarang hanya berpegang pada salah satu fungsi yang lain, yaitu sebagai
penyokong kehidupan dan social budaya.
Berbagai
akibat kerusakan terumbu karang mengakibatkan berbagai macam dampak kerugian,
diantaranya menurunnya produksi sumberdaya perikanan, mempercepat abrasi
pantai, dan menurunnya jumlah wisatawan karena menurunnya nilai estetika dan
keindahan terumbu karang.
III.
PENYELESAIAN
MASALAH
Berbagai
program penyadaran masyarakat terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang
telah dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyrakat. Namun
hal ini tampaknya belum dirasa cukup, mengingat tingkat kemajemukkan masyarakat
kita, sehingga diperlukan bentuk program penyadaran masyarakat dalam kemasan
yang beragam.
Didalam
program penyadaran masyarakat tersebut, yang saat ini sedang berlangsung adalah
program pantai dan laut lestari, yang salah satu kegiatannya adalah terumbu
karang dan mangrove lestari (TEMAN lestari) dan coral Reef Rehabilitation and
management program (COREMAP), yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan
fungsi ekosistem dan hasil guna terumbu karang serta meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap kelestarian ekosistem tersebut
Untuk
wilayah kepulauan Riau, Program yang dijalankan untuk pengelolaan terumbu
karang adalah program COREMAP yaitu pengelolaan yang berbasis masyarakat
(community Base Management/CBM). Dan di sertakan dengan Undang-undang dan
peraturan perikanan tentang;
1. Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan;
2. Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
3. Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Pengendalian dan atau Perusakan Laut;
5. Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan;
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Propinsi
Riau dan PKSPL IPB, 2001. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Laut Riau
Kepulauan Propinsi Riau. 121 hal
Dahuri
R., Rais Y., Putra S.,g., Sitepu, M.J., 2001. Pengelolaan Sumber daya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Dahuri, R. et
al. 1998. “Penyusunan Konsep Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan lautan yang
Berakar dari Masyarakat “ Kerjasama Ditjen Bangda dengan Pusat Kajian Sumber
daya Pesisir dan Lautan, IPB. Laporan Akhir.
http://www.docstoc.com/docs/21537781/PENGELOLAAN-WILAYAH- PESISIR-DI-INDONESIA-%28STUDI-KASUS
http://www.google.co.id/search?q=pengelolaan+wilayah+pesisir+di+indonesia&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a
Konsorsium
CBM COREMAP. 2002. Laporan Perpanjangan
II Pengelolaan Berbasis Masyarakat Program COREMAP
Di Kepulauan Senayang Lingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar