I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya
perikanan yang amat kaya dan potensial, baik di wilayah perairan tawar (darat),
pantai maupun perairan laut. Potensi sumber daya perikanan meliputi
keanekaragaman jenis ikan dan lahan perikanan. Masyarakat Indonesia sudah lama
mengenal ikan nila. Rasa dagingnya yang gurih dan lezat sangat digemari
masyarakat. Nila termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi
masyarakat. Selain itu, Nila juga termasuk salah satu dari 15 jenis komoditas
ikan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Di
berbagai daerah, Nila bahkan menjadi salah satu komoditas unggulan perikanan.
Kegiatan budidaya perikanan
merupakan usaha manusia untuk mengelola faktor-faktor budidaya, hama dan
penyakit organisme budidaya dan dapat memproduksi organisme yang dapat
dibudidayakan sebanyak-banyaknya (Haris,1982).
Salah satu usaha pengembangan
budidaya ikan adalah usaha ikan di dalam kolam. Potensi budidaya ikan di
indonesia antara lain seperti, tambak air payau, kolam air tawar (air deras dan
air tenang), sawah dan keramba. Ternyata usaha ini memberikan peluang yang
sangat besar (Murtijo,1994).
Pembangunan perikanan pada
dasarnya merupakan proses upaya manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati
perikanan dan sumberdaya perairan melalui kegiatan penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, seiring dengan pengembangan sumberdaya manusia, pemanfaatan
modal, pengembangan dan penerapan IPTEK, pengembangan produk, peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha serta
peningkatan devisa negara, disertai upaya-upaya pemeliharaan dan pelestarian
sumberdaya hayati dan lingkungan secara alami (Malik, 1998).
Ikan nila
adalah sejenis ikan
konsumsi air tawar.
Ikan ini diintroduksi
dari Afrika,
tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan
peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia.
Nama ilmiahnya adalah Oreochromis
niloticus, dan dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan
nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora),
pemakan plankton,
sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan
sebagai pengendali gulma
air.
Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak.
Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil)
ditemukan mulai dari Syria
di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia;
yaitu di Sungai Nil (Mesir),
Danau
Tanganyika, Chad,
Nigeria,
dan Kenya.
Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter
sekitar 2,8 mm.
Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500
butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik
setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di
dalam rongga mulutnya.
Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan,
ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di
pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak
istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping
dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan fillet.
B.
Tujuan PKL
Tujuan dari praktek kerja lapang ini
adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja
khususnya mengenai Penanganan Pasca Panen ikan nila dengan memadukan
pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
C. Manfaat PKL
Manfaat dari praktek kerja lapang ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa di lapangan serta memahami
permasalahan yang timbul dalam Penanganan Pasca Panen ikan nila (Oreochromis niloticus), Memadukan
teori yang diperoleh dari bangku kuliah maupun studi literatur dalam
penerapannya di lapang. serta mampu mengatasi permasalahan yang timbul dan nantinya
akan menambah informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang penanganan
pascapanen
ikan nila.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sejarah dan Asal-Usul Ikan Nila
Nila pertama
kali didatangkan dariTaiwan ke Bogor (Balai Penelitian Perikanan AirTawar) pada
tahun 1969. Setahun kemudian, ikan ini mulai ditebarkan ke beberapa daerah.
Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan pada
tahun 1972. Nama
tersebut diambil dari narna species ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi . Nama nilotica menunjukan daerah asal ikan ini, yaitu sungai
tersebut diambil dari narna species ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi . Nama nilotica menunjukan daerah asal ikan ini, yaitu sungai
Secara alami ikan ini melakukan
migrasi dari habitat aslinya di sungai Nil di Uganda (bagian hulu Sungai Nil)
kw arah selatan melewati Danau Raft dan Tanganyika hingga ke Mesir (sepanjang
Sungai Nil). Nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi
terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria. Dengan campur
tangan manusia, saat ini nila telah menyebar ke seluruh dunia mulai dari Benua
Afrika, Amerika, Eropa, Asia, dan Australia.
B. Klasifikasi
Awalnya, nila
dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang
tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya. Dalam perkembangannya,
para pakar perikanan menggolongkannya ke dalam kelompok ikan tilapia yang
mengerami telur dan larvanya di dalam mulut induk jantan dan betina. Akhirnya,
diketahui bahwa yang mengerami telur dan larva di dalam mulut hanya induk
betinanya. Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang
tepat untuk ikan ini adalah Oreochromis niloticus. Berikut klasifikasi nila selengkapnya.
Filum:Chordata
Filum:Chordata
Subfilum:Vertebrata
Kelas:Pisces
Subkelas:Acanthopterigii
Ordo:Perciformes
Familia:Cichlidae
Genus:Oreochromis
Spesies:Oreochromis niloticus
NamaAsing:niletilapia
Nama
Lokal: nila
C. Morfologi Ikan Nila
Ikan nila mempunyai bentuk tubuh lebih pendek. Tubuhnya
lebih tebal, warna tubuhnya hitam keputihan, kepalanya relatif kecil, sisik
berukuran besar, kasar, tersusun rapi, matanya besar, menonjol dan bagian
tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus dibagian
tengah badannya dagingnya cukup tebal dan tidak terdapat duri-duri halus
didalamnya (Arie, 1999).
Ikan nila memilki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal
fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin),
sirip anus (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin). Sirip
punggunya memanjang dari bagian atas tutup ingsang hingga bagian atas sirip
ekor, terdapat juga sepasang sisrip dada dan sirip perut yang berukuran kecil.
Sirip anusnya hanya satu buah dan berbentuk agak panjang, sedangkan sirip
ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Suyanto, 1994).
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan
bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman. Ikan nila
berasal dari Sungai Nil dan danau – danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah
tersebar ke negara – negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis.
Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik.
Ikan nila di sukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti
daging ikan kakap merah (Sugiarto, 1988).
Bibit ikan nila didatangkan ke Indonesia pada tahun 1994
melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar) yang merupakan salah
satu anggota. International Network for Genetic in Aquaculture (INCA). Nila
yang pertama kali didatangkan ke Indonesia tersebut merupakan generasi keempat.
Setelah itu, didatangkan lagi nila berikutnya yang berasal dari generasi keenam
pada tahun 1997 (Rustidja, 1999).
Di dalam budidaya ikan nila dewasa ini banyak dikembangkan
berbagai teknologi dalam rangka peningkatan mutu induk ikan nila. Hal ini
disebabkan pada saat ini telah banyak terjadi penurunan kualitas induk ikan
nila. Oleh karena itu kebutuhan induk bermutu sangat diharapkan dalam rangka
memperoleh benih yang berkualitas (Effendi, 2004).
D. Kebiasaan dan Penyebaran
Ikan Nila
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total
(moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal)
dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal)
dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh
berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang)
yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12
buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung
dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat
kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan
antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan adan betina dapat
dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada
ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa
tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh
ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang
yang memberi kesan kokoh.
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora),
pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan
dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Ikan ini mudah berbiak secara alami, ikan nila (dari
perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga
Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau
Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini
telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan
diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan
telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila
mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya mengulum
telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut mouth
breeder(pengeram telur dalam mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera
diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah
di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan
nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam
keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan fillet.
III.
METODOLOGI
A.
Waktu dan tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini di
laksanakan Pada tanggal 26 Juli 2011 sampai dengan tanggal 23 Agustus 2011 di UPTD BBI Lokal Kabupaten
Malinau di Desa Kaliamok.
B.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam penanganan pasca panen bibit ikan nila di UPTD BBI Lokal kalimok Kabupaten
Malinau
Tabel I. Alat dan Bahan yang digunakan dalam PKL
No
|
Alat
|
Fungsi
|
1
2
3
4
5
|
Jaring
Tangguk/Serokan
Scopnet
pH/Derajat keasaman
Automatic Heater
|
Menangkap
ikan
Untuk
menangkap bibit ikan dari jaring
Menangkap bibit ikan nila
Pengukur
PH
Analisis
kualitas air ( DO, Suhu )
|
Bahan yang di gunakan dalam Penanganan pasca panen di UPTD BBI Lokal kalimok Kabupaten
Malinau
Tabel II. Bahan yang digunakan dalam PKL
No
|
Bahan
|
Fungsi
|
1
2
3
4
|
Tabungan Oksigen
Plastik
Karet Gelang
Gabus/steropom
|
Pemberian Oksigen
Tempat Pengemasan Bibit yang mau dikirim
Untuk Mengikat
Tempat Bibit yang sudah dikemaskan dalam kantong plastik yang siap
dikirim ketempat yang jauh
|
C.
Prosedur Praktek Kerja Lapangan
Adapun Prosdur Praktek kerja Lapangan
Meliputi :
1.
Orientasi
Sebelum Mengikuti kegiatan
Praktek kerja Lapangan peserta praktek diperkenalkan terlebih dahulu dengan
Lingkungan di sekitar baik teknisi, dan para karyawan Di lingkungan BBI Lokal
Kabupaten Malinau.
2.
Observasi
Kegiatan ini merupakan
kegiatan pengenalan terhadap lokasi Praktek Kerja Lapangan, menyangkut keadaan
umum BBI Lokal Kabupaten Malinau Khususnya pada Penanganan pasca panenen Seperti : fasilitas, aktivitas dan sistem penanganannya.
3.
Praktek Langsung
Kegiatan ini dengan langsung
dilakukan melalui turut serta dalam kegiatan yang meliputi segala kegiatan yang
di lapangan yang berkaitan dengan proses penanganan pasca panen bibit nila.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi
Singkat Balai Benih Ikan Kaliamok
BBI (Balai Benih Ikan) desa kaliamok mulai dibangun sekitar
2006 melalui dana APBN dan APBD dan diresmikan oleh menteri perikanan dan
kelautan Freddy Numberi pada tanggal 19 Januari 2008.
|
|
|
|
Gambar 1. Balai Benih Ikan Kaliamok
Keterangan
:
A :
Rumah Pegawai
B :
Kantor dan Aula
C :
Gudang Pakan
D :
Mess Karyawan
E :
Bangsal Pembenihan
F :
Kolam Pemeliharaan
G :
Bangsal Pembenihan Udang Galah
B. Letak
Geografis
BBI Lokal Kabupaten Malinau (Kaliamok) Mempunyai
luas tanah (± 2 Hektar) Yang terdiri dari tanah kering (datar) dan tanah rawa,
BBI Lokal terletak disebelah Utara Desa Kaliamok dan di kelilingi Oleh
Perkebunan dan persawahan milik Masyarakat setempat dan dekat dengan sumber
air.
C.Struktur
UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau
Gambar. Struktur Organisasi UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau
(2008)
Ada pun tugas dan tangung jawab
dari pegawai disesuaikan dengan jabatanya masing-masing yaitu :
1. Kepala BBI
Kepala Balai bertanggung Jawab
untuk mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing bawahan, mengkoordinasi bawahan, memberikan bimbingan dan petunjuk pelaksanaan
tugas kepada bawahanya.
2. Urusan Tata usaha
Urusan Tata usaha bertugas
melakukan urusan keuangan, kepegawaian, surat menyurat, serta pelaporan.
3. Sub seksi Pembenihan
Sub seksi Pembenihan mempunyai
tugas melakukan pelayanan teknis kegiatan pengembangan, penerapan serta
pengawasan teknik pembenihan ikan.
4. Sub seksi Manajemen kolam
Sub seksi Manajemen kolam
bertugas melakukan tugas perencanaan, pengawasan dan pengontrolan lingkungan
kolam dengan melakukan rehabilitas terhadap kolam yang rusak.
5. Sub seksi Sarana dan Prasarana
Mempunyai tugas dan tanggung
jawab dalam pengadaan sarana dan prasarana untuk kegiatan pembenihan.
6. Sub seksi Keamanan
Mempunyai tugas menjaga
keamanan kawasan UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau.
D. Sarana dan
Prasarana
1. Sarana UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau
Sarana merupakan peralatan yang
harus tersedia saat berlangsung suatu
kegiatan di Unit pembenihan ikan, sedangkan prasarana merupakan fasilitas yang
menunjang dan melengkapi sarana.
Tabel III. Spesifikasi sarana pasca panen ikan Nila di UPTD BBI Lokal
Kaliamok Kabupaten Malinau
No
|
Nama Alat
|
Spesifikasi
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Karet Gelang
Gabus/Boks
pH(Kertas Lakmus )
Tabung Oksigen
Jaring
Plastik
|
-
20 x 30 cm
100
2
5
-
|
10
-
-
3
3
2
|
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
|
Sumber UPTD BBI Kabupaten Malinau
(2008)
Sedang kan Prasarana yang utama di UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten
Malinau yaitu :
2.
Prasarana merupakan fasilitas utama dalam meningkatkan
pembenihan ikan di UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau yang
meliputi:bangunan, sumber tenaga listrik, komunikasi dan transportasi.
Tabel IV. Prasarana pembenihan
No
|
Prasarana
|
Jumlah
(Unit)
|
1.
2.
3.
4.
|
Bangunan
1.a. Bangsal pembenihan ikan
1.b. Bangsal pembenihan udang
1.c. Rumah karyawan
1.d. Balai pertemuan
1.e. Laboratorium
1.f. Kantor
1.g. Asrama
1.h. Bangsal penyimpanan pakan
Sumber Energi tenaga Listrik
2.a. Mesin Genzet
2.b. PLN
Komunikasi
3.a. Telpon
3.b. Hand Phone (HP)
Transportasi
4.a. Kendaraan roda 4
4.b. Kendaraan roda 2
|
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
|
Sumber : UPTD BBI Lokal kaliamok
Kabupaten Malinau ( 2008)
E. Teknologi
pasca panen Nila ( Oreochromis sp )
Ikan nila sangat dikenal oleh
masyarakat penggemar ikan air tawar, baik dinegara berkembang maupun negara
maju. Menurut Sejarahnya, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor pada tahun 1969. Setahun kemudian,
ikan ini mulai disebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan
ketetapan Direktur Jendral Perikanan tahun 1972. Nama tersebut diambil dari
nama spesies ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila.
Sistematika ikan nila dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Filum:Chordata
Subfilum:Vertebrata
Kelas:Pisces
Subkelas:Acanthopterigii
Ordo:Perciformes
Familia:Cichlidae
Genus:Oreochromis
Spesies:Oreochromis niloticus
NamaAsing:niletilapia
Nama
Lokal: nila
Gambar 1.1 ikan nila
Secara alami, ikan ini melakukan
migrasi dari habitat alinya yakni dibagian hulu sungai Nil yang melewati Uganda
kearah selatan melewati danau Raft dan Tanganyika. Selain itu, ikan nila juga
terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan
dikolam-kolam Chad dan Nigeria. Dengan campur tangan manusia, saat ini ikan
nila telah menyebar ke seluruh dunia, dari benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia,
sampai Australia (Amri dan Khairuman, 2008).
Menurut Cholik.
(2005), ikan nila berwarna keabu-abuan dan dapat mencapai ukuran lebih besar.
Ciri-ciri nila adalah sebagai berikut:
- Bentuk badan kokoh/tegap.
- Punggung tinggi.
- Daging tebal.
- Mata besar dan menonjol.
- Garis melintang tubuh sebanyak 8-10 baris.
Menurut Rostini (2007), komposisi kimia ikan nila merah
adalah sebagai berikut:
Tabel
1.1 Komposisi kimia ika nila
Komposisi
|
Berat Bersih (%)
|
Air
|
77,0
|
Protein
|
17,8
|
Lemak
|
2,8
|
Abu dan Mineral
|
1,2 dan 1,2
|
F. Hal-hal yang
Perlu diperhatikan dalam penanganan benih
1. Benih ikan harus dipilih yang sehat
yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu,benih ikan baru dimasukkan kedalam kantong plastik (sistem tertutup) atau
keramba (sistem terbuka).
2. Air yang dipakai media pengangkutan
harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organic lainya.Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi
semalam.
3. Sebelum diangkut benih ikan harus
diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak
pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran
tersebut,bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas
sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan
harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
G. Lama/jarak pengiriman
1. Sistem terbuka
Pada proses pengangkutan ikan hidup dengan sistem terbuk,air dalam wadah
pengangkutan berhubungan langsung dengan udara bebas. Wadah yag digunakan
adalah keranjang bambu yang telah di lapisi dengan bahan yang kedap air, bak
plastik, atau bak terbuka lainnya. Cara pengangkutan seperti ini Dilakukan untuk mengangkut benih
dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa
keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk
mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm. sistem terbuka ini relatif praktis dan
tidak memerlukan banyak peralatan. Berikut ini prosedur pengangkutan ikan
dengan sistem terbuka:
a) Berokan atau
puasakan ikan yang akan diangkut selama 1-2 hari, baik ikan ukuran konsumsi
maupun ukauran benih. Pemberokan bertujuan untuk mengurangi kotoran yang di
keluarkan ikan selama pengangkutan sehingga dapat menggagu oksigen yang dapat
larut dalam air sebagai media pengangkutan. Tujuan lain adalah mengadaptasikan
ikan pada lingkungan yang terbatas dan mengurangi stres selama dalam
pengangkutan.
b) Isi wadah
pengangkutan dengan air bersih. Sebaiknya menggunakan wadah yang mempunyai
prmukaan lebar sehingga memperbanyk oksigen dalam udara yang dapat kontak
dengan permukaan air dalam wadah.
c) Masukan ikan
yang sudah di berok kedalam wadah pengangkutan dengan hati-hati.
d) Masukan
beberapa helai daun pisang untuk memperbesar kontak air dengan udara selama
pengangkutan sehingga oksigen yang terlarut menjadi lebih banyak.
2. Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih
jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong
plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih
5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan
benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
a) masukkan air bersih ke dalam kantong
plastik kemudian benih;
b)
hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan
air;
c) alirkan oksigen dari tabung
dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
(air:oksigen=1:2);
d) kantong plastik lalu diikat.
e) kantong plastik dimasukkan ke dalam
dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m,
lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
1)
Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul
tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
2)
Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari
kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
plastik terjadi perlahan-lahan.
3)
Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan
tetrasiklin selama 1- 2 menit.
4)
Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak
pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan
dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat
juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak
4% selama 3-5 menit.
5)
Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
H. Langkah-langkah penanganan pasca
panen bibit nila ( Oreochromis sp )
I.
Hal-hal yang perlu didiperhatikan setelah benih sampai
ditempat tujuan
1)
Buka kantong plastik, tambahkan air yang berasal dari
kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
plastik terjadi pelahan.
2)
Keluarkan benih ikan pelahan-lahan sampai bibit yang
didalam plastik habis.
3)
Masukan benih ikan kedalam bak pemberokan. Dalam bak
pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktek kerja lapangan diperoleh kesimpulan bahwa dalam Penanganan Pasca
Panen bibit Nila memerlukan suatu persiapan yang khusus dan memadai supaya
bibit samapai di tempat tujuan dengan selamat. hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
- Benih
ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka). - Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih,
sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh
dapat digunakan
air sumur yang telah diaerasi semalam. - Sebelum diangkut benih ikan harus dipuasakan dahulu selama beberapa hari.Sebaiknya Gunakan tempat berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak dapat menampung benih ikan sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam Bak harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
B.Saran
Berdasarkan pengamatan pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang, masih ada teknik-teknik dalam penangan
pasca panen yang masih belum di lakukan seperti penanganan pasca panen
sistem tertutup dengan menggunakan Es batu Seperti
yang dianjurkan oleh literatur-literatur yang penulis baca, penulis menyarankan
agar Balai Benih Ikan (BBI) Kaliamok dapat menyesuaikan teknik penaganan pasca panen
sesuai dengan literatur yang ada
dan penulis juga berharap alat dan bahan
dalam penangan pasca panen di lengkapkan dan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Amri,
K. dan Khairuman. 2002. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia
Pustaka. Jakarta. 145 hal.
Cholik
et.al., 2003. Akuakultur Tumpuan
Harapan Masa Depan Bangsa Masyarakat Perikanan Nusantara Taman Akuarium Air
Tawar TMII. Jakarta.
Hadiwiyoto,
S.1993.Teknologi Hasil Perikanan.UGM.Yogyakarta
Hasan,
I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia
Indonesia. Jakarta. 260 hal.
Juniarto., 2003 teknik penanganan ikan. Penerbit swadaya. Jakarta.
Moejiharto,
2004. Biokimia Nutrisi Protein Ikan.
Universitas Brawijaya. Malang.
Poedjiadi.
Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Riduwan.
2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Penerbit Alfabeta.
Bandung. 189 hal.
Rostini,
I. 2007. Jurnal Perikanan Bakteri Asam
Laktas terhadap Masa Simpan Fillet Nila Merahpada Suhu Rendah. http://.www.journal.com. Diakses
pada Minggu, 27 Nofember
2011
Satyani, D., Kualitas air untuk ikan air tawar.
Informasi dunia pertanian, penebar swadaya, Jakarta 2002
Sri
et.al., 2004. Perkembangan Histamin
selama Proses Fermentasi Peda dari Ikan Kembung (Rastrelliger Nuglechis).
http://www.journal.com. Diakses pada Kamis, 3 Juni 2010.
Surachmad,
W. 1978. Pengantar Penelitian Ilmiah – Dasar Metode Teknik. Penerbit Tarsito.
Bandung. 337 hal.
Suyanto,
R. 1993. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 hal.
Suwandi,
et.al. 2008. Aplikasi Minuman Ringan
Berkabonasi dalam Menghambat Laju Kemunduran Mutu Ikan Nila (Oreochromis sp). http://www.journal.com. Diakses pada Minggu, 27 Nofember 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar