Selasa, 24 Januari 2012

BAB 1-5 PASCA PANEN BIBIT NILA


I.PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
             Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang amat kaya dan potensial, baik di wilayah perairan tawar (darat), pantai maupun perairan laut. Potensi sumber daya perikanan meliputi keanekaragaman jenis ikan dan lahan perikanan. Masyarakat Indonesia sudah lama mengenal ikan nila. Rasa dagingnya yang gurih dan lezat sangat digemari masyarakat. Nila termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan gizi masyarakat. Selain itu, Nila juga termasuk salah satu dari 15 jenis komoditas ikan yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Di berbagai daerah, Nila bahkan menjadi salah satu komoditas unggulan perikanan.
             Kegiatan budidaya perikanan merupakan usaha manusia untuk mengelola faktor-faktor budidaya, hama dan penyakit organisme budidaya dan dapat memproduksi organisme yang dapat dibudidayakan sebanyak-banyaknya (Haris,1982).
             Salah satu usaha pengembangan budidaya ikan adalah usaha ikan di dalam kolam. Potensi budidaya ikan di indonesia antara lain seperti, tambak air payau, kolam air tawar (air deras dan air tenang), sawah dan keramba. Ternyata usaha ini memberikan peluang yang sangat besar (Murtijo,1994).
             Pembangunan perikanan pada dasarnya merupakan proses upaya manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati perikanan dan sumberdaya perairan melalui kegiatan penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, seiring dengan pengembangan sumberdaya manusia, pemanfaatan modal, pengembangan dan penerapan IPTEK, pengembangan produk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha serta peningkatan devisa negara, disertai upaya-upaya pemeliharaan dan pelestarian sumberdaya hayati dan lingkungan secara alami (Malik, 1998).
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air.
Ikan ini sangat peridi, mudah berbiak. Secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan fillet.
B. Tujuan PKL
            Tujuan dari praktek kerja lapang ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja khususnya mengenai Penanganan Pasca Panen ikan nila dengan memadukan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.
C. Manfaat PKL
Manfaat dari praktek kerja lapang ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa di lapangan serta memahami permasalahan yang timbul dalam Penanganan Pasca Panen ikan nila (Oreochromis niloticus), Memadukan teori yang diperoleh dari bangku kuliah maupun studi literatur dalam penerapannya di lapang. serta mampu mengatasi permasalahan yang timbul dan nantinya akan menambah informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang penanganan pascapanen ikan nila.






II. TINJAUAN PUSTAKA
A.      Sejarah dan Asal-Usul Ikan Nila
Nila pertama kali didatangkan dariTaiwan ke Bogor (Balai Penelitian Perikanan AirTawar) pada tahun 1969. Setahun kemudian, ikan ini mulai ditebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama
tersebut diambil dari narna species ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi . Nama nilotica menunjukan daerah asal ikan ini, yaitu sungai
Secara alami ikan ini melakukan migrasi dari habitat aslinya di sungai Nil di Uganda (bagian hulu Sungai Nil) kw arah selatan melewati Danau Raft dan Tanganyika hingga ke Mesir (sepanjang Sungai Nil). Nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria. Dengan campur tangan manusia, saat ini nila telah menyebar ke seluruh dunia mulai dari Benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, dan Australia.
B. Klasifikasi
Awalnya, nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkannya ke dalam kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam mulut induk jantan dan betina. Akhirnya, diketahui bahwa yang mengerami telur dan larva di dalam mulut hanya induk betinanya. Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan ini adalah Oreochromis niloticus. Berikut klasifikasi nila selengkapnya.
Filum:Chordata
Subfilum:Vertebrata
Kelas:Pisces
Subkelas:Acanthopterigii
Ordo:Perciformes
Familia:Cichlidae
Genus:Oreochromis
Spesies:Oreochromis niloticus
NamaAsing:niletilapia
Nama Lokal: nila
C. Morfologi Ikan Nila
Ikan nila mempunyai bentuk tubuh lebih pendek. Tubuhnya lebih tebal, warna tubuhnya hitam keputihan, kepalanya relatif kecil, sisik berukuran besar, kasar, tersusun rapi, matanya besar, menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus dibagian tengah badannya dagingnya cukup tebal dan tidak terdapat duri-duri halus didalamnya (Arie, 1999).
Ikan nila memilki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggunya memanjang dari bagian atas tutup ingsang hingga bagian atas sirip ekor, terdapat juga sepasang sisrip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anusnya hanya satu buah dan berbentuk agak panjang, sedangkan sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Suyanto, 1994).
Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau – danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara – negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila di sukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Sugiarto, 1988).
Bibit ikan nila didatangkan ke Indonesia pada tahun 1994 melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar) yang merupakan salah satu anggota. International Network for Genetic in Aquaculture (INCA). Nila yang pertama kali didatangkan ke Indonesia tersebut merupakan generasi keempat. Setelah itu, didatangkan lagi nila berikutnya yang berasal dari generasi keenam pada tahun 1997 (Rustidja, 1999).
Di dalam budidaya ikan nila dewasa ini banyak dikembangkan berbagai teknologi dalam rangka peningkatan mutu induk ikan nila. Hal ini disebabkan pada saat ini telah banyak terjadi penurunan kualitas induk ikan nila. Oleh karena itu kebutuhan induk bermutu sangat diharapkan dalam rangka memperoleh benih yang berkualitas (Effendi, 2004).
D. Kebiasaan dan Penyebaran Ikan Nila
Ikan peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.
Ikan nila yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan adan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh.
Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Ikan ini mudah berbiak secara alami, ikan nila (dari perkataan Nile, Sungai Nil) ditemukan mulai dari Syria di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia; yaitu di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir purba.
Telur ikan nila berbentuk bulat berwarna kekuningan dengan diameter sekitar 2,8 mm. Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di dalam rongga mulutnya. Perilaku ini disebut mouth breeder(pengeram telur dalam mulut).
Karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan fillet.




III. METODOLOGI
A.      Waktu dan tempat
       Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini di laksanakan Pada tanggal 26 Juli 2011 sampai dengan tanggal 23 Agustus 2011 di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau di Desa Kaliamok.
B.      Alat dan Bahan
       Alat dan bahan yang di gunakan dalam penanganan pasca panen bibit ikan nila di UPTD BBI Lokal kalimok Kabupaten Malinau
Tabel I. Alat dan Bahan yang digunakan dalam PKL
No
Alat
                    Fungsi
1
2
3
4
5

Jaring
Tangguk/Serokan
Scopnet
pH/Derajat keasaman
Automatic Heater

Menangkap ikan   
Untuk menangkap bibit ikan dari jaring
Menangkap bibit ikan nila
Pengukur PH  
Analisis kualitas air ( DO, Suhu )
   

       Bahan yang di gunakan dalam Penanganan pasca panen di UPTD BBI Lokal kalimok Kabupaten Malinau
Tabel II. Bahan yang digunakan dalam PKL
No
Bahan
Fungsi
1

2

3

4
Tabungan Oksigen

Plastik

Karet Gelang
Gabus/steropom
Pemberian Oksigen
Tempat Pengemasan Bibit yang mau dikirim
Untuk Mengikat
Tempat Bibit yang sudah dikemaskan dalam kantong plastik yang siap dikirim ketempat yang jauh
C.       Prosedur Praktek Kerja Lapangan
  Adapun Prosdur Praktek kerja Lapangan Meliputi :
1.      Orientasi
       Sebelum Mengikuti kegiatan Praktek kerja Lapangan peserta praktek diperkenalkan terlebih dahulu dengan Lingkungan di sekitar baik teknisi, dan para karyawan Di lingkungan BBI Lokal Kabupaten Malinau.
2.      Observasi
       Kegiatan ini merupakan kegiatan pengenalan terhadap lokasi Praktek Kerja Lapangan, menyangkut keadaan umum BBI Lokal Kabupaten Malinau Khususnya pada Penanganan pasca panenen Seperti : fasilitas, aktivitas dan sistem penanganannya.
3.      Praktek Langsung
       Kegiatan ini dengan langsung dilakukan melalui turut serta dalam kegiatan yang meliputi segala kegiatan yang di lapangan yang berkaitan dengan proses penanganan pasca panen bibit nila.










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Deskripsi Singkat Balai Benih Ikan Kaliamok
BBI (Balai Benih Ikan) desa kaliamok mulai dibangun sekitar 2006 melalui dana APBN dan APBD dan diresmikan oleh menteri perikanan dan kelautan Freddy Numberi pada tanggal 19 Januari 2008.

B
 


G
 
Text Box: FText Box: E

D
 

A
 
Text Box: C
Gambar 1. Balai Benih Ikan Kaliamok
Keterangan :
A         : Rumah Pegawai
B         : Kantor dan Aula
C         : Gudang Pakan
D         : Mess Karyawan
E          : Bangsal Pembenihan
F          : Kolam Pemeliharaan
G         : Bangsal Pembenihan Udang Galah
B. Letak Geografis
       BBI Lokal Kabupaten Malinau (Kaliamok) Mempunyai luas tanah (± 2 Hektar) Yang terdiri dari tanah kering (datar) dan tanah rawa, BBI Lokal terletak disebelah Utara Desa Kaliamok dan di kelilingi Oleh Perkebunan dan persawahan milik Masyarakat setempat dan dekat dengan sumber air.
C.Struktur UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau
Gambar. Struktur Organisasi UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau (2008)
       Ada pun tugas dan tangung jawab dari pegawai disesuaikan dengan jabatanya masing-masing yaitu :
1. Kepala BBI
       Kepala Balai bertanggung Jawab untuk mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing bawahan, mengkoordinasi bawahan,  memberikan bimbingan dan petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahanya.
2. Urusan Tata usaha
       Urusan Tata usaha bertugas melakukan urusan keuangan, kepegawaian, surat menyurat, serta pelaporan.
3. Sub seksi Pembenihan
       Sub seksi Pembenihan mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis kegiatan pengembangan, penerapan serta pengawasan teknik pembenihan ikan.
4. Sub seksi Manajemen kolam
       Sub seksi Manajemen kolam bertugas melakukan tugas perencanaan, pengawasan dan pengontrolan lingkungan kolam dengan melakukan rehabilitas terhadap kolam yang rusak.
5. Sub seksi Sarana dan Prasarana
       Mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pengadaan sarana dan prasarana untuk kegiatan pembenihan.
6. Sub seksi Keamanan
       Mempunyai tugas menjaga keamanan kawasan UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau.
D. Sarana dan Prasarana
1.  Sarana UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau
       Sarana merupakan peralatan yang harus tersedia saat berlangsung  suatu kegiatan di Unit pembenihan ikan, sedangkan prasarana merupakan fasilitas yang menunjang dan melengkapi sarana.
Tabel III. Spesifikasi sarana pasca panen ikan Nila di UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau
No
Nama Alat
Spesifikasi
Jumlah
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Karet Gelang
Gabus/Boks
pH(Kertas Lakmus )
Tabung Oksigen
Jaring
Plastik

-
20 x 30 cm
100
2
5
-
10
-
-
3
3
2
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

         Sumber UPTD BBI Kabupaten Malinau (2008)
Sedang kan Prasarana yang utama di UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau yaitu :
2.    Prasarana merupakan fasilitas utama dalam meningkatkan pembenihan ikan di UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau yang meliputi:bangunan, sumber tenaga listrik, komunikasi dan transportasi.


Tabel IV. Prasarana pembenihan
No
Prasarana
Jumlah (Unit)
1.








2.


3.


4.
Bangunan
1.a. Bangsal pembenihan ikan
1.b. Bangsal pembenihan udang
1.c. Rumah karyawan
1.d. Balai pertemuan
1.e. Laboratorium
1.f. Kantor
1.g. Asrama
1.h. Bangsal penyimpanan pakan
Sumber Energi tenaga Listrik
2.a. Mesin Genzet
2.b. PLN
Komunikasi
3.a. Telpon
3.b. Hand Phone (HP)
Transportasi
4.a. Kendaraan roda 4
4.b. Kendaraan roda 2

1
1
3
1
1
1
1
1

1
1

1
1

1
2
        Sumber : UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau ( 2008)
E. Teknologi pasca panen Nila ( Oreochromis sp )
Ikan nila sangat dikenal oleh masyarakat penggemar ikan air tawar, baik dinegara berkembang maupun negara maju. Menurut Sejarahnya, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor pada tahun 1969. Setahun kemudian, ikan ini mulai disebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jendral Perikanan tahun 1972. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila.


Sistematika ikan nila dapat dijelaskan sebagai berikut :
Filum:Chordata
Subfilum:Vertebrata
Kelas:Pisces
Subkelas:Acanthopterigii
Ordo:Perciformes
Familia:Cichlidae
Genus:Oreochromis
Spesies:Oreochromis niloticus
NamaAsing:niletilapia
Nama Lokal: nila

         http://sin9gih.files.wordpress.com/2010/11/images4.jpg?w=250&h=149
Gambar 1.1 ikan nila
Secara alami, ikan ini melakukan migrasi dari habitat alinya yakni dibagian hulu sungai Nil yang melewati Uganda kearah selatan melewati danau Raft dan Tanganyika. Selain itu, ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi terbanyak ditemukan dikolam-kolam Chad dan Nigeria. Dengan campur tangan manusia, saat ini ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia, dari benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, sampai Australia (Amri dan Khairuman, 2008).
Menurut Cholik. (2005), ikan nila berwarna keabu-abuan dan dapat mencapai ukuran lebih besar. Ciri-ciri nila adalah sebagai berikut:
- Bentuk badan kokoh/tegap.
- Punggung tinggi.
- Daging tebal.
- Mata besar dan menonjol.
- Garis melintang tubuh sebanyak 8-10 baris.
Menurut Rostini (2007), komposisi kimia ikan nila merah adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Komposisi kimia ika nila
Komposisi
Berat Bersih (%)
Air
77,0
Protein
17,8
Lemak
2,8
Abu dan Mineral
1,2 dan 1,2
F. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam penanganan benih
1.    Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu,benih ikan baru dimasukkan kedalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2.    Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organic lainya.Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
3.    Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut,bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
G. Lama/jarak pengiriman
1.    Sistem terbuka
Pada proses pengangkutan ikan hidup dengan sistem terbuk,air dalam wadah pengangkutan berhubungan langsung dengan udara bebas. Wadah yag digunakan adalah keranjang bambu yang telah di lapisi dengan bahan yang kedap air, bak plastik, atau bak terbuka lainnya. Cara pengangkutan seperti ini Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm. sistem terbuka ini relatif praktis dan tidak memerlukan banyak peralatan. Berikut ini prosedur pengangkutan ikan dengan sistem terbuka:
a)    Berokan atau puasakan ikan yang akan diangkut selama 1-2 hari, baik ikan ukuran konsumsi maupun ukauran benih. Pemberokan bertujuan untuk mengurangi kotoran yang di keluarkan ikan selama pengangkutan sehingga dapat menggagu oksigen yang dapat larut dalam air sebagai media pengangkutan. Tujuan lain adalah mengadaptasikan ikan pada lingkungan yang terbatas dan mengurangi stres selama dalam pengangkutan.
b)   Isi wadah pengangkutan dengan air bersih. Sebaiknya menggunakan wadah yang mempunyai prmukaan lebar sehingga memperbanyk oksigen dalam udara yang dapat kontak dengan permukaan air dalam wadah.
c)    Masukan ikan yang sudah di berok kedalam wadah pengangkutan dengan hati-hati.
d)   Masukan beberapa helai daun pisang untuk memperbesar kontak air dengan udara selama pengangkutan sehingga oksigen yang terlarut menjadi lebih banyak.
2.    Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
a)    masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
b)   hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
c)    alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2);
d)   kantong plastik lalu diikat.
e)    kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
1)    Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
2)    Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
3)    Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1- 2 menit.
4)    Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
5)    Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.








H. Langkah-langkah penanganan pasca panen bibit nila ( Oreochromis sp )
I.         Hal-hal yang perlu didiperhatikan setelah benih sampai ditempat tujuan
1)      Buka kantong plastik, tambahkan air yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi pelahan.
2)      Keluarkan benih ikan pelahan-lahan sampai bibit yang didalam plastik habis.
3)      Masukan benih ikan kedalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya.

V.  KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja lapangan diperoleh kesimpulan bahwa dalam Penanganan Pasca Panen bibit Nila memerlukan suatu persiapan yang khusus dan memadai supaya bibit samapai di tempat tujuan dengan selamat. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
    1. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
      plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
    2. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
      air sumur yang telah diaerasi semalam.
    3. Sebelum diangkut benih ikan harus dipuasakan dahulu selama beberapa hari.Sebaiknya Gunakan tempat berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak dapat menampung benih ikan sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam Bak harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
B.Saran
Berdasarkan pengamatan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang, masih ada teknik-teknik dalam penangan pasca panen yang masih belum di lakukan seperti penanganan pasca panen sistem tertutup dengan menggunakan Es batu Seperti yang dianjurkan oleh literatur-literatur yang penulis baca, penulis menyarankan agar Balai Benih Ikan (BBI) Kaliamok dapat menyesuaikan teknik penaganan pasca panen sesuai dengan literatur yang ada dan  penulis juga berharap alat dan bahan dalam penangan pasca panen di lengkapkan dan lebih baik lagi.




DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Khairuman. 2002. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 145 hal.
Cholik et.al., 2003. Akuakultur Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa Masyarakat Perikanan Nusantara Taman Akuarium Air Tawar TMII. Jakarta.
Hadiwiyoto, S.1993.Teknologi Hasil Perikanan.UGM.Yogyakarta
Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. 260 hal.
Juniarto., 2003 teknik penanganan ikan. Penerbit swadaya. Jakarta.
Moejiharto, 2004. Biokimia Nutrisi Protein Ikan. Universitas Brawijaya. Malang.
Poedjiadi. Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta.
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung. 189 hal.
Rostini, I. 2007. Jurnal Perikanan Bakteri Asam Laktas terhadap Masa Simpan Fillet Nila Merahpada Suhu Rendah. http://.www.journal.com. Diakses pada Minggu, 27 Nofember  2011
Satyani, D., Kualitas air untuk ikan air tawar. Informasi dunia pertanian, penebar swadaya, Jakarta 2002
Sri et.al., 2004. Perkembangan Histamin selama Proses Fermentasi Peda dari Ikan Kembung (Rastrelliger Nuglechis). http://www.journal.com. Diakses pada Kamis, 3 Juni 2010.
Surachmad, W. 1978. Pengantar Penelitian Ilmiah – Dasar Metode Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung. 337 hal.
Suyanto, R. 1993. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 hal.
Suwandi, et.al. 2008. Aplikasi Minuman Ringan Berkabonasi dalam Menghambat Laju Kemunduran Mutu Ikan Nila (Oreochromis sp). http://www.journal.com. Diakses pada Minggu, 27 Nofember 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar