Sabtu, 30 Juni 2012

Ekosistem Mangrove dikota tarakan kaltim


A.    Latar Belakang.
Kota Tarakan merupakan kota kecil yang terletak di provinsi Kalimantan Timur yang dikelilingi pulau, dan terdapat sumber minyak bumi. Kota tarakan berasal dari bahasa tidung “tarak”(istirahat) dan “ngakan”(makan) yang berarti tempat beristirahat para nelayan untuk makan. kota tarakan juga sebagai tempat berlabuh jepang yang pertama kalinya di Indonesia untuk menguasainya hingga terjadilah perang yang disebut pearl harbor melawan bangsa Indonesia dan tentara sekutu (Australia) 1942-1945. Suku asli di kota tarakan adalah suku tidung, yang profesinya sebagian besar adalah sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Mencermati potensi dikalimantan timur khususnya kota tarakan KKMB (kawasan konservasi hutan mangrove dan bekantan) merupakan hal yang patut di diperbincangkan dan di telaah untuk dilestarikan mengingat kawasan tersebut menjadi satu-satunya tempat di kota tarakan yang letaknya dekat dengan pusat kota dan juga satu-satunya didunia, “unik” kata pengunjungnya. Oleh karena itu, saya akan memaparkan hasil dari kunjungan di KKMB>


B.    Tujuan Observasi

1.    Memenuhi tugas – tugas dalam pendukung proses pembelajaran.
2.    Memberikan pengetahuan kepada pembaca
3.    Menambah wawasan agar dapat mengamalkan manfaatnya di kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya untuk peserta didik.
4.    Agar dapat hidup sehat dengan menjaga dan merawat lingkungan , dan mencegah dunia dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Umum
Hutan mangrove dapat didefenisiskan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, yang tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan sesamanya di dalam suatu habitat mangrove

Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, dan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut (Anonim, 2003).

Menurut Mac Nae (1968), pada mulanya hutan mangrove hanya dikenal secara terbatas oleh kawasan ahli lingkungan, terutama lingkungan laut. Mula-mula kawasan hutan mangrove dikenal dengan istilah vloedbosschen (hutan payau) karena sifat habitatnya yang payau. Berdasarkan dominasi jenis pohonnya, yaitu bakau, maka kawasan mangrove juga disebut hutan bakau. Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue (bahasa portugis) yang berarti tumbuhan dan grove (bahasa inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil (Arief, 2003).
B.    Faktor-faktor yang mempercepat kerusakan daerah pesisir
Realita yang ada bahwa di Pesisir Pantai Kota Tarakan terdapat beberapa kegiatan yang sering menimbulkan kerusakan mangrove diantaranya adalah : Pembukaan lahan untuk pertambakan, Penguasaan lahan oleh masyarakat, dan pembukaan lahan untuk kegiatan Perusahaan seperti kegiatan usaha pembekuan udang (Cold Storage), Industri Perkayuan. Kegiatan tersebut dalam perkembangannya dengan pesat mengokupasi sebagian besar pesisir Kota Tarakan dengan salinitas yang tinggi sampai ke Wilayah air tawar yang tidak layak untuk budi daya udang dan sebagaian besar berada di Tanjung Karis. Pemerintah Kota Tarakan sangat prihatin dengan kondisi kerusakan mangrove dan sangat berkomitmen dengan pelestarian lingkungan pesisir. Beberapa Pemantauan dan observasi lapangan terdapat beberapa faktor-faktor yang mempercepat kerusakan lingkungan pesisir antara lain :
1.    Semakin kumuhnya pemukiman penduduk di wilayah pesisir sebagai akibat tekanan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat.
2.    Mudahnya memperoleh lahan dan tersedianya penggarap dan petani petambak.
3.    Lemahnya Pengawasan dari Pemerintah dan lemahnya penegakan hukum.
4.    Belum adanya rencana detail tata ruang lingkungan pesisir.
5.    Kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya ekosistem mangrove.
6.    Nilai jual komoditi udang yang tinggi Kegiatan tersebut diatas sangat mempengaruhi kelangsungan ekosistem pantai, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan-permasalahan diantaranya :
7.    Kerusakan hutan mangrove, dimana sekitar 50 % dari panjang pantai yang ada telah habis hutan mangrovenya, sementara “Green Belt” yang tersisa umumnya sudah sangat tipis (kurang dari 50 m dari pinggir pantai).
8.    Lingkungan kumuh di wilayah pesisir pantai.



C.    METODOLOGI


A.    Waktu Dan Tempat
Hari/tanggal    : 21 Mei 2011
Waktu        : 16.30 – 18.00
Tempat    : Kawan Konservasi Hutan Mangrove ( KKMB )

B.    Alat dan Bahan

      Alat
-  Lembar observasi
-  Alat tulis ( Buku dan pulpen )
-  Camera foto/ HP
           Bahan
                 - Melakukan indentifikasi terhadap berbagai jenis mahluk hidup
Dan tumbuhan yang terdapat di kawasan mangrove

C.    Langkah  Kerja

    Bacalah modul praktikum terlebih dahuluü
    Perhatikan bentuk tumbuhan dan hewan di KKMBü
    Foto gambar dan tentukan ciri-cirinyaü
    Mengamati bentuk tumbuhan dan hewan dari kawasan mangroveü
    Mengamati warna dari tiap-tiap tanaman mangroveü
    Mengambil gambar bagian-bagian yang diamatü


BAB III KAWASAN KONSERVASI HUTAN MANGROVE DAN BEKANTAN KOTA TARAKAN

A.    Pengertian
Kawasan konservasi hutan mangrove dan Bekantan adalah kawasan hutan bakau yang masih dalam tahap pengembangan untuk organisme yang masih bertahan hidup baik vegetasi dan hewan yang jumlahnya telah jarang atau sedikit ditemukan didaerah lain. Dengan luas sekitar ±9 hektar, mampu menjadikan daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya, namun yang masih jadi keprihatinan adalah minimnya jumlah spesies seperti bekantan(nasalis larvatus) yang saat ini ada 11 ekor dan akan dikembangbiakan lagi.
Jadi, KKMB adalah pusat konservasi hutan di kota tarakan khususnya mangrove guna pengembangan dan penelitian habitat bagi bekantan (nasalis larvatus).
B.    KKMB sebagai objek wisata
Sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kota tarakan merupakan salah satu DTW di Kalimantan timur, salah satunya KKMB. Selain sebagai kawasan konservasi,  KKMB di jadikan DTW karena jenis vegetasi dan spesies yang hidup, mampu bertahan dan dikembangkan oleh pihak yang terkait, dan lebih uniknya lagi kawasan ini letaknya sangat strategis  dekat dengan pusat kota(centre of town ) sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata ini. Namun, saat ini promosi DTW kota Tarakan  masih belum gencar dilakukan terkait masalah-masalah yang ada di kota tarakan, oleh karena itu pemerintah diharapkan memulihkan lagi aktivitas khususnya dalam pempromosian DTW.

C.    Mencermati  KKMB

Keberadaan Hutan Mangrove / KKMB memang tidak bisa dipandang sebelah mata . Terasa sangat indah, nyaman dan asri. Bahkan, hutan kota seluas 9 hektar yang masih akan diperluas  menjadi 13 hektar itu sudah menjadi icon Tarakan di mata pelancong mancanegara. Pasalnya, di  kawasan ini terdapat sedikitnya 11 spesies satwa dilindungi, terutama kera berekor panjang atau Bekantan yang populasinya sekitar 30 ekor.  

Tapi, keindahan dan keasrian hutan kota ini masih menuntut perhatian. Bukan  hanya menjadi kawasan hijau yang terus disubsidi, melainkan mendapat nilai tambah tersendiri. Artinya, bagaimana kawasan bisa memberi manfaat ganda. Tak hanya menjadi asset berharga Pemkot, tapi lebih memberi manfaat  ke masyarakat sesuai fungsinya sebagai kawasan konservasi, hutan penelitian dan pendidikan.

Benarkah kawasan ini tak memberi manfaat ganda? Bisa benar, dan bisa pula tidak. Tapi, kalau memang kawasan mangrove ini dijadikan sebagai hutan penelitian dan pendidikan, mungkin sudah saatnya dibangun perpustakan dan laboratorium di sana. Biaya pembangunan, pengadaan buku buku dan peralatan lab mungkin relatif besar, tapi manfaatnya jauh lebih besar untuk mencerdaskan masyarakat.

Berdasarkan data, dana operasional kawasan ini disebut-sebut sebesar Rp 76 juta tahun 2007, ketika pengelolaan dan pengawasannya masih di kecamatan Tarakan Barat. Ini  dirasakan  petugas masih kurang, tapi hampir tak ada  keluhan. Sedikit kontras ketika pengelolaannya diambil alih oleh Dinas Lisda (Lingkungan Hidup dan Sumberdaya  Alam)  Tarakan awal 2008 tadi dengan dana operasional  Rp 200.000.000,- termasuk rencana pembangunan.

Saat ini pengadaan fasilitas di KKMB telah dibangun terbukti dengan adanya perpustakaan, fasilitas amenities yang tersedia, dan pusat penelitian. Apalagi daerah KKMB akan diperluas sebanyak ±12 hektar dengan jembatan yang telah disemenisasi berkat kerjasama dari berbagai lembaga misalnya Fakultas FKIP dan perusahaan asal jepang.
D.    Ekosistem KKMB
Hutan bakau atau disebut juga hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi. Oleh karena itu, saling adanya inmteraksi/hubungan bersistem secara timbal-balik antar organisme dengan oganisme serta organism dengan lingkungannya dapat  terjalin secara mutualism atau saling menguntungkan dengan tidak mengotori lingkungan KKMB itu sendiri.

BAB IV KOMPONEN-KOMPONEN KKMB
A.    Jenis tanah
Sebagai wilayah pengendapan, substrat di pesisir bisa sangat berbeda. Yang paling umum adalah hutan bakau tumbuh di atas lumpur tanah liat bercampur dengan bahan organik. Akan tetapi di beberapa tempat, bahan organik ini sedemikian banyak proporsinya; bahkan ada pula hutan bakau yang tumbuh di atas tanah bergambut.
Substrat yang lain adalah lumpur dengan kandungan pasir yang tinggi, atau bahkan dominan pecahan karang, di pantai-pantai yang berdekatan dengan terumbu karang.
B.    Perairan(air payau )
Mirip seperti Parit, namun bukan parit melainkan sungai kecil yang disekelilingnya terdapat cakram dari organisme/jenis vegetasi yang tumbuh disekitarnya. Sebagai tempat aliran menuju laut terbuka.
C.    Vegetasi
Disesuaikan dengan jenis tanah vegetasi yang hidup sangat bergantung pada jenis tanah bersubstrat, sehingga mampu tumbuh dan beradaptasi antar organism lainnya  seperti ;
1.    Bakau (Rhizophora apiculata)
2.    Api-api (Avicenia alba)
3.    Api-api (Avicenia lanata)
4.    Api-api (Avicenia marina)
5.    Bakau Panggang (Rhizophora mucronata)
6.    Bakau mutut putih (Bruguiera gymnorrhiza)
7.    Bakau mutut besar (Brugueira cylindrical)
8.    Perepat ( Sonneratia alba )
9.    Bius/tinomo ( Brugueira parviflora )
10.    Nipah ( Nipa fructican rhizophora )
D.    Jenis Hewan yang hidup di KKMB
Sesuai dengan Ekosistemnya, terdapat berbagai jenis hewan/organisme yang hidup seperti;
1.    Bekantan
2.    Kepiting
3.    Owa-owa
4.    Elang
5.    Kadal
6.    Ular air
7.    Ular daun
8.    Burung Serindit
E.    Fasilitas / amenities yang tersedia
fasilitas ini disediakan disekitar kawasan konservasi untuk pengunjung seperti;
1.    Gazebo
2.    Tempat santai
3.    WC
4.    Tower /menara

BAB V  LEMBAR OBSERVASI

A.    Mengidentifikasikan keanekaragaman hayati di KKMB
B.    Tujuan praktikum.
a.    Melakukan identifikasi terhadap berbagai jenis makhluk hidup yang terdapat disekitar KKMB
C.    Table pengamatan
I.    Fauna/Hewan
No    Nama objek    Ciri-ciri dan sifat    Lokasi pemantauan    Jarak pemantauan
1.    Bekantan     a)    Berbulu
b)    Berekor
c)    Hidung panjang
d)    pemalu    KKMB    ±13 Meter
2.    Owa-owa    a)    berbulu warna hitam
b)    lincah
c)    sensitif    KKMB    ± 2 meter
3.    Elang    a)    paruh tajam
b)    warna coklat dan putih
c)    penglihatan tajam
d)    cenderung tidak aktif    KKMB    ±2 Meter
4.    Kadal     a)    Berwarna ke abu-abuan
b)    Lincah bergerak
c)    Berkuku tajam
d)    Mempunyai kepala mirip seperti ular    KKMB    ±3 Meter
5.    Labi-labi    a)    Memiliki cangkang Lunak
b)    Hidung menyerupai babi
c)    Berwarna coklat kehitaman
d)    Berbeda dengan kura-kura karena mempunyai kuku    KKMB    ±1,5 Meter
6.    Tempakul    
a)    Kepala menyerupai katak
b)    Mata besar
c)    Kulit dari hewan ini sangat licin    KKMB    ±2 Meter

II.    Flora/Tumbuhan

NO
  
Nama objek
    Cirri-ciri dan sifat    Lokasi    Jarak pantau
1.    Bakau (Rhizophora apiculata)
        Akarnya bercabang, membentuk cakar, batangnya tegak lurus
    KKMB  
2.     Bakau mutut besar ( Brugueira cylindrical)    Batangnya bercabang, struktur daun dari pohon ini sama persis seperti daun ketapang    KKMB    ±5 Meter
3.    Nipah ( Nipa fructican rhizophora )
    Daunnya mirip dengan damun kelapa , mempunyai batang yang berduri    KKMB    ±5 Meter
4.    Bakau Panggang (Rhizophora mucronata)
    Mempunyai akar yang sedikit , dan daunnya agak sedikit berserabut    KKMB    ±5 Meter
5.    Bius/tinomo (Bruguieira parviflora )    Pohon ini mempunyai akar bercabang namun tidak mempunyai cakar    KKMB    ±5 Meter

D.    Fauna Di Mangrove
1.    Bekantan
 Salah satu yang saya jumpai adalah si monyet Belanda atau yang lebih dikenal dengan Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis.Sampai saat ini , jumlah di KKMB kota Tarakan mencapai 13 ekor.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei (kxd) disebut bangkatan.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Kalimantan.Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah populasinya.

2.    Labi-labi
 Saya jumpai di hutan mangrove , di taruh di dalam suatu wadah (drum) aneh menurut saya, mengapa hewan seperti ini ada di hutan mangrove? Entahlah mungkin saja ditemukan begitu saja di tempat itu. Untuk lebih jelasnya, saya mengambil dari referensi lain mengenai hewan ini.
Labi-labi hidup di alam seperti rawa-rawa, danau, sungai dan dapat pula hidup di kolam yang suhu airnya berkisar 25-30 o C (Ikenoue dan Kafuku , 1992 dalam Nurbaiti, 1999).  Habitat yang disukai  adalah perairan tergenang  dengan dasar perairan lumpur berpasir , terdapat batu-batuan dan tak terlalu dalam. Labi-labi biasanya tak hanya tinggal di dasar perairan, tetapi terkadang nampak di atas batu-batuan untuk berjemur. Labi-labi biasanya menyukai perairan yang banyak dihuni oleh hewan air (molusca, ikan, crustacea dan lain-lain) serta  pada permukaan airnya terdapat tumbuh-tumbuhan air seperti enceng gondok, salvinia, monochorida, teratai dan lain-lainnya karena dapat menjadi bahan makanan di dalam air (Ditjenkan, 1995).
Pada kondisi lingkungan bersuhu rendah (kurang dari 30 o C), aktifitas bulus akan menurun, nafsu makan berkurang.  Biasanya bulus akan menyelam dan memendamkan dirinya dalam lumpur.  Di negara-negara yang mengalami 4 musim seperti di Jepang, pada musim dingin dimana suhu lingkungan sangat rendah, biasanya bulus membenamkan diri dan melakukan tidur suri. Dalam kondisi ini bulus tidak makan, tidak bergerak, tak tumbuh dan tingkat metabolismenya mencapai tingkat terendah.

3.    Elang laut
 Berada di dalam kandang, Elang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi bulu pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara bertelur yang mempunyai cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya. Ia menjaga anaknya sampai mampu terbang.
Elang merupakan hewan pemangsa. Makanan utamanya hewan mamalia kecil seperti tikus, tupai dan ayam. Terdapat sebagian elang yang menangkap ikan sebagai makanan utama mereka. Paruh elang tidak bergigi tetapi mempunyai bengkok yang kuat untuk mengoyak daging mangsa. Burung ini juga mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku yang tajam untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan yang tajam untuk memburu mangsa dari jarak jauh.
Elang mempunyai sistem pernafasan yang baik dan mampu untuk membekali jumlah oksigen yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Jantung burung elang terdiri dari empat bilik seperti manusia.
4.    Tempakul
Gelodok, belodok, belodog atau blodog adalah sekelompok ikan dari beberapa marga yang termasuk ke dalam anak suku Oxudercinae. Ikan-ikan ini senang melompat-lompat ke daratan, terutama di daerah berlumpur atau berair dangkal di sekitar hutan bakau ketika air surut. Nama-nama lainnya adalah tembakul, tempakul, timpakul atau belacak (bahasa Melayu), gabus laut, lunjat dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut mudskipper, karena kebiasaannya melompat-lompat di lumpur itu.
Tampang ikan ini sangatlah khas. Kedua matanya menonjol di atas kepala seperti mata kodok, wajah yang dempak, dan sirip-sirip punggung yang terkembang menawan. Badannya bulat panjang seperti torpedo, sementara sirip ekornya membulat. Panjang tubuh bervariasi mulai dari beberapa sentimeter hingga mendekati 30 cm.
Keahlian yang dimiliki ikan yang satu ini, selain dapat bertahan hidup lama di daratan (90% waktunya dihabiskan di darat), ikan gelodok dapat memanjat akar-akar pohon bakau, melompat jauh, dan ‘berjalan’ di atas lumpur. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga sirip ini dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan melompat.
Daya bertahan di daratan ini didukung pula oleh kemampuannya bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya, yang hanya bisa terlaksana dalam keadaan lembab. Oleh sebab itu gelodok setiap beberapa saat perlu mencelupkan diri ke air untuk membasahi tubuhnya. Ikan gelodok Periophthalmus koelreuteri setiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat, sebelum masuk lagi ke air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan sejumlah air di rongga insangnya yang membesar, yang memungkinkan insang untuk selalu terendam dan berfungsi selagi ikan itu berjalan-jalan di daratan.
Hidup di wilayah pasang surut, gelodok biasa menggali lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di ruang-ruang tertentu. Ketika air pasang naik, gelodok umumnya bersembunyi di lubang-lubang ini untuk menghindari ikan-ikan pemangsa yang berdatangan.
Ikan jantan memiliki semacam alat kopulasi pada kelaminnya. Setelah perkawinan, telur-telur ikan gelodok disimpan dalam lubangnya itu dan dijaga oleh induk betinanya. Telur-telur itu lengket dan melekat pada dinding lumpur. Gelodok Periophthalmodon schlosseri dapat bertelur hingga 70.000 butir.
5.    Serindit
Saya tidak melihat objeknya/hewan tersebut hanya kandangnya saja, mungkin dilepas atau sedang bersembunyi. Ada sumber yang saya dapat mengenai Serindit ini, penjelasannya ;
Serindit bentuknya seperti burung parkit, tetapi ekornya pendek. Bulu sayapnya berwarna hijau tua, dan pada ujungnya terdapat warna merah dan hitam. Badannya berwarna hijau muda bercampur kekuning-kuningan, sedangkan punggungnya terdapat warna kuning dan kecoklatan. Ekor herwarna hijau tua bercampur dengan merah dan hitam. Paruhnya berwama hitam, sedangkan di puncak kepalanya terdapat warna biru. Serindit jantan pada bagian atas dadanya terdapat warna merah berbentuk bulatan, sedangkan pada Serindit betina warnanya hijau kekuningan.
Perbedaan warna di bagian atas dada inilah yang memudahkan orang menentukan apakah serindit itu jantan atau betina. Jari-jarinya berjumlah empat buah. Burung ini relatif bertubuh kecil, sifatnya lincah dan pemberani, terutama yang jantannya. Seperti burung lain dari kelompok ini, jenis ini mempunyai kebiasaan aneh menggantung ke bawah pada waktu tidur.
a.    Habitat
Serindit hidup di hutan-hutan lebat, selalu berkelompok dan berpasangan. Di daerah Riau, populasi Serindit yang terbesar adalah di daerah daratan Sumatera, sedangkan di kepulauan Riau, walaupun ada (umumya di pulau-pulau besar yang berhutan lebat) jumlahnya tidaklah banyak.
b.    Perkembangbiakan
Musim berkembangbiak antara bulan Januari dan Juli. Sarangnya di lubang pohon yang hidup atau yang sudah mati. Sarangnya terletak sekitar 12 m dari atas tanah. Diameter lubang sarang berukuran kira-kira 8 cm. Kedalaman sarangnya sekitar 45 cm dengan lebar 30 cm. Alas sarang terdiri dari daundaun. Betina membawa bahan untuk sarang dengan cara diselipkan pada bulubulu tunggingnya. Jumlah telurnya rata-rata 3 butir. Telur tersebut menetas setelah dierami selama 3 – 4 minggu
E.    Tumbuhan Di Hutan Mangrove
1.    Nipah
Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti daon, daonan (Sd., Bms.), buyuk (Jw., Bali), bhunyok (Md.), bobo (Menado, Ternate, Tidore), boboro (Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno, pureno, parinan, parenga (Seram, Ambon dan sekitarnya).
Sebagaimana rumbia (Metroxylon spp.), batang pohon nipah menjalar di tanah, membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang. Akar serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Karena perakaran nipah ini hanya terletak dalam lumpur yang sifatnya labil maka rumpun-rumpun nipah dapat dihanyutkan oleh air sampai ke laut. Batang nipah terendam oleh lumpur. Hanya daunnya yang muncul di atas tanah.
Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka keranjang anyaman. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok --yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau-- setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering, dikelantang untuk memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai ukuran rokok. Beberapa naskah lama Nusantara juga menggunakan daun nipah sebagai alas tulis, bukannya daun lontar.
2.    Api-Api (Avicenna alba)
3.    Api-api adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Avicennia, suku Acanthaceae. Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat laut sebagai bagian dari komunitas hutan bakau. Nama Avicennia dilekatkan pada genus ini untuk menghormati Ibnu Sina, di dunia barat terkenal sebagai Avicenna, salah seorang pakar dan perintis kedokteran modern dari Persia.
Sebagai warga komunitas mangrove, api-api memiliki beberapa ciri yang merupakan bagian dari adaptasi pada lingkungan berlumpur dan bergaram. Di antaranya:
    Akar napas serupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya.ü
  ü  Daun-daun dengan kelenjar garam di permukaan bawahnya. Daun api-api berwarna putih di sisi bawahnya, dilapisi kristal garam. Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut.
    Bijiü api-api berkecambah tatkala buahnya belum gugur, masih melekat di rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh sebegitu terjatuh atau tersangkut di lumpur.
Nama lain api-api di pelbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah mangi-mangi, sia-sia, boak, koak, marahu, pejapi, papi, nyapi dan lain-lain.
Api-api menyukai rawa-rawa Mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau di sepanjang tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya, seperti A. marina, memperlihatkan toleransi yang tinggi terhadap kisaran salinitas, mampu tumbuh di rawa air tawar hingga di substrat yang berkadar garam sangat tinggi.
Kebanyakan jenisnya merupakan jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh kembali. Pohon api-api yang tumbang atau rusak dapat segera trubus (bersemi kembali), sehingga mempercepat pemulihan tegakan yang rusak.
Akar napas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk menangkap dan menahan lumpur serta pelbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan perakaran ini juga menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput dan teritip.

4.    Bakau (rizhopora apiculate)
Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini  memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti tancang, tanjang (Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako, jangkar dan lain-lain.
Pohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau.
Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 × 7-23 cm. Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung.
Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di ketiak, 2-4-8-16 kuntum, berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan atau kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan, bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Buah bakau, perhatikan hipokotilnya yang berwarna hijau memanjang. Buah berbentuk telur memanjang sampai mirip buah pir yang kecil, hijau coklat kotor. Hipokotil tumbuh memanjang, silindris, hijau, kasar atau agak halus berbintil-bintil.
5.    Perepat Merah (sonnetaria alba)
Pidada merah atau perepat merah  adalah sejenis pohon penghuni rawa-rawa tepi sungai dan hutan bakau, yang termasuk ke dalam suku Lythraceae (dulu, Sonneratiaceae).
Pidada merah adalah salah satu jenis pidada yang kerap ditemui.  Secara lokal, pohon ini sering disebut pidada atau perepat saja. Nama-nama lainnya, di antaranya: alatat (Sim.); berembang (Mly.); pedada, perepat merah, rambai (Banjarm.); bogem (Sd.); betah, bidada, bogem, kapidada (Jw.); bhughem, poghem (Mad.); wahat merah, warakat merah (Amb.); posi-posi merah (Ternate) dan lain-lain.
Pohon berukuran kecil hingga sedang, tinggi sekitar 15 m dan jarang-jarang mencapai 20 m. Tajuk renggang dengan ranting-ranting menggantung di ujung. Serta dengan banyak akar napas yang besar muncul vertikal di sekeliling batangnya, kadang-kadang hingga beberapa meter jauhnya dari batang.
Daun-daun tunggal, berhadapan, bundar telur terbalik atau memanjang, 5–13 cm × 2–5 cm, dengan pangkal bentuk baji dan ujung membulat atau tumpul. Tangkai daun pendek dan seringkali kemerahan. Bunga sendirian atau berkelompok hingga 3 kuntum di ujung ranting. Kelopak bertaju 6 (jarang 7–8), runcing, panjang 3–4,5 cm dengan tabung kelopak serupa cawan dangkal di bawahnya, hijau di bagian luar dan putih kehijauan atau kekuningan di dalamnya. Daun mahkota merah, sempit, 17-35 mm × 1,5-3,5 mm. Benangsari sangat banyak, panjang 2,5–3,5 cm, putih dengan pangkal kemerahan, lekas rontok. Tangkai putik besar dan panjang, tetap tinggal sampai lama.
Buah buni berbiji banyak berbentuk bola pipih, hijau, 5–7,5 cm diameternya dan tinggi 3–4 cm, duduk di atas taju kelopak yang hampir datar. Daging buah kekuningan, masam asin, berbau busuk.
Pidada merah kerap didapati di hutan-hutan bakau di bagian yang bersalinitas rendah dan berlumpur dalam; di sepanjang tepian sungai dan juga di rawa-rawa yang masih dipengaruhi pasang-surut air laut. Buah pidada terapung dan dipencarkan oleh aliran air.
Seperti umumnya pidada, bunga pidada merah mekar di malam hari. Bunga ini mengandung banyak nektar, yang disukai oleh kelelawar dan ngengat, yang datang menyerbukinya. Pidada merah berbunga dan berbuah sepanjang tahun.
Pemanfaatan
Buahnya dapat dimakan, demikian pula daunnya yang muda, yang kerap dilalap. Buah ini pun sering dimakan mentah, atau dimasak sebagai campuran ikan. Di Kalimantan Selatan, buah rambai dijadikan sebagai bahan ramuan bedak dingin.
Kayunya berkualitas rendah, dan hanya kadang-kadang digunakan sebagai kayu api. Akar napasnya relatif lunak dan banyak mengandung rongga renik di dalamnya, sehingga kerap digunakan sebagai pengganti gabus untuk membuat tutup botol, kok, dan juga bagian dalam sol sepatu.
6.    Bakau (rhizhopa apiculate)
Bakau adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon (vivipar). Pohon bakau juga memiliki banyak nama lain seperti tancang, tanjang (Jw.); tinjang (Md.); bangko (Bugis); kawoka (Timor), wako, jangkar dan lain-lain.
Pohon besar, dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Tinggi total 4-30 m, dengan tinggi akar mencapai 0.5-2 m atau lebih di atas lumpur, dan diameter batang mencapai 50 cm. Bakau merupakan salah satu jenis pohon penyusun utama ekosistem hutan bakau.
Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai, 3,5-13 × 7-23 cm. Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung.
Bunga berkelompok dalam payung tambahan yang bertangkai dan menggarpu di ketiak, 2-4-8-16 kuntum, berbilangan 4. Tabung kelopak bertaju sekitar 1,5 cm, kuning kecoklatan atau kehijauan, melengkung. Daun mahkota putih berambut atau gundul agak kekuningan, bergantung jenisnya. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat payau. Tanaman dikotil adalah tumbuhan yang buahnya berbiji berbelah dua. Pohon mangga adalah Contoh pohon dikotil dan contoh tanaman monokotil adalah pohon kelapa. Kelompok pohon di daerah mangrove bisa terdiri atas suatu jenis pohon tertentu saja atau sekumpulan komunitas pepohonan yang dapa hidup di air asin. Hutan mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, antara 32° Lintang Utara dan 38° Lintang Selatan.
Upaya Penanggulangan kerusakan mangrove secara terpadu senantiasa terus menjadi bagian Pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dimana seiring dengan masih diliputinya kondisi krisis moneter dan otonomi daerah ini diharapkan tidak mempengaruhi kita untuk melakukan yang terbaik dalam menanggulangi kerusakan mangrove yang ada. mangrove dengan melibatkan petambak guna melestarikan mangrove dengan pola tambak ramah lingkungan.

F.    Data KKMB 2008-2009/ Data Detail
I.    Jumlah populasi Bekantan (Nasalis larvatus)
    Jantan Dewasa        : 2 ekor§
    Betina Dewasa        : 5 ekor§
    Anakan            : 13 EKOR§
II.    Jumlah populasi ekor panjang/Macaca fascivolaris
    Jantan Dewasa        : 1 ekor§
    Betina Dewasa        : 1 ekor§
    Anakan            : 3 Ekor§
III.    Jumlah jenis mangrove KKMB    : 22 jenis
IV.    Jumlah jenis kepiting KKMB    : 13 jenis
V.    Jumlah Owa-owa/ Hylobates Mullery : 2 ekor
VI.    Jumlah elang bongol        : 3 ekor
VII.    Srindit                : 3 ekor









BAB VI PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari kesekian/semua yang didapat dan disusun, laporan ini cukup membantu dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan lingkungan, kalau boleh saya masukkan komponen mata kuliah ini adalah :
1.    Ilmu Kealaman Dasar
2.    Ekologi Laut Tropis
Mata kuliah diatas sangat berguna apalagi letak daerah kita yang strategis akan Biota laut dan lingkungan tropisnya sehingga disebut Megabiodiversity. Oleh karena itu, kita patut melestarikan lingkungan kita , menjaga dan merawatnya.
B.    Kesan
Ketika berkunjung di KKMB, saya awalnya tidak terlalu tertarik, tetapi lama-kelamaan saya sadar bahwa Hutan ini merupakan satu-satunya di Dunia yang terletak dekat dengan pusat Kota. Perlu juga di ingat, aka nada penambahan/perluasan lahan mangrove yang lebih menarik bagi pengunjung. Kita berdoa dan beri dukungan penuh agar terlaksana dengan baik.
C.    Pesan
Semoga laporan ini berguna bagi pembaca dan penulis/penyusun dan bisa di tambah lagikarena bersifat dinamis akan objek yang kita kunjungi.