Kamis, 27 Juni 2013

Mangrove di kota tarakan



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HUTAN mangrove adalah hutan yang berada di daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantai hutannya selalu tergenang air. Menurut Steenis (1978) mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut. Nybakken (1988) bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
Beberapa jenis umum yang dijumpai di Indonesia adalah Bakau (Rhizophora), Api-api(Avicennia), Pedada(Sonneratia), Tanjang (Bruguiera), Nyirih (Xylocarpus).
Komposisi jenis tumbuhan penyusun ekosistem ditentukan oleh beberapa faktor lingkungan, terutama jenis tanah, genangan pasangan pasang surut dan salinitas (Bengen 2001). Pada wilayah pesisir yang terbuka, jenis pohon yang dominan dan merupakan pohon perintis umumnya adalah api-api dan pedada. Api-api lebih senang hidup pada tanah berpasir agak keras, sedangkan pedada pada tanah yang berlumpur lembut. Pada daerah yang terlindung dari hempasan ombak, komunitas mangrove biasanya didominasi oleh pohon bakau. Lebih kearah daratan (hulu), pada tanah lempung yang agak pejal biasanya tumbuh komunitas tanjang. Nipa (Nypa) merupakan sejenis palma dan merupakan komponen penyusun ekosistem mangrove sering kali tumbuh di tepian sungai lebih ke hulu, pengaruh aliran air tawar dominan. Komunitas Nipa(Nypa fruticans) tumbuh secara optimal di kiri kanan sungai-sungai besar Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya. Parameter lingkungan yang utama yang menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan mangrove adalah:
Ø Pasokan air tawar dan salinitas
Ø Stabilitas substrat
Ø Pasokan nutrien
Ketersediaan air tawar dan salinitas (kadar garam) mengendalikan efisiensi metabolisme dari ekosistim mangrove. Ketersediaan air bergantung pada:
Ø Frekuensi dan volume aliran air tawar
Ø Frekuensi dan volume pertukaran pasang surut
Ø Tingkat evavorasi
Stabilitas substrat, kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan mangrove adalah nibah (ratio) antara laju erosi dan pengendapan sedimen, yang sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran air tawar dan muatan sedimen yang dikandungnya, laju pembilasan oleh arus pasang surut, dan gaya gelombang. Sedang pasokan nutrien bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai proses yang saling yang terkait, meliputi input/export dari ion-ion mineral anorganik dan bahan organik serta pendaurulangan nutrien secara internal melalui jaring makanan berbasis detritus. Konsentrasi relatif dan nisbah (ratio) optimal dari nutrien yang diperlukan untuk pemeliharaan produktivitas ekosistem dan ditentukan oleh :
Ø Frekuensi,jumlah dan lamanya penggenangan oleh air asin atau air tawar
Ø Dinamika sirkulasi internal dari kompleks detritus (Odum 1982)
Secara biologi yang menyangkut rantai makanan, ekosistem mangrove merupakan produsen primer melalui serasah yang dihasilkan. Serasah hutan setelah melalui dekomposisi oleh sejumlah mikroorganisme, menghasilkan detritus dan berbagai jenis fitoplankton yang akan dimanfaatkan oleh konsumen primer yang terdiri dari zooplankton, ikan dan udang, kepiting sampai akhir dimangsa oleh manusia sebagai konsumen utama. Vegetasi hutan mangrove juga merupakan pendaur ulang hara tanah yang diperlukan bagi tanaman.




B. Tujuan
  1. Mendeskripsikan karakteristik hutan mangrove
  2. Mengidentifikasi pola interaksi pada ekosistem yang berada di hutan managrove
  3. Mengidentifikasi struktur tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat rendah.
  4. Mengidentifikasi dominasi hewan tingkat tinggi dan hewan tingkat rendah.
  5. Mengidentifikasi temuan-temuan/permasalahkan yang ditemukan di tempat observasi dan solusi permasalahan masalah
  6. Memprediksi dan mempersentasikan mengenai keragaman jeenis, kepadatan, dominasi.














BAB II
Tinjauan Teori

A. Pengertian Hutan Mangrove
Hutan bakau atau hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.



B. Karakteristik Ekosistem Mangrove
Karakteristik terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
  • memiliki jenis pohon yang relatif sedikit.
  • memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp, serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.
  • memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora.
  • memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah :
  • tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;
  • tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
  • daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
  • airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.
C. Karakteristik Fisik Yang Penting Habitat Hutan Mangrove
Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping Rhizophora spp, jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.
D. Flora Mangrove
Tomlinson (1986) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok, yakni :
  1. Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang menunjukkan kesetiaan terhadap habitat mangrove, berkemampuan membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam. Contohnya adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera, Laguncularia dan Nypa.
  2. Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas, contoh : Excoecaria, Xylocarpus, Heritiera, Aegiceras. Aegialitis, Acrostichum, Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan Pelliciera.
  1. Asosiasi mangrove, contohnya adalah Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan lain-lain.
Flora mangrove umumnya di lapangan tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi di hutan mangrove mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi lingkungan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa zonasi) tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan. Beberapa faktor lingkungan yang penting dalam mengontrol zonasi adalah :
  • Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air (water table) dan salinitas air dan tanah. Secara langsung arus pasang surut dapat menyebabkan kerusakan terhadap anakan.
  • Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah, tingginya muka air dan drainase.
  • Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap kadar garam.
  • Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari species intoleran seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.
  • Pasokan dan aliran air tawar
E. Fauna Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik fauna khas mangrove maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove. Berbagai fauna tersebut menjadikan mangrove sebagai tempat tinggal, mencari makan, bermain atau tempat berkembang biak.
Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa sederhana sampai burung, dan mamalia. Secara garis besar fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat (terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut. Akan tetapi fauna yang terdapat di hutan mangrove Kab Subang termasuk kedalam fauna laut yang didominasi oleh Mollusca dan Crustaceae. Golongan Mollusca umunya didominasi oleh Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura.
F. Manfaat dan Fungsi Mangrove
Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik (Siregar dan Purwaka, 2002). Masing-masing elmen dalam ekosistem memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan. Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Secara Fisik
1) Penahan abrasi pantai.
2) Penahan intrusi (peresapan) air laut.
3) Penahan angin.
4) Menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai.
5) Penyerapan karbon. Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
6) Memelihara iklim mikro. Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga kelembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
7) Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam. Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.
8) Pengendapan lumpur. Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
9) Penambah unsur hara. Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
10) Penambat racun. Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif
Secara Biologi
1)  Tempat hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti ikan dan udang).
2) Sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting dan golongan kerang/keong), yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen di atasnya dalam siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem.
3) Tempat hidup berbagai satwa langka, seperti burung. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).
4) Sumber plasma nutfah. Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
5) Memelihara proses-proses dan sistem alami. Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
Secara Sosial dan Ekonomi
1) Tempat kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian). Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya. Selain itu, dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hutan mangrove berperan sebagai laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
2) Penghasil kayu untuk kayu bangunan, kayu bakar, arang dan bahan baku kertas, serta daun nipah untuk pembuatan atap rumah.
3) Penghasil tannin untuk pembuatan tinta, plastik, lem, pengawet net dan penyamakan kulit.
4) Penghasil bahan pangan (ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), dan obat-obatan (daun Bruguiera sexangula untuk obat penghambat tumor, Ceriops tagal dan Xylocarpus mollucensis untuk obat sakit gigi, dan lain-lain).
5) Tempat sumber mata pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak., dan pengrajin atap dan gula nipah.
6) Transportasi. Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
G. Pola interaksi ekosistem yang berada di hutan mangrove
Semua organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati membentuk sistem ekologi didalam ekosistem. Didalam ekosistem terjadi rantai makanan/ aliran energy dan siklus biogeokimia.
Rantai makanan dapat dikategorikan sebagai interaksi antar organisme dalam bentuk predasi. Rantai makanan merupakan proses pemindahan energi makanan dari sumbernya melalui serangkaian jasad-jasad dengan cara makan-dimakan yang berulang kali (Romimohtarto dan Juwana,1999). Terdapat tiga macam rantai pokok (Anonim 2008).yaitu rantai pemangsa, rantai parasit dan rantai saprofit.
1. Rantai Pemangsa
Landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivore sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivore sebagai konsumen ke 2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
2 . Rantai Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh cacing, bakteri dan benalu.
3. Rantai Saprofit
Dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai tersebut tidak berdiri sendiri akan tetapi saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk jaring-jaring makanan.



BAB III
HASIL OBSERVASI
Setelah saya melakukan observasi di kawasan hutan mangrov yang berada di Tarakan menjumpai beberapa jenis tumbuhan bakau diantaranya yang saya jumpai adalah :
1.      bakau panggang (Rhizophora mucronata)
ciri-cirinya : akar tongkat, daunya tunggal bersilang, elips melebar hingga bulat memanjang, ujung meruncing tulang daun hijau dan panjang daun 15-20 cm
2.      bakau merah (Rhizophora apikulata)
ciri-cirinya :akar tonkat,daunya elips menyempit,ujung runcing tulang daun merah dan panjang 9-18 cm.
3.      prepat (Sonneratia alba)
ciri-cirinya : akar papan, kulitkayunya berwarna putih hingga coklat. Buahnya seperti bila diatasnya ada seperti bintang/segi lima,
4.      api-api (avicenia alba)
ciri-cirinya : akar papan, berbatang licin dan berwarna kelabu serta berpuru halus. Kulit dalamnya keras seakan-akan berwarna putih. Mempunyai daun berbentuk lembing, tirus ke pangkal, berkilat dan berwarna hijau tua di sebelah permukaan atas daun dan keputih-putihan di bahagian permukaan belakang daun. Tulang belakang daun nampak kekuning-kuningan. Mempunyai bunga yang kecil, berwarna kuning serta buah berwarna hijau dan berbulu dengan bentuk rupanya seakan-akan pacat kekenyangan.
5.      bakau mutut besar (briguiera gymnorrhiza)
ciri-cirinya :
6.      bius/rancang (brigueira parviflora)
ciri-cirinya : pohonya tinggi,kurus,banyak cabang,daunya panjang dan kecil akarnya termaksuk jenis akar papan
7.      nipah (nypa fructicans)
ciri-cirinya : batangnya panjang,daunya seperti daun kelapa,jenis akar serabut
8.      api-api (avicennia marina)
ciri-cirinya :batangnya berbentuk huruf Y batangnya berlumut, warna kulitnya abu-abu. Bentuk akar papan
ciri-cirinya : akar papan,pohonnya aga kecil,batang yang berwarna keputih-putihan,daun berwarna putih abu-abu bagian bawahnya dan atasnya berwarna hijau berbintik-bintik kecil.bunganya berwarna kuning.
9.      iggili (xylocarpus granatum)
ciri-cirinya : pohonnya berwarna merah buahnya bundar seperti bola boling. Daunya panjang dan kecil, jenis akar cakar ayam
10.  api-api (avicennia lanata)
ciri-cirinya : batangnya tinggi, memiliki banyak cabang di bagian atas.daunya kecil berwarna putih dibagian bawahnya dan atasnya hijau dan berbintik-bintik kecil. Jenis akar papan.
11.  kayu merah (rhizophora sp)
ciri-cirinya : batangnya melengkung,daunya tidak banyak,bentuk daunnya agak lebar dan panjang jenis bentuk akar lutut.
12.  teruntung (aegiceras comikulatum)
ciri-cirinya : kulit batangnya berwarna putih,daunya berbentuk oval,buahnya kecil-kecil.bentuk akar papan.

Jenis hewan yang saya jumpai
1.      bekantan (nasalis lavatus)
ciri-cirinya : besar, hidung panjang,warna kulit merah,
2.      elang bandol (haliastur indus)
ciri-cirinya: warnanya abu-abu dan putih,paruhnya tajam,sayapnya lebar,kukunya panjang dan tajam.
3.      monyet/kera ekor panjang (macaca fascicularis)
ciri-cirinya : warnanya coklat,ekornya panjang, mmemiliki taring.
4.      kepiting bakau (scylla serrata)
ciri-cirinya : berwarna hitam, badanya kecil,dan memiliki jepit yang besar dari pada badannya.
5.      owa-owa (hylobates muelleri)
ciri-cirinya : hitam dan coklat putih, tempatnya dikandang sendiri, ekornya panjang.tangannya juga panjang.matanya besar.
6.      kepiting warna warni (uca sp)
ciri-cirinya : memiliki banyak warna di punggungnya,badanya kecil.
7.      tempakul (priopthalamus sp)
ciri-cirinya : sejenis ikan, mata dan mulutmya besar,memiliki tempat/lobang.kepalannya besar dibandingkan dengan badannya.
8.      kadal (mabuya sp)
ciri-cirinya :berwarna coklat,sejenis cicak.dan bisa memanjat.
9.      biawak (varanus solvator)
ciri-cirinya : kulitnya tebal warna kulit coklat/abu-abu,lidanya panjang,badan besar,dan ekornya panjang.
10.  raja udang (polorgapsis capensis)
ciri-cirinya : berwarna biru dan putih,parunya kecil dan panjang.
11.  ular (chrysopelea paradisi)
ciri-cirinya : derwarna hijau,kecil dan panjang,bergerak cepat.jenisnya ular berbisa.
12.  siput hijau (nerita balteata)
ciri-cirinya : bulat dan bisa memanjat pohon pada saat air pasang.
13.  temberungun (celescopium)
ciri-cirinya : panjang dan berbentuk krucut.
      14. Tikus
Ciri-cirinya :bulunya berwarna abu-abu,dan ekornya panjang
     15.Tupai
            Ciri-cirinya bulunya panjang dari tikus,bisa melompat dan berlari dengan cepat.






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.kesimpulan
Hutan bakau sebagai salah satu dari tipe formasi hutan, adalah komunitas hutan tersendiri yang merupakan tumbuhan utama intertidal tropic, dan terdiri atas banyak flora dan fauna yang hidup di area sub tropic pesisir pantai. Dengan demikian dapat dipahami keberadaannya yang khas dan tempat tumbuhnya terbatas sehingga perlu diamankan dari berbagai bentuk intervensi.Hutan bakau dengan keragaman hayatinya juga menyimpan khazanah ilmu pengetahuan tentang flora dan fauna yang memiliki makna bagi kebutuhan hidup manusia dalam berbagai aspeknya.












DAFTAR PUSTAKA
- http://www.elsdainstitute.or.id/in/[Berita & Kegiatan]/?id1=3&id_bet=