STUDI KOMUNITAS GASTROPODA
DI PANTAI JUATA LAUT
KOTA TARAKAN
Oleh:
Kristoper.m
09.101020.004
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS BORNEO
TARAKAN
2010
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL........................................................................................................ i
DAFTAR
ISI.................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ......................................................................................... 1
B. Perumusan
Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan
Penelitian....................................................................................... 1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
dan Tipologi pesisir.................................................................... 2
B. Ekosistem
Mangrove............................................................................... 2
C. Komunitas
Gastropoda............................................................................ 3
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu
dan Tempat................................................................................ 4
B. Alat
dan Bahan....................................................................................... 4
C. Metode
Penelitian.................................................................................. 6
D. Analisis
Data.......................................................................................... 7
Daftar
Pustaka
1
BAB I
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ekosistem pesisir dan laut menyediakan
sumberdaya yang produktif, baik sebagai sumber pangan, media komunikasi maupun
kawasan rekreasi atau pariwisata (Bengen, 2002). Karena itu wilayah pesisir dan
laut merupakan salah satu tumpuan harapan manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dimasa dating. Ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi karena didalamnya terdapat berbagai
macam ekosistem pendukung, antara lain adalah ekosistem mangrove,terumbu
karang, dan padang lamun.
Secara nyata upaya untuk pemanfaatan
sumberdaya wilayah pesisir cendrung bersifat eksploitasi yang hanya bertujuan
untuk mengambil keuntungan dari hasil-hasil sumberdaya yang ada, tanpa
memperhatikan faktor kelestarian lingkungan pesisir tersebut, serta upaya-upaya
untuk tetap menjaga agar
organism-organisme yang ada di lingkungan pesisir tetap ada.Untuk itu perlu adanya
identifikasi tentang struktur komunitas Gastropoda yang bernilai ekologis dan
ekonomis penting di kawasan Pantai Kota Tarakan.
B.
Perumusan
Masalah
Permaslahan utama pada Pantai Juata Laut
banyaknya Gastropoda yang belum dimanfaatkan dan belum diketahui dominasi,
keanekaragaman dan komposisi jenis.
C.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui
struktur komunitas gastropoda di Pantai Juata Laut
2. Mengetahui
distribusi dan pola penyebaran gastropoda di Pantai Juata Laut
2
BAB II
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Tipologi
Terdapat suatu kesempatan umum di dunia bahwa wilayah
pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut (Bengen,
2002)> Dahuri et al (1996) dalam Sumarni (2003) menyatakan
definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah pertemuan antara
darat dan laut, kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti
pasang surut, angin laut dan perembesaran air asin, sedangkan kearah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi didarat seperti, sedimentasi dan aliran air tawar, maupun
yang disebabkan oleh kegiatan manusia didarat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran. Apabila ditinjau dari garis pantai, maka suatu wilayah pesisir
memiliki dua kategori batas yaitu, yaitu batas yang sejajar garis pantai dan
batas yang tegak lurus dengan garis pantai. Selain mempunyai potensi yang
besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosisitem yang paling mudah terkena dampak
kegiatan manusia (Sumarni,2003).
B. Ekosistem Mangrove
Hutan mangrove merupakan bagian dari ekosistem pesisir
yang mempunyai sifat dan karakteristik yamg khas serta mempunyai fungsi dan
manfaat yang beraneka ragam baik bagi manusia yang mendiami wilayah pesisir
maupun wilayah sekitar. Kata mangrove berasal dari kata mangue, bahasa portugis yang
menunjukkan komunitas suatu tumbuhan. Pengertian mangrove adalah sebutan umum
yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas atau semak-semak atau
rumput-rumputan yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dilaut Sedangkan sebutan
bakau ditunjukan untuk semua individu tumbuhan yang menyusun hutan mangrove
separti jenis Rhizophora spp, dan
3
mangal
untuk komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan jenis Rhizophora (Nybakken, 1988 dalam Hendra, 2001).
C. Komunitas Gastropoda
1.
Pengertian
Gastropoda
Gatropoda berasal dari kata Gaster yang berarti perut dan paus
berarti kaki,Jadi jadi gastropoda berarti kaki perut atau hewan invertebrate
yang melakukan aktivitas lokomisi dengan kaki perutnya (Anatomi, 2009). Cangkang asimetri biasanya menggulung seperti ulir
memutar kekanan. Hewan ini menggendong cangkang, kakinya besar dan lebar untuk
merayap dibantu atau mengeduk pasir atau lumpur (Nybaken, 1988).
2.
Anatomi
Gastropoda
Bentuk
cangkang siput pada umumnya seperti kerucut dari tabung yang melingkar seperti
konde. Puncuk kerucut merupakan bagian yang tertua, disebut apex.
Sumbu kerucut disebut columella.
Gelung besar disebut body whorl dan
gelung kecil-kecil diatasnya disebut spire (ulir). Aperture ialah
bukaan cangkang tempat tersembulnya kepala dan kaki. Kebanyakan spesies
mempunyai cangkang dekstral, beberapa spesies mempunyai cangkang baik dekstral
maupun sinistral (Sugiarti et al,
2005).
Cangkang
gastropoda terdiri dari atas 4 lapisan, paling luar adalah pesiostrakum, yang
merupakan lapisan tipis terdiri dari bahan protein zat tanduk, disebut
conchiolin atau conchin. Pada lapisan ini banyak terdapat endapan pigmen
beraneka warna, yang menjadikan banyak cangkang siput sangat indah warnanya
(Sugiarti et al,2005).
Lapisan
kalsium karbonat terdiri atas 3 lapisan atau lebih, yang terluar adalah
prismatic atau palisade, lapisan prismatic terdiri dari calcite yang tersusun
vertical, masing-masing diselaputi matriks protein yang tipis (sugiarti et al,2005).
3.
Pernapasan
Kebanyakan
gastropoda bernafas dengan insang. Bentuk insang primitive kebanyakan dimiliki
oleh jenis-jenis dari subkelas prosobranchia
yaitu
4
bipectinate dan jumlahnya
sepasang, pada jenis lainnya sebagai akibat dari torsi insang sebelah kanan
sayap.
Pada
opisthobranchia dengan adanya peristiwa detorsi, insang asli cenderung
menghilang dan terbentuknya insang skunder. Pada Nudibranchia, dimana terjadi detorsi
penuh, cangkang, ronggamantel dan insang asli lenyap, pernafasan dengan seluruh
permukaan tubuh atau insang skunder.
4.
Peredaran
darah
Pada
umumnya gastropoda mempunyai sistem peredaran darah terbuka seperti halnya
kebanyakan mollusca
yang lain. Pada siput, kecuali jenis primitive auricle kanan mengecil atau
menghilang sebagai akibat hilangnya insang kanan. Jantung terletak pada rongga pericardium.
Darah mengalir dari ventricle
menuju aorta pendek, kearteri posterior dan arteri anterior. Arteri posterior
memasok darahke massa visceral, dan arteri anterior memasok ke kepala dan kaki.
Darah dari arteri menyebar dalam sinus darah pada organ, yaitu rongga-rongga
diantara jaringan penghubung, tanpa dinding khusus. Sebagian besar darah dari
kepala, kaki dan viscerial, sebelum
kembali kejantung melalui sinus ginjal dan sinus insang, tetapi sebagian lagi
langsung kejantung.
II.
METODOLOGI
A.
Waktu
dan Tempat
Penelitian ini
dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan april 2009 sampai Mei 2009 di
pantai Juata Laut Kota Tarakan.
B.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan pada penelitian disajikan pada table dibawah ini
5
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
No
|
Nama
Alat dan Bahan
|
Jumlah
|
Fungsi
|
1
2
|
Alat
a. Water Cheker
b. pH meter
c. Ember
d. Skop
e. Plastik
f. Meteran
g. Alat tulis menulis
Bahan
a. Sample Gastropoda
b. Aquades
c. Formalin 5 %
|
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
|
Mengukur
kualitas perairan
Mengukur Ph
Perairan
Sebagai
tempat menyimpan sample Gastropoda
Untuk
menggali tanah
Untuk menyimpan
sample Gastropoda
yang di
bersihkan
Untuk
mengukur lokasi pengamatan
Untuk
mencatat semua data yang telah di
Peroleh
Membersihakan
alt-alat yang di gunakan sebagai bahan pengawet
|
6
C.
Metode
Penelitian
1.
Metode
Pengambilan Data
Jenis data yang akan
dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer di identifikasi
melalui observasi dan pengukuran langsung dilapangan, sedangkan data skunder
merupakan data yang sudah ada sebalumnya.Adapun data primer yang sudah
dikumpulkan dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 2. Data fisika Kimia Selama Penelitian
No
|
Parameter
|
Jenis
|
1
2
3
|
Fisika
Kimia
Biologi
|
-Suhu
-Salinitas
-Do
-pH
-Komunitas
Gastropoda
-Indeks
Keanekaragaman
-Indeks
Keseragaman
-Indeks
Dominan
-Kepadatan
-Indeks
Penyebaran
|
2.
Pengukuran
Parameter Fisika dan Kimia
Pengukuran
parameter fisika (suhu) dan kimia (pH, Do, salinitas) diukur secara insitu,
yaitu dengan melakukan pengambilan sampel sebanyak tiga kali ulangan di
masing-masing stasiun. Penentuan stasiunadalah tegak lurus garis pantai dimulai
dari pasang tertinggi dan surut terendah.
7
3.
Parameter
Biologi
Penentuan
stasiun ini dilihat berdasarkan karakteristik keterwakilan yang dimiliki daerah
pengamatan . Sampel biota diambil pada saat surut dan dilakukan sebanyak empat kali dalam satu bulan pada petak 10 m x
10 m di setiap stasiun. Pada petak 10 m x 10 m dibuat petakan ukuran 1mx 1m
sebanyak 3 plotsecara acak yang digunakan untuk mengambil sampel gastropoda
yang ada di permukaan maupun dalam substrat yaitu sedalam 30 cm. Pengambilan
sampel biota di daerah yang masih ada pemukiman (Stasiun I), daerah yang masih
ada mangrovenya (StasiunII). Pengambilan biota diambil secara memungut dan
menggali, analisis lanjut dilakukan di laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Borneo Tarakan.
D.
Analisis
Data
1.
Indeks
Keanekaragaman (H’)
Keanekaragaman
spesies dapat dikatakan sebagai keheterogenan spesies dan merupakan cirri khas
struktur komunitas. Rumus yang digunakan
untuk menghitung keanekaragaman adalah dari rumus Shanon-Wiener (Odum, !993)
Yaitu:
H’
= − ∑ n I x In n i
N N
Keterangan :
H’: Indeks Keanekaragaman Jenis
Ni: Jumlah Individu Setiap Jenis
N: Jumlah Total Individu
Indeks
Keanekaragaman (H’) mempunyai asumsi keanekaragaman penyebaran jumlah tiap
individu, dan kestabilitan komunitas jika:
H’<
I: Keanekaragaman rendah
1<H’<3:
Keanekaragaman sedang
H’>3:
Keanekaragaman tinggi
8
2.
Indeks
keseragaman
Keseragaman
dapat dikatakan sebagai keseimbangan, yaitu komposisi individu tiap spesies
yang terdapat dalam suatu komunitas. Rumus keseragaman (Odum, 1993) dinyatakan
sebagai berikut:
Keterangan:
E= H’
In S
E=Indeks Keseragaman Jenis
H’=Indeks Keanekaragaman Jenis
S=Jumlah Taksa Organisme yang ditemukan
Nilai
Indeks Keseragaman berkisar antara 0-1, jika Indeks Keseragaman 0 berarti
jumlah individu tiap jenis cenderung berbeda. Indeks keseragaman 1 berarti
keseragaman pada suatu komunitas semakin tinggi atau jumlah individu tiap
spesies relative sama:
3.
Indeks
Dominansi
Indeks
Dominansi ditentukan dengan Indeks Simpson, persamaannya adalah sebagai berikut
(Odum, !993):
Dimana:
C=Indeks Dominansi
Ni=Jumlah Individu
Setiap jenis
N=Jumlah Total Individu
Nilai C mendekati 1
berarti spesies cenderung dominan, dan jika nilai C mendekati 0 berarti tidak
terjadi dominansi spesies dalam komunitas.
4.
Kepadatan
Kepadatan
adalah jumlah individu persatuan luas (brower dan Zar, 1977) dalam (Agustianingsih, 2006) dengan
rumus:
D= Ni
A
9
Dimana:
D= Kepadatan Ind/m²)
Ni= Total individu jenis kei yang
ditemukan
A= Luas total pengambilan contoh pada
transek ke-I (m²)
5.
Pola
Penyebaran
Untuk
mengetahui pola sebaran jenis dari suatu organism pada suatu habitat, digunakan
penyebaran Morista (Bower dan Jar, 1977) dalam
Agustianingsih (2006), dengan rumus sebagai berikut:
n
∑X²
- N
I=n
Id
= n
n
∑N ( N – 1 )
i=n
Keterangan:
Id=
Indeks Penyebaran Morsita
n=
Jumlah petak pengambilan contoh
N=
Jumlah individu yang diperoleh padaa seluruh petak contoh
∑X²
=Jumlah total dari kuadrat individu tiap petak contoh
Berdasarkan
perhitungan diatas, pola sebaran jenis organism dibedakan atas:
Pola
sebaran individu seragam Id< 1
Pola
sebaran individu acak Id= 1
Pola
sebaran individu mengelompok Id> 1
DAFTAR PUSTAKA
Agustianingsih, FD. 2006. Struktur Komunitas Kepiting Di
Ekosistem Mangrove Kawasan Hutan Lindung ANGke Kapuk, DKI. Skripsi. Jurusan Manajemen
Sumber Daya Perairan FPIK. 1998, IPB (tidak
dipublikasikan).
Bengen.D.g, 2002, Ekosistem dan Suberdaya Alam Pesisir dan
Laut Serta Prinsip Pengelolaannya, Institut Pertanian bogor. Bogor.
Hendra R H. 2001. Partisipasi masyarakat Dalam Pelestarian
Hutan Mangrove (Tensis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor) (tidak
dipublikasikan).
Nybaken.J.M. 1998. Biologi Laut. Gramedia. Jakarta
Odum, E.P. 1993.
Dasa-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta.
Sugiarti. S, Bambang. W, Yusli. W, Majariana. K, 2005.
Avertebrata Air Jilid I. Penebar Swadaya. Jakarta. 204 halaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar