I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang tidak
asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bahan makanan ini merupakan sumber
protein yang relatif murah, tetapi beberapa jenis di antaranya mempunyai nilai
ekonomi yang cukup tinggi untuk diekspor (Murniyati dan Sunarman, 2000).
Untuk mempertahankan kesegaran dan mutu ikan sebaik
dan selama mungkin, maka dilakukanlah pengolahan dan pengawetan ikan.
Pengawetan dan pengolahan ikan bertujuan untuk menghambat atau menghentikan
kegiatan zatzat dan mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan
(kemunduran mutu) dan kerusakan (Moeljanto, 1992).
Penerapan teknologi refrigrasi bagi usahan
perikanan, terbukti mampu meningkatkan produksi perikanan. Pendapatan negara
dan nelayan sekitar 90% dari nilai produk perikanan yang diekspor adalah produk
yang direfrigrasi (Ilyas, 1983).
Tetapi ikan juga memiliki kelemahan yaitu ikan
merupakan bahan pangan yang mudah busuk (perishable food) dan
kesegarannya mulai hilang jika tidak ditangani dengan cepat. Salah satu
penanganannya yaitu dengan memanfaatkan teknik pembekuan ikan.
Pembekuan merupakan suatu cara
pengawetan bahan pangan dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah titik
beku pangan tersebut. Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau
dengan terbentuknya es (ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan
jasad renik dapat dihambat atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu
bahan pangan. Mutu hasil pembekuan masih mendekati buah segar walaupun tidak
dapat dibandingkan dengan mutu hasil pendinginan.
Pembekuan dapat mempertahankan rasa dan
nilai gizi bahan pangan yang lebih baik daripada metoda lain, karena pengawetan
dengan suhu rendah (pembekuan) dapat menghambat aktivitas mikroba mencegah
terjadinya reaksireaksi kimia dan aktivitas enzim yang dapat merusak kandungan
gizi bahan pangan. Walaupun pembekuan dapat mereduksi jumlah mikroba yang
sangat nyata tetapi tidak dapat mensterilkan makanan dari mikroba (Frazier,
1977) Menurut Tambunan (1999), pembekuan berarti pemindahan panas dari bahan
yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat, dan merupakan salah
satu proses pengawetan yang umum dilakukan untuk penanganan bahan pangan. Pada
proses pembekuan, penurunan suhu akan menurunkan aktifitas mikroorganisma dan
sistem enzim, sehingga mencegah kerusakan bahan pangan. Selain itu,
kristalisasi air akibat pembekuan akan mengurangi kadar air bahan dalam fase
cair di dalam bahan pangan tersebut sehingga menghambat pertumbuhan mikroba
atau aktivitas sekunder enzim.
Proses pembekuan terjadi secara bertahap
dari permukaan sampai pusat bahan. Pada pemukaan bahan, pembekuan berlangsung
cepat sedangkan pada bagian yang lebih dalam, proses pembekuan berlangsung
lambat (Brennan, 1981). Pada awal proses pembekuan, terjadi fase precooling dimana
suhu bahan diturunkan dari suhu awal ke suhu titik beku. Pada tahap ini semua
kandungan air bahan berada pada keadaan cair (Holdworth, 1968). Setelah tahap precooling
terjadi tahap perubahan fase, pada tahap ini terjadi pembentukan kristal es
(Heldman dan Singh, 1981).
B.
Tujuan
penulisan
Adapu
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagai mana cara
penanganan hasil perikanan dengan cara pembekuan.
C.
Manfaat
penulisan
Penulisan
makalah ini diharapkan dapat meberikan informasi mengenai penaganan hasil perikanan
dengan cara pembekuan sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
upaya pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap.
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembekuan
Pembekuan merupakan suatu cara
pengawetan bahan pangan dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah titik
beku pangan tersebut. Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau
dengan terbentuknya es (ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan
jasad renik dapat dihambat atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan
pangan. Mutu hasil pembekuan masih mendekati buah segar walaupun tidak dapat
dibandingkan dengan mutu hasil pendinginan.
Pembekuan dapat mempertahankan rasa dan
nilai gizi bahan pangan yang lebih baik daripada metoda lain, karena pengawetan
dengan suhu rendah (pembekuan) dapat menghambat aktivitas mikroba mencegah
terjadinya reaksireaksi kimia dan aktivitas enzim yang dapat merusak kandungan
gizi bahan pangan.
Walaupun pembekuan dapat mereduksi
jumlah mikroba yang sangat nyata tetapi tidak dapat mensterilkan makanan dari
mikroba (Frazier, 1977) Menurut Tambunan (1999), pembekuan berarti pemindahan
panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat, dan
merupakan salah satu proses pengawetan yang umum dilakukan untuk penanganan bahan
pangan. Pada proses pembekuan, penurunan suhu akan menurunkan aktifitas
mikroorganisma dan sistem enzim, sehingga mencegah kerusakan bahan pangan.
Selain itu, kristalisasi air akibat pembekuan akan mengurangi kadar air bahan
dalam fase cair di dalam bahan pangan tersebut sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba atau aktivitas sekunder enzim.
Proses pembekuan terjadi secara bertahap
dari permukaan sampai pusat bahan. Pada pemukaan bahan, pembekuan berlangsung
cepat sedangkan pada bagian yang lebih dalam, proses pembekuan berlangsung
lambat (Brennan, 1981).
Pada awal proses pembekuan, terjadi fase
precooling dimana suhu bahan diturunkan dari suhu awal ke suhu titik
beku. Pada tahap ini semua kandungan air bahan berada pada keadaan cair
(Holdworth, 1968). Setelah tahap precooling terjadi tahap perubahan
fase, pada tahap ini terjadi pembentukan kristal es (Heldman dan Singh, 1981).
B. Proses Pembekuan Ikan
Ikan sebagian besar terdiri dari air yaitu sekitar
80%. Selama proses pembekuan bagian terbesar (air) itu berubah dari fase cair
menjadi fase padat atau es. Proses pembekuan berarti pengenyahan panas dari
ikan agar suhu ikan menurun melalui 00C dan terus menurun melalui -200C, -300C
dan boleh sampai -400C atau -500C (Moeljanto, 1982).
Sedangkan menurut Adawyah (2007) menyatakan bahwa
tubuh ikan mengandung air sekitar 60%-80% yang terdiri atas cairan yang
terdapat di dalam sel, jaringan, dan ruangan-ruangan antar sel. Cairan itu
berupa larutan koloid encer yang mengandung berbagai macam garam (terutama
kalium fosfat dasar) dan protein. Sebagian besar dari cairan itu (±67%) berupa free
water dan selebihnya (±5%) berupa bound water. Bound water merupaka
air yang terikat kuat secara kimia dengan substansi lain dari tubuh ikan. Ikan
mulai membeku pada suhu antara -0,60C sampai -20C, atau rata-rata pada -10C.
Yang mula-mula membeku adalah free water, disusul oleh bound water.
Pembekuan dimulai dari bagian luar dan bagian tengah membeku paling akhir. Tapi
sangat sulit sekali membekukan keseluruhan cairan yang terdapat pada ikan,
karena air terikat (bound water) sangat sulit dibekukan dan memiliki
titik beku yang sangat rendah, serta sulit tercapai dalam kondisi komersial.
Pada umumnya, jika pembekuan sudah mencapai -120C hingga -300C dianggap telah
cukup.
Ditambahkan pula oleh Murniyati dan Sunarman (2000)
yang menyatakan bahwa berbeda dengan ikan segar, ikan beku sangat getas (mudah
pecah), dan oleh sebab itu ikan beku harus ditangani dengan hati-hati.
C.
Metode Pembekuan
1.
Metode
yang umum digunakan adalah :
a)
Penggunaan udara dingin yang
ditiupkan atau gas lain dengan suhu rendah kontak langsung dengan makanan,
misalnya dengan alat-alat pembeku tiup (blast), terowongan (tunnel),
bangku fluidisasi (fluidised bed), spiral, tali (belt) dan
lain-lain.
b)
Kontak langsung misalnya
alat pembeku lempeng (plate freezer), di mana makanan atau cairan yang
telah dikemas kontak dengan permukaan logam (lempengan, silindris) yang telah
didinginkan dengan mensirkulasi cairan pendingin (alat pembeku berlempeng
banyak).
c)
Perendaman langsung makanan
ke dalam cairan pendingin, atau menyemprotkan cairan pendingin di atas
makanannya (misalnya nitrogen cair dan freon, larutan gula atau garam).
2.
Metoda pembekuan yang dipilih untuk setiap produk
tergantung pada :
a)
Mutu produk dan tingkat
pembekuan yang didinginkan .
b)
Tipe dan bentuk produk ,
pengemasan , dan lain-lain.
c)
Fleksibilitas yang
dibutuhkan dalam operasi pembekuan.
d)
Biaya pembekuan untuk teknik
alternatif.
Nitrogen cair (titik didih –196oC) dan bahan pendingin bersuhu
rendah lainnya telah menjadi sangat penting akhir-akhir ini sehubungan
dengan perannya dalam pembekuan makanan secara cepat (rapid freezing),
di mana teknik pembekuan lainnya menghasilkan mutu yang rendah pada
produk akhir. Perendaman langsung ke dalam cairan nitrogen telah diganti
dengan system penyemprotan langsung pada makanan yang telah didinginkan
terlebih dahulu oleh uap nitrogen yang bergerak berlawanan dengan aliran
makanan dalam terowongan berisulator yang lurus atau berbentuk spiral.
Walaupun biaya operasi dengan menggunakan nitrogen cair ini lebih
tinggi. Cara ini mengurangi oksidasi permukaan makanan yang tidak dikemas dan
hilangnya air dari bahan pangan tersebut, dan keluwesan cara ini memungkinkan
pembekuan untuk berbagai jenis bahan pangan.
D.
Penyebab
dan Proses Penurunan Mutu Produk perikanan
Secara umum
ikan diperdagangkan dalam keadaan sudah mati dan seringkali dalam keadaan masih
hidup. Pada kondisi hidup tentu saja ikan dapat diperdagangkan dalam jangka
waktu yang lama. Sebaliknya dalam kondisi mati ikan akan segera mengalami
kemunduran mutu.
Segera
setelah ikan mati, maka akan terjadi perubahan-perubahan yang mengarah kepada
terjadinya pembusukan. Perubahan-perubahan tersebut terutama disebabkan adanya
aktivitas enzim, kimiawi dan bakteri.
Enzim yang
terkandung dalam tubuh ikan akan merombak bagian-bagian tubuh ikan dan
mengakibatkan perubahan rasa (flavor), bau (odor), rupa (appearance) dan
tekstur (texture). Aktivitas kimiawi adalah terjadinya oksidasi lemak daging
oleh oksigen. Oksigen yang terkandung dalam udara mengoksida lemak daging ikan
dan menimbulkan bau tengik (rancid).
Perubahan
yang diakibatkan oleh bakteri dipicu oleh terjadinya kerusakan
komponen-komponen dalam tubuh ikan oleh aktivitas enzim dan aktivitas kimia.
Aktivitas kimia menghasilkan komponen yang yang lebih sederhana. Kondisi ini
lebih disukai bakteri sehingga memicu pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan.
Dalam
kenyataannya proses kemunduran mutu berlangsung sangat kompleks. Satu dengan
lainnya saling kait mengait, dan bekerja secara simultan. Untuk mencegah
terjadinya kerusakan secara cepat, maka harus selalu dihindarkan terjadinya
ketiga aktivitas secara bersamaan.
Kemunduran
mutu ikan sebetulnya merupakan faktor alami. Pembusukan terjadi karena pengaruh
enzimatis dan bakteri. Enzim pada ikan hidup akan berfungsi sebagai katalisator
proses biokimia pada metabolisme. Namun pada ikan mati, enzim akan memecah
protein dan lemak yang biasa disebut proses autolysis, menyebutkan daging ikan
lunak.
Pada ikan
mati, bakteri akan meningkat dan akhirnya akan makan media yang ada dari hasil
proses autolysis. Yang menyebabkan bau busuk karena adanya unsur C02, H2S,
Amoniak, Indol dan unsur lainnya.
Segera
setelah dipanen atau ditangkap, bahan pangan akan mengalami serangkaian proses
perombakan yang mengarah ke penurunan mutu. Proses perombakan yang terjadi pada
ikan dan ternak dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pre rigor, rigor
dan post rigor mortis. Pre rigor adalah tahap dimana mutu dan kesegaran bahan
pangan sama seperti ketika masih hidup.
Rigor mortis
adalah tahap dimana bahan pangan memiliki kesegaran dan mutu seperti ketika
masih hidup, namun kondisi tubuhnya secara bertahap menjadi kaku. Pada bahan
hewani, seperti ikan dan ternak, perubahan bahan pangan dari kondisi elastis
menjadi kaku terlihat nyata dibandingkan bahan pertanian. Hingga tahap rigor
mortis, ikan dan ternak dapat dikatakan masih segar. Namun memasuki tahap post
rigor mortis, proses pembusukan daging ikan telah dimulai.
Ada tiga
faktor yang mempengaruhi penurunan mutu bahan pangan, yaitu kerusakan fisik,
kimia, dan biologis
1. Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik yang dialami bahan
pangan dapat disebabkan oleh perlakuan fisik, seperti terbanting, tergencet,
atau terluka. Perlakuan tersebut dapat menyebabkan terjadinya memar, luka, dan
adanya benda asing.
2. Kerusakan Kimiawi
Penurunan kandungan senyawa kimia
pada bahan pangan dapat terjadi selama proses pencucian dan pemanasan. Selama
berlangsung proses pencucian bahan pangan, banyak komponen senyawa kimia yang
akan larut, seperti beberapa protein, vitamin B dan C, dan mineral.
3. Kerusakan Biologis
Kerusakan biologis pada bahan pangan
dapat disebabkan oleh aktivitas mikroba patogen dan pembusuk, baik berupa
bakteri, virus, jamur, kamir ataupun protozoa.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembekuan merupakan suatu cara
pengawetan bahan pangan dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah titik
beku pangan tersebut. Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau
dengan terbentuknya es (ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan
jasad renik dapat dihambat atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu
bahan pangan. Mutu hasil pembekuan masih mendekati buah segar walaupun tidak
dapat dibandingkan dengan mutu hasil pendinginan.
Ikan sebagian besar terdiri dari air yaitu sekitar
80%. Selama proses pembekuan bagian terbesar (air) itu berubah dari fase cair
menjadi fase padat atau es.
Ada tiga
faktor yang mempengaruhi penurunan mutu bahan pangan, yaitu kerusakan fisik,
kimia, dan biologis
4. Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik yang dialami bahan
pangan dapat disebabkan oleh perlakuan fisik, seperti terbanting, tergencet,
atau terluka. Perlakuan tersebut dapat menyebabkan terjadinya memar, luka, dan
adanya benda asing.
5. Kerusakan Kimiawi
Penurunan kandungan senyawa kimia
pada bahan pangan dapat terjadi selama proses pencucian dan pemanasan. Selama
berlangsung proses pencucian bahan pangan, banyak komponen senyawa kimia yang
akan larut, seperti beberapa protein, vitamin B dan C, dan mineral.
6. Kerusakan Biologis
Kerusakan biologis pada bahan pangan
dapat disebabkan oleh aktivitas mikroba patogen dan pembusuk, baik berupa
bakteri, virus, jamur, kamir ataupun protozoa.
B.
Saran
Semoga dalam penulisan makalah
berikutnya tentang Teknologi Hasil Perikanan khususnya Pengawetan Dengan Cara Pembekuan
lebih baik dan lebih akurat, dan penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususnya Mahasiswa/i Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Boerneo Tarakan.
bagus bgt...
BalasHapusizin copas y bro
ok silakan :)
Hapus