BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Estuari
merupakan wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan
laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar
estuary di dominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang di bawa
oleh air tawar dan air laut. Perilaku estuari sangat tergantung pada aksi
pasang surut dan aliran sungai, dimana keduanya merupakan perubahan yang bebas.
Lingkungan
estuari merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh
pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya terlindung dari pengaruh
gelombang laut.
Lingkungan
estuari umumnya merupakan pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung
oleh pulau-pulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah
liat.
Pada
daerah-daerah tropis, lingkungan estuari umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan
khas yang di sebut Mangrove. Di sinilah banyak terdapat berbagai jenis hewan
serta tumbuhan hidup di dalamnya.
B.
Tujuan dan
Manfaat
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui
dan memahami tentang ruang lingkup study Manajemen Pesisir dan Laut, terutama
mengenai Pengelolaan Estuari.
2. Mengetahui dan memehami mengenai karakteristik
Estuari.
Adapun
penulisan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat bagi semuanya untuk mengatahui sumber informasi tentang Manajemen Pesisir dan Laut,
yang nantinya dapat bermanfaat bagi semuanya dalam mendalami tentang
pengatahuan dan mengimplementasikan
ilmunya dan peranannya sebagai mahasiswa/i dalam bidang dunia perikanan dan
kelautan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Muara
Sungai (Estuaria)
Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang
berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat
bercampur dengan air tawar (Pickard, 1967). Kombinasi pengaruh air laut dan air
tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan kondisi
lingkungan yang bervariasi, antara lain 1. tempat bertemunya arus sungai dengan
arus pasang surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada
sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa
pengaruh besar pada biotanya. 2. pencampuran kedua macam air tersebut
menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat
air sungai maupun sifat air laut. 3. perubahan yang terjadi akibat adanya
pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis
dengan lingkungan sekelilingnya. 4. tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung
pada pasangsurut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lain, serta
topografi daerah estuaria tersebut.
Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis
penting antara lain : sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut
lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi
sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung
dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk
bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi
sejumlah spesies ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan
manusia untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya
ikan, jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2004).
Aktifitas yang ada dalam rangka memanfaatkan potensi
yang terkandung di wilayah pesisir, seringkali saling tumpang tindih, sehingga
tidak jarang pemanfaatan sumberdaya tersebut justru menurunkan atau merusak
potensi yang
ada.
Hal ini karena aktifitas-aktifitas tersebut, baik secara langsung maupun tidak
langsung, mempengaruhi kehidupan organisme di wilayah pesisir, melalui
perubahan lingkungan di wilayah tersebut. Sebagai contoh, adanya limbah buangan
baik dari pemukiman maupun aktifitas industri, walaupun limbah ini mungkin
tidak mempengaruhi tumbuhan atau hewan utama penyusun ekosistem pesisir di
atas, namun kemungkinan akan mempengaruhi biota penyusun lainnya. Logam berat,
misalnya mungkin tidak berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan bakau
(mangrove), akan tetapi sangat berbahaya bagi kehidupan ikan dan udangudangnya
(krustasea) yang hidup di hutan tersebut (Bryan, 1976).
Parameter
Fisika dan Kimia Kualitas Air
Suhu
Suhu air di
daerah estuaria biasanya memperlihatkan fluktuasi annual dan diurnal yang lebih
besar daripada laut, terutama apabila estuaria tersebut dangkal dan air yang
datang (pada saat pasang-naik) ke perairan estuaria tersebut kontak dengan
daerah yang substratnya terekspos (Kinne, 1964).
Suhu dan
salinitas merupakan parameter-parameter fisika yang penting untuk kehidupan
organisme di perairan laut dan payau. Parameter ini sangat spesifik di perairan
estuaria. Kenaikan suhu di atas kisaran toleransi organism dapat meningkatkan
laju metabolisme, seperti pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas organisme.
Kenaikan laju metabolisme dan aktifitas ini berbeda untuk spesies, proses dan
level atau kisaran suhu.
Salinitas
Salinitas
perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang
dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur
(NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium
(Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan
bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (0/00)
(Effendi, 2003)
Variasi salinitas
di daerah estuaria menentukan kehidupan organism laut/payau. Hewan-hewan yang
hidup di perairan payau (salinitas 0,5-30o/oo), hipersaline (salinitas
40-80o/oo) atau air garam (salinitas >80o/oo), biasanya mempunyai toleransi terhadap
kisaran salinitas yang lebih besar dibandingkan dengan organisme yang hidup di
air laut atau air tawar.
Derajat Keasaman (pH)
Nilai derajat
keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam
air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan (Saeni,
1989). Sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).
Padatan Tersuspensi (TSS)
Padatan tersuspensi total (total
suspended solid) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 m) yang
tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS
terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air
(Effendi, 2003).
BAB
IV
PEMBAHASAN
Estuari adalah suatu
daerah dimana air tawar dari sungai dan air asin dari laut bertemu dan sebagai
perairan semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut.
Estuari
dapat dikelompokkan atas empat tipe, berdasarkan karakteristik geomorfologisnya
:
1.
Estuari daratan pesisir, paling umun di jumpai, di mana
pembentukannya terjadi akibat penaikan permukaan air laut yang menggenangi
sungai di bagian pantai yang landai.
2.
Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup ; terbentuk oleh
adanya beting pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai, sehingga
menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
3.
Fjords : merupakan estuari yang dalam, terbentuk oleh
aktivitas glasier yang mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut.
4.
Estuari tektonik ; terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa
bumi atau letusan gunung berapi) yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah
yang kemudian di genangi oleh air laut pada saat pasang.
Berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air terdapat tiga tipe
estuari :
1. Estuaria Berstratifikasi Sempurna/Nyata atau Estuaria Baji Garam:
dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut.
2. Estuaria Berstratifikasi sebagian/Parsial: paling umum dijumpai, air
tawar dan dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui pasang.
3. Estuaria Campuran
Sempurna atau Estuaria Homogen Vertikal: arus pasang surut dominan dan kuat,
sehingga air estuaria tercampur sempurna dan tidak terdapat stratifikasi
Perpaduan
antara beberapa sifat fisik estuari mempunyai peranan yang penting terhadap
kehidupan biota estuari. Beberapa sifak fisik yang penting adalah sebagai
berikut :
1.
Salinitas. Estuari memiliki gradien salinitas yang
bervariasi, terutama tergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut
melalui pasang-surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi
organisme, tapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menangkal
predator dari laut dan pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas
yang rendah.
2.
Substrat. Sebagian besar Estuari di
dominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang di bawa melalui
air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel berlumpur estuari
bersifat organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi
organism Estuari.
3.
Sirkulasi Air. Selang waktu
mengalirnya air dari sungai ke dalam Estuari dan masukan air laut melalui arus
pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi
biota estuari, khususnya plankton yang hidup tersupsensi dalam air.
4.
Pasang Surut. Arus pasang-surut
berperan penting sebagai sumber pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu
arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan meenggelontorkan limbah yang
sampai di Estuari.
5.
Penyimpan Zat Hara. Peranan estuary
sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun serta
ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan
organik yang akan digunakan kemudian
oleh organism hewani.
Interaksi
Biofisik dalam Ekosistem Estuari, dibedakan menjadi tiga kelompok :
1.
Interaksi dengan Fitoplankton.
Pengayaan lapisan permukaan air oleh penaikan massa air bernutrien, memicu
pertumbuhan dan produksi fitoplankton
2.
Interaksi dengan Zooplankton.
Produksi fitoplankton yang tinggi memicu produksi zooplankton yang tinggi pula,
sehingga fito dan zooplankton berperan penting dalam mempertahankan
produktivitas estuaria yang tinggi.
3.
Interaksi dengan Nekton.
Produktivitas estuaria yang tinggi sangat mendukung populasi konsumer nektonik
yang tinggi, disamping kondisi fisik-kimia estuaria yang bervariasi besar
(salinitas), sehingga hanya sejumlah kecil jenis nekton yang dapat beradaptasi.
Gambar
2. Interaksi Biofisik dalam ekosistem estuari
Secara umum terdapat
tiga tipe adapatasi organisme di lingkungan estuari :
1.
Adaptasi morfologis ; organisme yang hidup di lumpur memilki
rambut-rambut halus (setae) untuk menghambat penyumbatan ruang pernapasan oleh
partikel lumpur.
2.
Adaptasi fisiologis ; berkaitan dengan mempertahankan
keseimbagan ion cairan tubuh dalam menghadapi fluktuasi salinitas eksternal.
3.
Adaptasi tingkah laku ; pembuatan lubang kedalam lumpur oleh
organisme, khususnya avertebrata.
Secara ekologis estuari
mempunyai peran dan manfaat yang penting. Adapun Fungsi
Ekologis Estuaria :
•
Sumber Zat Hara dan bahan organic
yang di angkut lewat sirkulasi pasang-surut (tidal curculation)
•
Penyedia Habitat bagi spesies
hewan (ikan, udang, dan lain-lain) yang bergantung pada estuari sebagai tempat
berlindung dan tempat mencari makanan (protection and feeding ground)
•
Tempat Bereproduksi dan Tumbuh
Besar dan tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies
ikan dan udang.
Manfaat
Estuaria :
•
Sebagai Tempat Pemukiman
•
Sebagai Tempat Penangkapan dan
Budidaya Ikan
•
Sebagai Jalur Transportasi
•
Sebagai Kawasan Pelabuhan dan
Industri
Gambar
3. Peran dan manfaat estuari secara ekologis
Gambar 4. Komunitas Ekosistem Perairan Estuari
Mangrove
Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis,
didominasi oleh beberapa spesies pohon
mangrove yang mampu tumbuh di daerah pasang surut pantai berlumpur. Umumnya
tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air,
dan terlindung dari gelombang besar. Banyak ditemukan di pantai-pantai teluk
yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung.
Gambar
5. Lokasi Tumbuh Mangrove Dikawasan Pesisir
Secara garis besar fungsi hutan mangrove dapat dikelompokkan menjadi :
1.
Fungsi Fisik
·
Menjaga garis pantai
·
Mempercepat pembentukan lahan baru
·
Sebagai pelindung terhadap
gelombang dan arus
·
Sebagai pelindung tepi sungai atau
pantai
·
Mendaur ulang unsur-unsur hara
penting
2.
Fungsi Biologi
Nursery
ground, feeding ground, spawning ground, bagi
berbagai spesies udang, ikan, dan lainnya -Habitat berbagai kehidupan liar.
3.
Fungsi Ekonomi
·
Akuakultur
·
Rekreasi
·
Penghasil kayu
Turner (1975) menyatakan bahwa disamping fungsi hutan mangrove sebagai
'waste land' juga berfungsi sebagai kesatuan fungsi dari ekosistem estuari yang
bersifat :
§ Sebagai daerah yang menyediakan habitat untuk ikan dan udang muda serta
biota air lainnya dalam suatu daerah dangkal yang kaya akan makanan dengan
predator yang sangat jarang.
§ Sebagai tumbuhan halofita, mangrove merupakan pusat penghisapan zat-zat
hara dari dalam tanah, memberikan bahan organik pada ekosistem perairan.
Merupakan proses yang penting dimana tumbuhan menjadi seimbang dengan tekanan
garam di akar dan mengeluarkannya.
§ Hutan mangrove sebagai penghasil detritus atau bahan organik dalam jumlah
yang besar dan bermanfaat bagi mikroba dan dapat langsung dimakan oleh biota
yang lebih tinggi tingkat. Pentingnya 'detritus food web' ini diakui oleh para
ahli dan sangat berguna dilingkungannya. Detritus mangrove menunjang populasi
ikan setelah terbawa arus sepanjang pantai.
Beberapa fungsi ekosistem mangrove yang
memiliki hubungan dengan sumberdaya perikanan disajikan pada gambar berikut:
Gambar 6.
Kerangka fungsi ekosistem mangrove yang memiliki hubungan dengan
sumberdaya perikanan
Sisi Sosial dan Ekonomi Perairan Estuari
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah
peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya
alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya.
Dari sisi sosial-ekonomi, pemanfaatan kekayaan laut khususnya daerah
estuari masih terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing.
Nelayan sebagai jumlah terbesar merupakan kelompok profesi paling miskin di
Indonesia.
Kekayaan sumberdaya laut tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai
pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan berbagai instansi untuk meregulasi
pemanfaatannya.
Akan tetapi, kekayaan sumberdaya pesisir tersebut
mulai mengalami kerusakan. Sejak awal tahun 1990-an, fenomena degradasi
biogeofisik sumberdaya pesisir semakin berkembang dan meluas. Laju kerusakannya
telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, terutama pada ekosistem mangrove
terumbu karang dan estuari (muara sungai).
Gambar 7. Gambaran Mengenai Sisi Sosial dan Ekonomi
Perairan Estuari
Rusaknya ekosistem saerah estuari berimplikasi terhadap penurunan
kualitas lingkungan untuk sumberdaya ikan serta erosi pantai. Sehingga terjadi
kerusakan tempat pemijahan dan daerah asuhan ikan, berkurangnya populasi benur,
nener, dan produktivitas tangkap udang.
Semua kerusakan biofisik lingkungan tersebut adalah gejala yang terlihat
dengan kasat mata dari hasil interaksi antara manusia dengan sumberdaya pesisir
yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian dan daya dukung
lingkungannya.
Persoalan yang mendasar adalah mekanisme pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil tidak efektif untuk memberi kesempatan kepada sumberdaya
hayati pesisir yang dimanfaatkan pulih kembali atau pemanfaatan sumberdaya
non-hayati disubstitusi dengan sumberdaya alam lain dan mengeliminir
faktor-faktor yang menyebabkan kerusakannya.
Gambar
8. Gambaran Mengenai Kerusakan Ekosistem Estuari
Strategi pengelolaan
ekosistem estuaria
Sebagian pihak mungkin memiliki pengetahuan terbatas
mengenai Ekosistem Estuari. Sejumlah Ekosistem Estuari ternyata memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri.
Akan tetapi ekosistem ini ternyata juga sangat rentan terhadap perubahan
lingkungan dan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gelombang pasang
maupun pemanasan global. Ekosistem Estuari juga
berpeluang besar untuk rusak akibat perbuatan manusia baik langsung maupun
tidak langsung. Sehubungan dengan kondisi tersebut, maka perlu keseimbangan
antara pemanfaatan dan pelestarian yang disesuaikan dengan daya dukung
lingkungan dan alokasi penataan ruang. Keterbatasan sarana dan prasarana, data
dan informasi tentang potensi sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan
terhadap Ekosistem Estuari beserta
ekologisnya perlu segera diatasi agar
tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir meningkat.
Beberapa aspek yang digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan strategi penataan ruang Ekosistem Estuari adalah
Ø Daya
dukung lingkungan,
Ø Kondisi
sosial budaya,
Ø Target perencanaan yang realistis, kepastian
hukum,
Ø Letak geografis
dan kondisi geopolitik.
Dimana Penataan ruang Ekosistem Estuari dapat
dilakukan pada 4 kawasan yaitu : kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi,
alur laut dan kawasan strategis nasional tertentu. Kawasan strategis nasional
tertentu dapat didefinisikan sebagai kawasan yang ditetapkan secara nasional
mempunyai nilai strategis. Kawasan strategis nasional tertentu dikembangkan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempercepat pertumbuhan
ekonomi kawasan, meningkatkan upaya pertahanan negara, memperkuat integrasi
nasional dan melestarikan fungsi lingkungan hidup.
Sehingga pengelolaan Ekosistem Estuari harus dilakukan dengan cara : secara
ekonomi efisien dan optimal (economically sound), di mana secara
sosial-budaya berkeadilan dan dapat diterima (socio-culturally acepted and
just). Dan secara
ekologis tidak melampaui daya dukung lingkungan (environmentally friendly).
Akan tetapi, kebijakan mengenai pengelolaan Ekosistem Estuari harus berorientasi kepada kepentingan umum,
bukan kepentingan perorangan atau golongan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Ekosistem Estuari yang
letaknya sangat strategis mempunyai potensi ekologi, social dan budaya yang
perlu di kembangkan dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan juga
kalangan masyarakat, sehingga potensi yang ada dimanfaatkan secara optimalisasi
sehingga dapat meningkatkan profit yang lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu,
masih perlu adanya penelitian yang lebih komprehensif dan mendalam untuk
mempelajari karakteristik dan pengelolaan terpadu dalam mengelolah Ekosistem
Estuari. Demikianpula dengan
keberadaan Ekosistem Estuari perlu di kaji
”genetic building” dan ”physical character” sehingga dapat menjawab
masalah-masalah dan mengaplikasikan pemecahan masalah yang ada di pulau-pulau
kecil..
B. Saran
Tidak dapat kami hindari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, salah satunya keterbatasan dalam
memahami dan menguasai tentang ilmu Manajemen Pesisir dan Laut terutama yang
menjadi tema saya yaitu “Pengelolaan Ekosistem Estuari”, masih sangat terbatas. Saya mengharapkan dalam penulisan tugas ini dapat menjadi sebagai
pelajaran awal saya dalam mengamati tentang objek kajian yang di tinjau untuk
dapat di jadikan sebagai tambahan ilmu
dalam bidang perikanan.
Sehingga di akhir penulisan
ini, saya sebagai penyusun tugas ini mengharapkan agar selanjutnya teman-teman
dapat menambah atau memberikan tambahan ilmu pada saya khususnya bagi
teman-teman yang mendapatkan tugas ini juga, serta juga bimbingan dan arahan
dari dosen pembimbing sehingga saya dan teman-teman yang menyelesaikan tugas ini
dapat memahami mengenai ilmu yang
mempelajari dan mengkaji tentang Manajemen Pesisir dan Laut.
DAFTAR
PUSTAKA
Bengen,
D.G dan Retraubun, A.W.S. 2006. Menguak
Realitas dan Urgensi Pengelolaan
Berbasis Eko-Sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Pusat Pembelajaran dan
Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L). ISBN 979-98867-2-4.
Firdaus,
M. 2008. Konservasi Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Borneo Tarakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar