Kamis, 27 Juni 2013

Estuaria



 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Estuari merupakan wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuary di dominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang di bawa oleh air tawar dan air laut. Perilaku estuari sangat tergantung pada aksi pasang surut dan aliran sungai, dimana keduanya merupakan perubahan yang bebas.
Lingkungan estuari merupakan peralihan antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai, namun umumnya terlindung dari pengaruh gelombang laut.
Lingkungan estuari umumnya merupakan pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-pulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat.
Pada daerah-daerah tropis, lingkungan estuari umumnya di tumbuhi dengan tumbuhan khas yang di sebut Mangrove. Di sinilah banyak terdapat berbagai jenis hewan serta tumbuhan hidup di dalamnya. 

B.     Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah antara lain sebagai berikut:                                                                                                                                                              
1. Mengetahui dan memahami tentang ruang lingkup study Manajemen Pesisir dan Laut, terutama mengenai Pengelolaan Estuari.
2.  Mengetahui dan memehami mengenai karakteristik Estuari.
Adapun penulisan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat bagi semuanya untuk  mengatahui sumber  informasi tentang Manajemen Pesisir dan Laut, yang nantinya dapat bermanfaat bagi semuanya dalam mendalami tentang pengatahuan  dan mengimplementasikan ilmunya dan peranannya sebagai mahasiswa/i dalam bidang dunia perikanan dan kelautan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Muara Sungai (Estuaria)
Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Pickard, 1967). Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan kondisi lingkungan yang bervariasi, antara lain 1. tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya. 2. pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut. 3. perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya. 4. tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasangsurut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lain, serta topografi daerah estuaria tersebut.
Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain : sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2004).
Aktifitas yang ada dalam rangka memanfaatkan potensi yang terkandung di wilayah pesisir, seringkali saling tumpang tindih, sehingga tidak jarang pemanfaatan sumberdaya tersebut justru menurunkan atau merusak potensi yang
ada. Hal ini karena aktifitas-aktifitas tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kehidupan organisme di wilayah pesisir, melalui perubahan lingkungan di wilayah tersebut. Sebagai contoh, adanya limbah buangan baik dari pemukiman maupun aktifitas industri, walaupun limbah ini mungkin tidak mempengaruhi tumbuhan atau hewan utama penyusun ekosistem pesisir di atas, namun kemungkinan akan mempengaruhi biota penyusun lainnya. Logam berat, misalnya mungkin tidak berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan bakau (mangrove), akan tetapi sangat berbahaya bagi kehidupan ikan dan udangudangnya (krustasea) yang hidup di hutan tersebut (Bryan, 1976).

Parameter Fisika dan Kimia Kualitas Air
*      Suhu
Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan fluktuasi annual dan diurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila estuaria tersebut dangkal dan air yang datang (pada saat pasang-naik) ke perairan estuaria tersebut kontak dengan daerah yang substratnya terekspos (Kinne, 1964).
Suhu dan salinitas merupakan parameter-parameter fisika yang penting untuk kehidupan organisme di perairan laut dan payau. Parameter ini sangat spesifik di perairan estuaria. Kenaikan suhu di atas kisaran toleransi organism dapat meningkatkan laju metabolisme, seperti pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas organisme. Kenaikan laju metabolisme dan aktifitas ini berbeda untuk spesies, proses dan level atau kisaran suhu.
*      Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau promil (0/00) (Effendi, 2003)
Variasi salinitas di daerah estuaria menentukan kehidupan organism laut/payau. Hewan-hewan yang hidup di perairan payau (salinitas 0,5-30o/oo), hipersaline (salinitas 40-80o/oo) atau air garam (salinitas >80o/oo), biasanya mempunyai toleransi terhadap kisaran salinitas yang lebih besar dibandingkan dengan organisme yang hidup di air laut atau air tawar.
*      Derajat Keasaman (pH)
Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan (Saeni, 1989). Sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).
*      Padatan Tersuspensi (TSS)
Padatan tersuspensi total (total suspended solid) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 m) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003).

















BAB IV
PEMBAHASAN

Estuari adalah suatu daerah dimana air tawar dari sungai dan air asin dari laut bertemu dan sebagai perairan semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut.
Estuari dapat dikelompokkan atas empat tipe, berdasarkan karakteristik geomorfologisnya :
1.      Estuari daratan pesisir, paling umun di jumpai, di mana pembentukannya terjadi akibat penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai.
2.      Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup ; terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai, sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
3.      Fjords : merupakan estuari yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glasier yang mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut.
4.      Estuari tektonik ; terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan gunung berapi) yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian di genangi oleh air laut pada saat pasang.
Berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air terdapat tiga tipe estuari :
1.      Estuaria Berstratifikasi Sempurna/Nyata atau Estuaria Baji Garam: dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut.
2.      Estuaria Berstratifikasi sebagian/Parsial: paling umum dijumpai, air tawar dan dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui pasang.
3.      Estuaria Campuran Sempurna atau Estuaria Homogen Vertikal: arus pasang surut dominan dan kuat, sehingga air estuaria tercampur sempurna dan tidak terdapat stratifikasi





cross-2 copy
 













Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuari mempunyai peranan yang penting terhadap kehidupan biota estuari. Beberapa sifak fisik yang penting adalah sebagai berikut :
1.      Salinitas. Estuari memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama tergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang-surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut dan pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.
2.      Substrat. Sebagian besar Estuari di dominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang di bawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel berlumpur estuari bersifat organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organism Estuari.
3.      Sirkulasi Air. Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam Estuari dan masukan air laut melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota estuari, khususnya plankton yang hidup tersupsensi dalam air.
4.      Pasang Surut. Arus pasang-surut berperan penting sebagai sumber pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan meenggelontorkan limbah yang sampai di Estuari.
5.      Penyimpan Zat Hara. Peranan estuary sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik  yang akan digunakan kemudian oleh organism hewani.
Interaksi Biofisik dalam Ekosistem Estuari, dibedakan menjadi tiga kelompok :
1.      Interaksi dengan Fitoplankton. Pengayaan lapisan permukaan air oleh penaikan massa air bernutrien, memicu pertumbuhan dan produksi fitoplankton
2.      Interaksi dengan Zooplankton. Produksi fitoplankton yang tinggi memicu produksi zooplankton yang tinggi pula, sehingga fito dan zooplankton berperan penting dalam mempertahankan produktivitas estuaria yang tinggi.
3.      Interaksi dengan Nekton. Produktivitas estuaria yang tinggi sangat mendukung populasi konsumer nektonik yang tinggi, disamping kondisi fisik-kimia estuaria yang bervariasi besar (salinitas), sehingga hanya sejumlah kecil jenis nekton yang dapat beradaptasi.





fito_p02
fito_p01
 



 


fito_p03
 




Gambar 2. Interaksi Biofisik dalam ekosistem estuari

Secara umum terdapat tiga tipe adapatasi organisme di lingkungan estuari :
1.      Adaptasi morfologis ; organisme yang hidup di lumpur memilki rambut-rambut halus (setae) untuk menghambat penyumbatan ruang pernapasan oleh partikel lumpur.
2.      Adaptasi fisiologis ; berkaitan dengan mempertahankan keseimbagan ion cairan tubuh dalam menghadapi fluktuasi salinitas eksternal.
3.      Adaptasi tingkah laku ; pembuatan lubang kedalam lumpur oleh organisme, khususnya avertebrata.
Secara ekologis estuari mempunyai peran dan manfaat yang penting. Adapun  Fungsi Ekologis Estuaria :
          Sumber Zat Hara dan bahan organic yang di angkut lewat sirkulasi pasang-surut (tidal curculation)
          Penyedia Habitat bagi spesies hewan (ikan, udang, dan lain-lain) yang bergantung pada estuari sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (protection and feeding ground)
          Tempat Bereproduksi dan Tumbuh Besar dan tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.
Manfaat Estuaria :
          Sebagai Tempat Pemukiman
          Sebagai Tempat Penangkapan dan Budidaya Ikan
          Sebagai Jalur Transportasi
          Sebagai Kawasan Pelabuhan dan Industri





coast_01
coast_03
 








Gambar 3. Peran dan manfaat estuari secara ekologis















MudCrabScylla_serrata


induk udang


bandeng








karang


2




BIVALVIA
keranghijau


 














Gambar 4. Komunitas Ekosistem  Perairan Estuari
Mangrove
OLA-1Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis,  didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh di daerah pasang surut pantai berlumpur. Umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, dan terlindung dari gelombang besar. Banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung.







Gambar 5. Lokasi Tumbuh Mangrove Dikawasan Pesisir
Secara garis besar fungsi hutan mangrove dapat dikelompokkan menjadi :
1.      Fungsi Fisik
·         Menjaga garis pantai
·         Mempercepat pembentukan lahan baru
·         Sebagai pelindung terhadap gelombang dan arus
·         Sebagai pelindung tepi sungai atau pantai
·         Mendaur ulang unsur-unsur hara penting
2.      Fungsi Biologi
Nursery ground, feeding ground, spawning ground,    bagi berbagai spesies udang, ikan, dan lainnya -Habitat berbagai          kehidupan liar.
3.      Fungsi Ekonomi
·         Akuakultur
·         Rekreasi
·         Penghasil kayu
Turner (1975) menyatakan bahwa disamping fungsi hutan mangrove sebagai 'waste land' juga berfungsi sebagai kesatuan fungsi dari ekosistem estuari yang bersifat :
§  Sebagai daerah yang menyediakan habitat untuk ikan dan udang muda serta biota air lainnya dalam suatu daerah dangkal yang kaya akan makanan dengan predator yang sangat jarang.
§  Sebagai tumbuhan halofita, mangrove merupakan pusat penghisapan zat-zat hara dari dalam tanah, memberikan bahan organik pada ekosistem perairan. Merupakan proses yang penting dimana tumbuhan menjadi seimbang dengan tekanan garam di akar dan mengeluarkannya.
§  Hutan mangrove sebagai penghasil detritus atau bahan organik dalam jumlah yang besar dan bermanfaat bagi mikroba dan dapat langsung dimakan oleh biota yang lebih tinggi tingkat. Pentingnya 'detritus food web' ini diakui oleh para ahli dan sangat berguna dilingkungannya. Detritus mangrove menunjang populasi ikan setelah terbawa arus sepanjang pantai.

Beberapa fungsi ekosistem mangrove yang memiliki hubungan dengan sumberdaya perikanan disajikan pada gambar berikut:


7
 


















Gambar  6.  Kerangka fungsi ekosistem mangrove yang memiliki hubungan dengan sumberdaya perikanan
Sisi Sosial dan Ekonomi Perairan Estuari
Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya.
Dari sisi sosial-ekonomi, pemanfaatan kekayaan laut khususnya daerah estuari masih terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan sebagai jumlah terbesar merupakan kelompok profesi paling miskin di Indonesia.
Kekayaan sumberdaya laut tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya.
DSC00047Akan tetapi, kekayaan sumberdaya pesisir tersebut mulai mengalami kerusakan. Sejak awal tahun 1990-an, fenomena degradasi biogeofisik sumberdaya pesisir semakin berkembang dan meluas. Laju kerusakannya telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, terutama pada ekosistem mangrove terumbu karang dan estuari (muara sungai).  


DSC00070
 



DSC00035 









DSC00049
DSC00046



DSC00024


20040617110723index_marine_roberts_203
20050105180604coral_reef203
 
















Gambar 7. Gambaran Mengenai Sisi Sosial dan Ekonomi Perairan Estuari

Rusaknya ekosistem saerah estuari berimplikasi terhadap penurunan kualitas lingkungan untuk sumberdaya ikan serta erosi pantai. Sehingga terjadi kerusakan tempat pemijahan dan daerah asuhan ikan, berkurangnya populasi benur, nener, dan produktivitas tangkap udang.
Semua kerusakan biofisik lingkungan tersebut adalah gejala yang terlihat dengan kasat mata dari hasil interaksi antara manusia dengan sumberdaya pesisir yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian dan daya dukung lingkungannya.
Persoalan yang mendasar adalah mekanisme pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tidak efektif untuk memberi kesempatan kepada sumberdaya hayati pesisir yang dimanfaatkan pulih kembali atau pemanfaatan sumberdaya non-hayati disubstitusi dengan sumberdaya alam lain dan mengeliminir faktor-faktor yang menyebabkan kerusakannya.







DSC00014


DSC00072
DSC00027

 






Gambar 8. Gambaran Mengenai Kerusakan Ekosistem Estuari
Strategi pengelolaan ekosistem estuaria
Sebagian pihak mungkin memiliki pengetahuan terbatas mengenai Ekosistem Estuari. Sejumlah Ekosistem Estuari ternyata memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri. Akan tetapi ekosistem ini ternyata juga sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gelombang pasang maupun pemanasan global. Ekosistem Estuari  juga berpeluang besar untuk rusak akibat perbuatan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan kondisi tersebut, maka perlu keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian yang disesuaikan dengan daya dukung lingkungan dan alokasi penataan ruang. Keterbatasan sarana dan prasarana, data dan informasi tentang potensi sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan terhadap Ekosistem Estuari beserta ekologisnya perlu segera diatasi agar tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir meningkat.
Beberapa aspek yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan strategi penataan ruang Ekosistem Estuari adalah
Ø  Daya dukung lingkungan,
Ø  Kondisi sosial budaya,
Ø   Target perencanaan yang realistis, kepastian hukum,
Ø  Letak geografis dan kondisi geopolitik.
Dimana Penataan ruang Ekosistem Estuari dapat dilakukan pada 4 kawasan yaitu : kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, alur laut dan kawasan strategis nasional tertentu. Kawasan strategis nasional tertentu dapat didefinisikan sebagai kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis. Kawasan strategis nasional tertentu dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempercepat pertumbuhan ekonomi kawasan, meningkatkan upaya pertahanan negara, memperkuat integrasi nasional dan melestarikan fungsi lingkungan hidup.
Sehingga pengelolaan Ekosistem Estuari harus dilakukan dengan cara :   secara ekonomi efisien dan optimal (economically sound), di mana secara sosial-budaya berkeadilan dan dapat diterima (socio-culturally acepted and just). Dan secara ekologis tidak melampaui daya dukung lingkungan (environmentally friendly). Akan tetapi, kebijakan mengenai pengelolaan Ekosistem Estuari harus berorientasi kepada kepentingan umum, bukan kepentingan perorangan atau golongan.






BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Ekosistem Estuari yang letaknya sangat strategis mempunyai potensi ekologi, social dan budaya yang perlu di kembangkan dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan juga kalangan masyarakat, sehingga potensi yang ada dimanfaatkan secara optimalisasi sehingga dapat meningkatkan profit yang lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, masih perlu adanya penelitian yang lebih komprehensif dan mendalam untuk mempelajari karakteristik dan pengelolaan terpadu dalam mengelolah Ekosistem Estuari. Demikianpula dengan keberadaan Ekosistem Estuari perlu di kaji ”genetic building” dan ”physical character” sehingga dapat menjawab masalah-masalah dan mengaplikasikan pemecahan masalah yang ada di pulau-pulau kecil..
B.     Saran
 Tidak dapat kami hindari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, salah satunya keterbatasan dalam memahami dan menguasai tentang ilmu Manajemen Pesisir dan Laut terutama yang menjadi tema saya yaitu “Pengelolaan Ekosistem Estuari”,  masih sangat terbatas. Saya  mengharapkan dalam  penulisan tugas ini dapat menjadi sebagai pelajaran awal saya dalam mengamati tentang objek kajian yang di tinjau untuk dapat di jadikan sebagai tambahan ilmu  dalam bidang perikanan.
Sehingga di akhir penulisan ini, saya sebagai penyusun tugas ini mengharapkan agar selanjutnya teman-teman dapat menambah atau memberikan tambahan ilmu pada saya khususnya bagi teman-teman yang mendapatkan tugas ini juga, serta juga bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing sehingga saya dan teman-teman yang menyelesaikan tugas ini dapat memahami mengenai ilmu  yang mempelajari dan mengkaji tentang Manajemen Pesisir dan Laut.
                                                                                               
DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G dan Retraubun, A.W.S. 2006. Menguak Realitas dan Urgensi   Pengelolaan Berbasis Eko-Sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L). ISBN 979-98867-2-4.
Firdaus, M. 2008. Konservasi Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Borneo Tarakan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar