A. Alat tangkap
Pukat hela
merupakan salah satu alat penangkap ikan (API) yang dominan dipraktekkan
nelayan di Kota Tarakan. API jenis lain yang juga banyak dipraktekkan nelayan
di Kota Tarakan adalah tuguk dan Kelong. Pukat adalah alat tangkap ikan jenis
jaring penangkap berbentuk kantong yang dilengkapi dengan sepasang (2 buah)
papan pembuka mulut jaring (otter board). Andreev, N. N. (1962), Nedelec
(1982) dan van Brandt (1984) menggolongkan pukat hela sebagai API jenis pukat
dasar. Sasaran (target) utama pukat hela yang dioperasikan nelayan Kota Tarakan
adalah udang dan ikan dasar (demersal). Pukat hela dioperasikan dengan cara
dihela menyapu dasar perairan. Wahana untuk mengoperasikan pukat hela adalah
satu buah kapal motor.
Mukhtar (2008)
dalam
Surahman A, & M.F. Yahya (2013) menyampaikan bahwa Dasar hukum pengoperasian
Pukat Hela adalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.06/
MEN/2008 Tentang Penggunaan Alat Penangkap Ikan Pukat Hela Di Perairan
Kalimantan Timur Bagian Utara. Kebijakan penggunaan pukat hela ini yaitu : (1)
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya ikan secara lestari,
meningkatkan kesejahteraan nelayan, dan memperkuat keberadaan masyarakat
nelayan di perairan Kalimantan Timur bagian utara, diperlukan penggunaan alat
penangkap ikan yang sesuai dengan karakteristik dan/atau kondisi geografis
wilayah perairan Kalimantan Timur bagian utara; (2) Bahwa alat penangkap ikan
Pukat Hela merupakan alat penangkap ikan yang sesuai dengan karakteristik
dan/atau kondisi geografis wilayah perairan Kalimantan Timur bagian utara;
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor. PER.06/MEN/2008 Tentang
Penggunaan Alat Penangkap Ikan Pukat Hela Di Perairan Kalimantan Timur Bagian
Utara Pukat Hela adalah semua jenis alat penangkap ikan berbentuk jaring
berkantong, berbadan dan bersayap yang dilengkapi dengan pembuka jaring yang
dioperasikan dengan cara ditarik/dihela menggunakan satu kapal yang bergerak
sedangkan Kapal Pukat Hela adalah kapal penangkap ikan yang menggunakan alat
penangkap ikan pukat hela. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-7233-2006)
definisi pukat hela adalah alat penangkap ikan berbentuk kantong yang
terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap pukat, bagian square
dan bagian badan serta bagian kantong pukat.
1.
Klasifikasi
Pukat Hela
termasuk dalam klasifikasi pukat hela dasar berpapan (bottom otter board
trawl) dengan menggunakan simbol OTB dan berkode ISSCFG 03.1.2, sesuai
dengan International Standard Statistical Classification of Fishing Gears –
FAO.
2.
Spesifikasi Alat Tangkap
Spesifikasi
Pukat Hela terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a.
Sayap/kaki
pukat (wing) bagian pukat yang
terletak di ujung depan dari pukat hela arad. Sayap pukat terdiri dari sayap
atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing).
b.
Medan jaring
atas (square) bagian pukat yang
menjorok ke depan pada bagian mulut pukat atas. Square merupakan selisih
antara panjang sayap bawah dengan sayap atas
c.
Badan pukat (body) bagian pukat yang terletak di antara bagian kantong dan
bagian sayap pukat
d.
Kantong jaring (cod end) bagian pukat yang terpendek dan terletak di ujung belakang
dari pukat hela.
e.
Panjang total
jaring hasil penjumlahan dari panjang
bagian sayap/kaki, bagian badan dan bagian kantong pukat (
f.
Keliling mulut
jaring (circumference of the net
mouth) bagian badan pukat yang terbesar dan terletak di ujung depan dari
bagian badan pukat
g.
Papan rentang (otter board) kelengkapan pukat hela arad yang terbuat dari papan
kayu berbentuk empat persegi panjang, yang dipergunakan sebagai alat pembuka
mulut pukat
h.
Tali ris atas (head rope) tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan
menghubungkan kedua sayap pukat bagian atas, melalui bagian square
i.
Tali ris bawah (ground rope) tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap
pukat bagian bawah, melalui mulut pukat bagian bawah
j.
Tali selambar (warp rope) tali yang berfungsi sebagai penghela Pukat Hela di
belakang kapal yang sedang berjalan dan penarik pukat hela arad ke atas geladak
kapal
k.
Panel jaring (seam) lembaran susunan konstruksi jaring yang dapat dibedakan dalam
gambar desain pukat hela arad, yang terdiri dari 2 (dua) panel (seam) jaring,
yaitu 1 (satu) panel atas (upper seam) dan 1 (satu) panel bawah (lower
seam).
Gambar 1. Spesifikasi Teknis Pukat Hela Zona I (http://mukhtar-api.blogspot.com/2008/09/mengenal-pukat-hela.html)
Gambar 2. Spesifikasi Teknis Pukat Hela Zona II (http://mukhtar-api.blogspot.com/2008/09/mengenal-pukat-hela.html)
Gambar 3. Pengoprasian pukat hela (trawl) (http://mukhtar-api.blogspot.com/2008/09/mengenal-pukat-hela.html)
3.
Alat Bantu Penangkapan
Pada umumnya kapal-kapal trawl ini digerakkan oleh diesel
ataupun steam. Kapal dilengkapi dengan trawl winch, sebagai tenaga penggerak
ada yang menggunakan steam engine ( 45-75 HP ) bagi stream trawl dan ada pula
yang memakai motor dari 60-90 HP bagi diesel trawl. Winch ini dihubungkan
dengan warp, dan untuk mengontrol panjang warp dipasang brake.
Besar jaring yang dipakai berbeda-beda, dan untuk menyatakan
besar jaring dipakai penunjuk “ panjang dari head rope “ yang biasanya dengan
satuan feet atau meter.
4.
Teknik
Operasional ( Shooting & Hauling )
a)
kecepatan/lama
waktu menarik jaring
adalah ideal jika jaring dapat
ditarik dengan kecepatan yang besar, tapi hal ini sukar untuk mencapainya,
karena kita dihadapkan pada beberapa hal, antara lain keadaan terbukanya mulut
jaring, apakah jaring berada di air sesuai dengan yang dimaksudkan ( bentuk terbukanya
), kekuatan kapal untuk menarik ( HP ), ketahanan air terhadap tahanan Air,
resistance yang makin membesar sehubungan dengan catch yang makin bertambah,
dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini berhubungan antara satu dengan yang
lainnya dan masing-masing menghendaki syarat tersendiri.
Pada umumnya
jaring ditarik dengan kecepatan 3-4 knot. Kecepatan inipun berhubungan pula
dengan swemming speed dari ikan, keadaa dasar laut, arus, angin, gelombang dan
lain sebagainya, yang setelah mempertimbangkan factor-faktor ini, kecepatan
tarik ditentukan .
Lama waktu penarikan di dasarkan kepada pengalaman-pengalaman dan factor
yang perlu diperhatikan adalah banyak sedikitnya ikan yang diduga akan
tertangkap., pekerjaan di dek, jam kerja crew, dan lain sebagainya. Pada
umumnya berkisar sekitar 3-4 jam, dan kadang kala hanya memerlukan waktu 1-2
jam.
b) panjang warp
Faktor yang
perlu diperhatikan adalah depth,sifat dasar perairan ( pasir, Lumpur),
kecepatan tarik. Biasanya panjang warp sekitar 3-4 kali depth. Pada fishing
ground yang depthnya sekitar 9M ( depth minimum ). Panjang warp sekitar 6-7
kali depth. Jika dasar laut adalah Lumpur, dikuatirkan jaring akan mengeruk
lumpu, maka ada baiknya jika warp diperpendek, sebaliknya bagi dasar laut yang
terdiri dari pasir keras ( kerikil ), adalah baik jika warp diperpanjang.
Pengalaman
menunjukkan bahwa pada depth yang sama dari sesuatu Fishing ground adalah lebih
baik jika kita menggunakan warp yang agak panjang, daripada menggunakan warp
yang terlalu pendek. Hal ini dapat dipikirkan sebagai berikut.bentuk warp pada
saat penarikan tidaklah akan lurus, tetapi merupakan suatu garis caternian.
Pada setiap titik –titik pada warp akan bekerja gaya- gaya berat pada warp itu
sendiri, gaya resistance dari air, gaya tarik dari kapal/ winch, gaya ke
samping dari otter boat dan gaya-gaya lainnya. Resultan dari seluruh gaya yang
complicataed ini ditularkan ke jaring ( head rope and ground rope ), dan dari
sini gaya-gaya ini mengenai seluruh tubuh jaring. Pada head rope bekerja gaya
resistance dari bottom yang berubah-ubah, gaya berat dari catch yang
berubah-ubah semakin membesar, dan gaya lain sebagainya.
Gaya tarik
kapal bergerak pada warp, beban kerja yang diterima kapal kadangkala
menyebabkan gerak kapal yang tidak stabil, demikian pula kapal sendiri terkena
oleh gaya-gaya luar ( arus, angin, gelombang )
Kita
mengharapkan agar mulut jaring terbuka maksimal, bergerak horizontal pada dasar
ataupun pada suatu depth tertentu. Gaya tarik yang berubah-ubah, resistance
yang berubah-ubah dan lain sebagainya, menyebabkan jaring naik turun ataupun
bergerak ke kanan dan kekiri. Rentan yang diakibatkannya haruslah selalu
berimbang. Warp terlalu pendek, pada kecepatan lebih besar dari batas tertentu
akan menyebabkan jaring bergerak naik ke atas ( tidak mencapai dasar ), warp
terlalu panjang dengan kecepatan dibawah batas tertentu akan menyebabkan jaring
mengeruk lumpur.
Daya tarik
kapal ( HP dari winch) diketahui terbatas, oleh sebab itulah diperoleh suatu
range dari nilai beban yan g optimal. Apa yang terjadi pada saat operasi
penarikan, pada hakikatnya adalah merupakan sesuatu keseimbangan dari gaya-gaya
yang complicated jika dihitung satu demi satu.
5.
Hal
Yang Mempengaruhi Kegagalan Tangkapan
Pada saat operasi, dapat terjadi
hal-hal yang dapat menggagalkan operasi antara lain:
a) Warp terlalu panjang atau speed
terlalu lambat atau juga hal lain maka jaring akan mengeruk Lumpur
b) Jaring tersangkut pada karang /
bangkai kapal
c) Jaring atau
tali temali tergulung pada screw
d) arp putus
e) Otterboat tidak bekerja dengan baik,
misalnya terbenam pada lmpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan
f) Hilang keseimbangan, misalnya
otterboat yang sepihak bergerak ke arah pihak yang lainnya lalu tergulung ke
jaring
g) Ubur-ubur, kerang-kerangan dan
lain-lain penuh masuk ke dalam jaring, hingga cod end tak mungkin diisi ikan
lagi.
B.
Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Daerah penangkapan
atau pengoperasian Kapal Pukat Hela hanya di perairan yang membentang dari
perairan Kalimantan Timur bagian utara adalah perairan yang membentang dari
perairan Kabupaten Tarakan dengan koordinat 3ยบ 10’ L.U. sampai dengan perairan
terluar pulau Sebatik. Jalur-jalur
penangkapan yaitu Jalur I, meliputi perairan di atas 1 (satu) mil sampai dengan
4 (empat) mil yang diukur dari permukaan air pada surut terendah yang hanya
diperbolehkan bagi pengoperasian kapal pukat hela dengan ukuran sampai dengan 5
(lima) gross tonnage (GT).
Dan Jalur II,
meliputi perairan di atas 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil yang
diukur dari permukaan air pada surut terendah yang hanya diperbolehkan bagi
pengoperasian kapal pukat hela dengan ukuran sampai dengan 30 (tiga puluh) GT.
Setiap Kapal
Pukat Hela yang wilayah operasinya di jalur I dapat beroperasi di jalur II
dan/atau di atas 12 (dua belas) mil, dan kapal pukat hela yang wilayah
operasinya di jalur II dapat beroperasi di atas 12 (dua belas) mil. Dan sebaliknya
Setiap kapal pukat hela yang wilayah operasinya di jalur II dilarang beroperasi
di jalur I.
C.
Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan
ikan dengan Pukat Hela adalah hampir sama dengan alat tangkap yang sejenis
seperti pukat udang dan fish net yaitu : berbagai jenis udang, gulamah, kakap,
bawal hitam, bawal putih, layur, molusca, betek, beloso, kurisi, kerong-kerong,
dan gerot-gerot, kuwe, selar, manyung, cucut, kembung, biji nangkah,
pisang-pisang, golok-golok, cumi-cumi, kacangan, senangin, beloso, sardine
serta ikan lainnya. Mukhtar (2008).