Kamis, 16 Februari 2012

Skripsi "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DI KELAS VI SDN 003 TARAKAN"


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar memiliki peran yang sangat penting dan strategis. Didalam kelas, gurulah yang mengendalikan arah bagaimana proses kegiatan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Rohman (2009: 163) bahwa “Pendidik merupakan sosok yang memiliki kedudukan yang sangat penting bagi pengembangan segenap potensi peserta didik. Ia menjadi orang yang paling menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pendidikan dan pembelajaran”.
Sementara itu menurut Daryanto (2009: 01) bahwa “Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik”.
Dari beberapa penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dipahami bahwa proses pembelajaran didalam kelas adalah kunci untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.
Sebagai pendidik, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas, tetapi lebih dari itu guru juga merupakan sentral pembelajaran.
Demikian yang diungkapkan oleh Yamin (2011: 02) bahwa ”Sesorang pembelajar juga bertanggung jawab untuk membina peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya sehari-hari, sehingga mereka betul-betul mampu mandiri dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip dan teori-teori yang telah mereka dapat didalam kelas”.
Dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa diberlakukannya Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Didalamnya jelas sekali bagaimana kualifikasi khusus yang harus dimiliki seorang tenaga pendidik maupun calon pendidik.
Pendidikan yang baik selalu dilakukan dengan cara-cara mendidik yang baik. Agar hal tersebut dapat tercapai, jelaslah bahwa kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki seorang guru turut mempengaruhi kualitas proses pembelajaran.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rohman (2009: 05) bahwa “Untuk itu, sebagai semua pendidik dan calon pendidik perlu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip mendidik dan kaidah-kaidah teori pendidikan sebelum melakukan praktek mendidik”.
Sementara itu, Ahmadi, dkk (2011: 26) mengemukakan bahwa “Dalam dunia pendidikan lembaga pendidikan memang harus diberi kesempatan melakukan perubahan-perubahan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik”. Namun demikian, realitas mengenai proses pendidikan yang terjadi dilapangan sangat bertolak belakang dengan apa yang diharapkan, permasalahan mengenai pendidikan kita seakan tiada habisnya.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 pasal 19 ayat (1) Tentang  Standar Nasional Pendidikan jelas bahwa “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Demikian pula pada kegiatan belajar mengajar khususnya dalam belajar IPA di Sekolah Dasar, diharapkan guru bisa menggunakan cara atau model pembelajaran yang tepat agar konsep-konsep yang akan disampaikan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Dalam pelaksanaannya, ternyata kesulitan dan kendala yang dihadapai guru maupun siswa dalam memahami konsep pelajaran IPA masih saja terjadi, sebagai mana hasil dari observasi dan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas VI di SDN 003 Tarakan.  
Rekapitulasi nilai hasil belajar siswa pada semester 2 tahun pembelajaran 2010-2011, sebagaimana data yang telah ditunjukkan bahwa 45% siswa dikelas ini tidak tuntas dalam hasil belajarnya pada mata pelajaran IPA. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru masih selalu dilakukan secara klasik (ceramah) sehingga siswa cenderung pasif dan menimbulkan kebosanan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pengertian dari model pembelajaran klasik yang diungkapkan Daryanto (2009: 93) bahwa “Model belajar klasikal ini adalah model yang berpusat pada guru dan lembaga pendidikan (teacher/institution centered-approach), maka peranan siswa dalam belajar dan memanfaatkan sumber belajar sangat pasif”.
Untuk mengatasi permasalahan diatas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal agar sesuai dengan tuntutan tujuan pendidikan nasional, maka berdasarkan alasan tersebut pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning  coba peneliti tawarkan menjadi sebuah model pembelajaran alternatif untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDN  003 Tarakan. 
Dengan mempertimbangkan usaha agar hasil belajar siswa tersebut dapat meningkat, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Contextuan Teaching and Learning  Di Kelas VI SDN 003 Tarakan”.

B.     Rumusan Masalah
Agar penelitian memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, berdasarkan dari permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah  dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif model Contextual Teaching and Learning di kelas VI SDN 003 Tarakan” ?


C.    Tujuan Penelitian
            Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif model Contextual Teaching and Learning dikelas VI SDN 003 Tarakan Tahun pembelajaran 2011-2012 Semester 1 pada Standar Kompetensi (SK) memahami hubungan natara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan tempat tinggalnya.

D.    Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah, guru, dan para siswa:
1)      Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan bagi sekolah  tentang variasi model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran yang berkualitas.
2)      Guru dapat menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning sebagai salah satu model pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA.
3)      Siswa dapat termotivasi dan lebih bergairah saat mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA meningkat.



                                  

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Proses Kegiatan Belajar Mengajar
            Menurut Ahmadi, dkk (2011: 19) “Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peranan utamanya. Mengajar pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan belajar sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien”.
Sedangkan menurut Rohman (2009: 181) “Belajar merupakan proses mengasimilasi  dan menghubungkan  pengalaman atau bahan  yang dipelajari dengan pengertian  yang dimilikinya, sehingga pengertiannya dikembangkan”.
 Sementara itu, Daryanto (2009: 02) Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
            Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.
            Selanjutnya, Yamin (2011: 70-71) menjelaskan bahwa “Pembelajaran bukan menitik berat pada “apa yang dipelajari”, melainkan pada “bagaimana membuat pemelajar mengalami proses belajar, yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola pembelajaran”.
            Kemudian Budiningsih (2004: 10) juga mengungkapkan bahwa “Teori Belajar adalah deskripftif karena tujuan utamanya memberikan proses belajar, sedangkan teori Pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal”.
Berdasarkan dari beberapa penjelasan diatas mengenai pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan menyampaikan informasi oleh pendidik kepada peserta didik untuk memperoleh sesuatu dari tujuan belajar tersebut.
           
B.     Pembelajaran IPA di SD
            Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah dengan jelas telah menerangkan bahwa “subtansi pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan IPA terpadu dan pembelajaran pada Kelas I s/d III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s/d VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran”.
            Sebagai salah satu program pendidikan nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat (2) bahwa “Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah”, maka cakupan materi pada mata pelajara IPA di SD dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresisi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berprilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daryanto (2009: 02) bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dalam proses pembelajaran IPA, maka evaluasi hasil belajar IPA hendaknya bukan hanya mengungkap pemahaman peserta didik terhadap konsep pengetahuan alam, melainkan juga harus dapat mengungkap sudah sejauh mana peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehai-hari.

C.    Pembelajaran Kooperatif  Model Contextual Teaching and Learning
            Metode pembelajaran kooperatif adalah “Metode belajar yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu sama lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual (suyatno. 2009: 51). Sebagaimana yang diungkapkan Ahmadi, dkk (2011: 85) bahwa “Metode dapat diartikan sebagai jalan yang dipilih untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran”.
Menurut Yulaelawaty (2004: 119) “Pembelajaran kontekstual adalah kaidah pembelajaran yang menggabungkan isi kandungan dengan pengalaman harian individu, masyarakat, dan alam pekerjaan. Kaidah ini menyediakan  pembelajaran  secara konkret yang melibatkan hands –on dan minds-on”.  
Sedangkan pembelajaran kontekstual yang dikemukakan oleh Rohman (2009: 184) bahwa :
 “Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara- fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainya”.

Sementara itu, penjelasan mengenai indikator pembelajaran model kontekstual sehingga dibedakan dengan model lainnya yang diungkapkan oleh Suyatno (2009: 57) yaitu:
1.      Modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh),
2.      Questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
3.      Learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba mengerjakan),
4.      Inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
5.      Contructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep- aturan,  analisis-sintesis),
6.      Reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut),
7.      Authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktivitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif-nyaman dan menyenangkan (Suyatno. 2009: 57).

Pendapat lainnya, Hull (dalam Yamin. 2011: 194) definisi pembelajaran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya jika peserta didik menghubungkan informasi dengan pengalamannya:
“Pembelajaran terjadi hanya jika peserta didik memproses informasi baru atau pengetahuan sedemikian rupa sehingga masuk akal menurut pandangan mereka (diterima batin, tersimpan pada memori, menjadi pengalaman, dan terjadinya respon). Metode pembelajaran ini mengasumsikan bahwa kontek akan memberikan makna secara alami dalam kehidupan nyata, dan menjadi pengalaman bagi mereka dalam kehidupan ditengah masyarakat yang berbeda”.

Dari beberapa penjelasan mengenai pembelajaran kontekstual  yang talah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami konsep materi pembelajaran dengan cara menghubungkannya dengan permasalahan yang terjadi di dunia nyata.


D.    Kerangka Berpikir
            Secara sederhana kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


 













Gambar 2.1  Skema Kerangka Berpikir
            Dari gambar diatas, permasalahan penelitian tindakan ini berawal dari rendah nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDN 003 Tarakan tahun pelajaran 2010-2011. Berangkat dari permasalahan tersebutlah kemudian peneliti melaksanakan pengamatan coba mencari penyebab mengapa rendah hasil belajar siswa yg selanjutnya kemudian menawarkan satu model pembelajaran alternatif yaitu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Dengan model ini diharapkan permasalahan mengenai rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas VI tersebut dapat teratasi. Berikut langkah-langkah atau tahap pelaksanaan pembelajaran yang peneliti tawarkan:
Persiapan/Pembukaan
-        Pembelajar mengingatkan kepada peserta didik materi pelajaran lalu dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari terutama tentang cara pemecahan masalah. Pembelajar menyatakan tujuan pembelajaran. Peserta didik memperhatikan tujuan belajar tidak hanya untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga untuk mempelajarai strategi memahami masalah.
Penyajian
-        Pembelajar megemukakan masalah, memberi contoh bagaimana cara memecahkan masalah, merumuskan masalah, menyelesaikan masalah, menjawab masalah, dan mengkaitkan dengan kehidupan dunia nyata. Peserta didik dan pembelajar membuat generalisasi dan menggunakan alat-alat pemecahan masalah. Peserta didik mengerjakan tugas. Peserta didik melakukan penguatan internal terhadap materi. Pembelajar mendorong peserta didik untuk menghasilkan jawaban kritis dan kreatif. Peserta didik membuatkan kesimpulan terhadap materi yang akan dipelajarinya.
Penutup
-        Pembelajar memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang dibuatkan peserta didik. Peserta didik meneguhkan kesimpulan sesuai penguatan yang diberikan pembelajar. Peserta didik mengerjakan tes atau tugas yang diberikan pembelajar. Pembelajar membuat kesimpulan hasil proses pembelajaran.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Setting  Penelitian
                        Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan di SDN 003 Tarakan. Penelitian ini difokuskan pada siswa kelas VI-B dengan mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) semester I  tahun ajaran 2011/2012. Kegiatan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) mulai dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2011 sampai dengan tanggal 5 Agustus 2011 (selama 3 minggu).

B.     Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa di kelas VI-B SDN 003 Tarakan Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 39 siswa mengenai permasalahan nilai dari pencapaian hasil belajarnya pada mata pelajaran IPA.
Sedangkan sasaran yang menjadi objek penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi dalam kelas selama berlangsungnya proses belajar mengajar melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning.

C.    Desain Penelitian
            Penelitian  Tindakan  Kelas (PTK)  ini  merupakan  suatu  bentuk  kegiatan belajar yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki / meningkatkan  hasil
 belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, adapun setiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan; (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi dan evaluasi, (4) analisis dan refleksi. Secara sederhana skema alur siklus PTK ditunjukan sebagai berikut :
 














Gambar 3.1 Alur siklus PTK
Dimodifikasi dari Kurt Lewin (dalam Amin, M.  2011: 06).
1.      Siklus Pertama
a)      Perencanaan
            Peneliti dalam  hal  ini penyusun mempersiapkan segala bahan ajar, meliputi  silabus, rencana  pelaksanaan  pembelajaran (RPP),  memberikan
batasan-batasan materi yang ingin diajarkan, instrumen penelitian dan lembar observasi. Pada instrumen tes, peneliti tidak melakukan kegiatan validasi untuk memperoleh validitas instrumen karena instrumen yang peneliti gunakan adalah mengutip/mengambil soal buku paket terbitan pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional untuk SD/MI kelas VI.
b)      Pelaksanaan
            Peneliti melaksanaakan rencana-rencana program pengajaran yang telah disusun, mengamati kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa di dalam kelas. Adapun rencana yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah proses pelaksanaan KBM yang dilakukan dalam 2 kali tatap muka (4 x 35 menit), dimana masing-masing pertemuan dua jam pelajaran dengan alokasi waktu 35 menit tiap jam pelajaran.
Berikut adalah rencana kegiatan pelaksanaan pembelajarannya :
Pertemuan ke-1
Kegiatan Awal (10 menit)
1)      Apersepsi.
2)      Mengecek kesiapan belajar siswa, ruang kelas, dan media pembelajaran.
3)      Guru mempersiapkan gambar-gambar yang sesuai dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
4)      Bertanya jawab untuk menggali pengetahuan siswa tentang topik pembelajaran.
Kegiatan Inti (50 menit)
1)      Guru megemukakan masalah mengenai ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan dan lingkungan hidupnya.
2)      Guru memberikan contoh bagaimana beberapa hewan yang memiliki ciri-ciri  khusus yang ada di sekitarnya lingkungan siswa.
3)      Siswa dan guru membuat generalisasi dan menggunakan alat-alat pemecahan masalah.
4)      Siswa melakukan penguatan internal terhadap materi.
5)      Guru mendorong peserta didik untuk menghasilkan jawaban kritis dan kreatif.
6)      Siswa membuatkan kesimpulan terhadap materi yang akan dipelajarinya.
Kegiatan Akhir (10 menit)
1)      Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran.
2)      Guru memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang dibuatkan peserta didik.
3)      Siswa meneguhkan kesimpulan sesuai penguatan yang diberikan pembelajar.
4)      Guru membuat kesimpulan hasil proses pembelajaran.
5)      Sebelum guru menutup kegiatan pembelajaran, guru memotivasi siswa agar rajin belajar dan mengulang kembali materi yang telah diterimanya di sekolah.
Pertemuan ke-2
Kegiatan Awal (5 menit)
1)      Apersepsi.
2)      Guru mengajak siswa mengingat sekilas materi pembelajaran yang lalu.
3)      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
4)      Mengecek kesiapan belajar siswa, ruang kelas, dan media pembelajaran.
Kegiatan Inti (60 menit)
1)      Guru memberi tugas (Ulangan Harian).
2)      Dengan dibimbing guru, secara mandiri seluruh siswa mengerjakan tugas yang telah diberikan.
Kegiatan Akhir (5 menit)
1)      Guru mengumpulkan seluruh hasil pekerjaan siswa.
2)      Guru mengucapkan terima kasih kepada siswa karena telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan bersungguh-sungguh.

c)      Pengamatan
            Peneliti bersama dengan observer mengamati kondisi kelas dan aktivitas kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang kemudian dicatat pada lembar observasi dan pengamatan yang telah dipersiapkan. Data yang telah diperoleh dari lembar observasi maupun lembar pengamatan oleh peneliti merupakan acuan dasar sebagai bahan evaluasi dari kegiatan belajar siswa.


d)     Refleksi
            Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diperoleh. Refleksi pembelajaran dilakukan setelah  proses kegiatan belajar mengajar selesai dilaksanakan, sehingga perubahan dan perbaikan terhadap rencana pembelajaran dapat dilakukan setelah satu tahapan selesai.
            Hasil refleksi satu siklus ini digunakan untuk memperbaiki dan mengetahui perubahan akibat tindakan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian. Setelah selesai refleksi pada siklus ini dan apabila target ketuntasan belum tercapai, atau masih terdapat hambatan maupun kendala dalam siklus ini, maka memungkinkan untuk perbaikan sebagai tindakan pada siklus selanjutnya.
2.      Siklus Kedua
a)      Perencanaan
            Peneliti dalam  hal  ini penyusun mempersiapkan segala bahan ajar, meliputi  silabus, rencana  pelaksanaan  pembelajaran (RPP),  memberikan batasan-batasan materi yang ingin diajarkan, instrumen penelitian dan lembar observasi. Pada instrumen tes, peneliti tidak melakukan kegiatan validasi untuk memperoleh validitas instrumen karena instrumen yang peneliti gunakan adalah mengutip/mengambil soal buku paket terbitan pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional untuk SD/MI kelas VI.

b)      Pelaksanaan
            Peneliti melaksanaakan rencana-rencana program pengajaran yang telah disusun, mengamati kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa di dalam kelas. Adapun rencana yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah proses pelaksanaan KBM yang dilakukan dalam 2 kali tatap muka (4 x 35 menit), dimana masing-masing pertemuan dua jam pelajaran dengan alokasi waktu 35 menit tiap jam pelajaran.
c)      Pengamatan
            Peneliti bersama dengan observer mengamati kondisi kelas dan aktivitas kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang kemudian dicatat pada lembar observasi dan pengamatan yang telah dipersiapkan. Data yang telah diperoleh dari lembar observasi maupun lembar pengamatan oleh peneliti merupakan acuan dasar sebagai bahan evaluasi dari kegiatan belajar siswa.
d)     Refleksi
            Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diperoleh. Refleksi pembelajaran dilakukan setelah  proses kegiatan belajar mengajar selesai dilaksanakan, sehingga perubahan dan perbaikan terhadap rencana pembelajaran dapat dilakukan setelah satu tahapan selesai. Dalam hal ini peneliti menggunakan refleksi dilakukan setelah selesai satu siklus.
            Hasil refleksi satu siklus ini digunakan untuk memperbaiki dan mengetahui perubahan akibat tindakan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian. Setelah selesai refleksi pada siklus ini dan apabila target ketuntasan belum tercapai, atau masih terdapat hambatan maupun kendala dalam siklus ini, maka memungkinkan untuk perbaikan sebagai tindakan pada siklus selanjutnya.

D.    Teknik Pengumpulan Data 
            Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan dari hasil instrument tes yang dijadikan sebagai alat oleh peneliti untuk mengukur kemampuan siswa pada ranah kognitif, adapun instrumen tes yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan tes objektif yang berbentuk soal pilihan ganda melalui lembar kerja ulangan harian siswa. Sedangkan dalam rangka mengukur kemampuan siswa pada ranah afektif dan psikomotorik siswa, peneliti menggunakan kegiatan non tes yaitu melalui lembar observasi dan pengamatan oleh peneliti mengenai perkembangan kinerja dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran IPA berlangsung.

E.     Teknik Analisis Data
Adapun cara yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis hasil belajar ulangan harian siswa yang berbentuk soal pilihan ganda  tersebut adalah menggunakan rumus sebagai berikut:




 

Keterangan :
Mean          =   rata-rata
∑ fx                        =   jumlah keseluruhan skor/nilai siswa
N                =   banyaknya siswa
(Daryanto.  2007:109-110)

            Selanjutnya untuk menilai hasil belajar siswa, maka analisa penilaian yang peneliti gunakan adalah :
     Nilai Angka
Nilai Huruf
 Predikat
       80 – 100
       66 – 79
       56 – 65
       46 – 55
         0 – 45
A
B
C
D
E
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal

(Sudijono, A.  2006: 35)

F.     Indikator Keberhasilan
Indikator Keberhasilan dalam penelitian ini diketahui berdasarkan dari hasil analisis data, nilai rata-rata hasil belajar Ulangan Harian (UH) yang telah dianalisis akan dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan yang sebelumnya.
Ketika pembelajaran dilaksanakan dengan model Contextual Teaching and Learning ditargetkan bahwa siswa yang berjumlah 39 siswa tersebut akan mampu meraih perolehan ulangan harian dengan nilai 70,00 sebagai nilai rata-rata kelasnya.
Dari perbandingan-perbandingan hasil belajar melalui UH (Ulangan Harian) tersebut, maka akan diketahui seberapa besar tingkat ketuntasan yang telah dicapai dan berapa besar persentase peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA apabila hasil belajar yang diperoleh sebelumnya dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

G.    Hasil Penelitian
                Penelitian tindakan kelas ini adalah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dikelas VI-B SDN 003 Tarakan melalui pembelajaran kooperatif model CTL (Contextual Teaching and Learning). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana masing-masing dari setiap siklusnya dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan.
Adapun deskripsi hasil penelitiannya dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.      Siklus Pertama
a.       Tahap Perencanaan
1)      Peneliti dalam hal ini penyusun memeriksa segala bahan ajar, meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2)      Mempersiapkan batasan-batasan materi yang ingin diajarkan.
3)      Mempersiapkan dan memerikas kembali instrumen tes maupun lembar observasi/pengamatan. (Pada instrumen tes, peneliti tidak melakukan kegiatan validasi untuk memperoleh validitas instrumen karena instrumen tes yang peneliti gunakan adalah mengutip/mengambil soal dari buku paket terbitan pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional untuk SD/MI kelas 6.

b.      Tahap Pelaksanaan
           Pada tahap ini peneliti melaksanaakan program pengajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, adapun kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam 2 kali pertemuan (4x35 menit) sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan.
c.       Tahap Pengamatan
           Peneliti bersama observer, mengamati kondisi kelas, kegiatan siswa dan proses pembelajaran yang berlangsung. Kemudian mencatat data pada lembar observasi. Berikut adalah tabel hasil belajar siswa pada siklus I .
Tabel 4.1 Nilai hasil ulangan harian  siswa pada siklus I.
NILAI ULANGAN HARIAN
SIKLUS I
Nilai
Individu
Banyaknya Siswa
Persentase
Kriteria
  80 – 100
66 – 79
56 – 65
46 – 55
0 – 45
12
16
11
-
-
30,77%
41,02%
28,21%
-
-
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
JUMLAH
39
100%

d.      Tahap Refleksi
           Hasil refleksi siklus I ini digunakan oleh peneliti untuk mengetahui perubahan-perubahan yang telah terjadi akibat tindakan penelitian. Karena dianggap sudah tercapai dan terpenuhi target kegiatan belajar siswa pada siklus yang pertama ini, maka peneliti melakukan pemantapan dan pematangan hasil belajar siswa dengan melaksanakan satu siklus lagi dalam kegiatan belajar mengajar ke siklus II.

2.      Siklus Kedua
a.       Tahap Perencanaan
1)      Peneliti dalam hal ini penyusun memeriksa segala bahan ajar, meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2)      Mempersiapkan batasan-batasan materi yang ingin diajarkan.
3)      Mempersiapkan dan memerikas kembali instrumen tes maupun lembar observasi/pengamatan. (sama seperti yang disiklus pertama pada instrumen tes yang di siklus kedua ini peneliti juga tidak melakukan kegiatan validasi untuk memperoleh validitas instrumen karena instrumen tes yang peneliti gunakan adalah mengutip/mengambil soal dari buku paket terbitan pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional untuk SD/MI kelas 6.
b.      Tahap Pelaksanaan
           Pada tahap ini peneliti melaksanaakan program pengajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, adapun kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam 2 kali pertemuan (4x35 menit) sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dipersiapkan. 
c.       Tahap Pengamatan
           Peneliti bersama observer, mengamati kondisi kelas, kegiatan siswa dan proses pembelajaran yang berlangsung. Kemudian mencatat data pada lembar observasi. Berikut adalah tabel hasil belajar siswa pada siklus I .
Tabel 4.2 Nilai hasil ulangan harian  siswa pada siklus 2.
NILAI ULANGAN HARIAN
SIKLUS 2
NILAI
Banyaknya Siswa
Persentase
Kriteria
  80 – 100
66 – 79
56 – 65
46 – 55
0 – 45
24
9
6
-
-
61,53%
23,07%
15,40%
-
-
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
JUMLAH
39
100%


d.      Tahap Refleksi
                        Bila data-data hasil penelitian diatas diperhatikan, maka telah terjadi peningkatan hasil belajar yang cukup berarti bila dibandingkan dengan sebelum tindakan dilakukan. Dari hasil refleksi pada siklus yang kedua, sebagaimana hasil pengamatan dan analisis hasil belajar siswa yang diperoleh, karena dianggap sudah tercapai dan terpenuhi maka penelitian ini pun berhenti sampai di siklus ini saja.

H.    Pembahasan
            Dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, diketahui bahwa hasil belajar kognitif siswa melalui kegiatan ulangan harian sebelum tindakan adalah 66,54 kemudian pada hasil tindakan di siklus I yang diperoleh sebagai nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa adalah 72.31.
            Sebagaimana target yang telah ditetapkan dalam penelitian ini bahwa indikator ketercapaian yang harus diperoleh siswa adalah nilai 70.00 sebagai nilai rata-rata kelasnya, dari sini dapat disimpulkan bahwa nilai hasil belajar siswa tersebut pada siklus yang pertama telah tercapai. Demikian pula selajutnya pada hasil belajar melalui ulangan harian pada siklus yang kedua. Hasil belajar yang diperoleh menunjukkan jauh lebih meningkat yaitu nilai 80,26 sebagai  nilai rata-rata siswa.
            Adapun peningkatan hasil belajar pada setiap siklus dibandingkan dengan hasil sebelum tindakan dapat dilihat pada gambar grafik peningkatan hasil belajar di bawah ini.
Gambar 4.1 Grafik peningkatan hasil belajar siswa.
            Mengenai ketuntasan hasil belajar, sebagaimana yang telah ditetapkan bahwa nilai 70.00 adalah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus diperoleh siswa. Adapun ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa diketahui bahwa sebelum tindakan dilakukan ketuntasan hasil belajar yang dicapai hanya 51,28 %, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 71,79% dan selanjutnya pada siklus yang kedua jauh lebih meningkat yakni 82,05%.
  
Gambar 4.2 Grafik peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa.
            Selanjutnya, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer sebagaimana hasil observasi ini adalah bertujuan untuk mengetahui respon tingkah laku siswa pada setiap pertemuan baik itu di siklus yang pertama maupun disetiap pertemuan pada siklus yang kedua. 
Siklus pertama:
1.      Hasil pengamatan dan observasi mengenai kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, yaitu pada pertemuan ke-1 ada 34 siswa atau 87% siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar didalam kelas, selanjutnya pada pertemuan ke-2 ada 37 siswa atau 94%.
2.      Jumlah siswa yang mendengarkan dan memperhatikan dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru, pada pertemuan ke-1 ada 34 siswa atau 87%, pada pertemuan ke-2 ada 37 siswa atau 94%.
3.      Jumlah siswa yang aktif bertanya mengenai seputar pelajaran, pertemuan ke-1 ada 19 siswa atau 48% yang selalu rajin bertanya mengenai materi, sedangkan pada pertemuan ke-2  guru tidak membuka sesi tanya jawab karena pertemuan ini adalah kegiatan ulangan harian siswa.
4.      Jumlah siswa yang aktif menjawab pertanyaan guru, pada pertemuan ke-1 ada 28 siswa atau 71% yang bertanya mengenai materi kepada guru, dan pada pertemuan ke-2 tidak ada pertanyaan dari guru karena sedang melaksanakan ulangan harian.

Gambar 4.3 Grafik aktivitas kegiatan belajar siswa siklus I.
            Sedangkan hasil lembar observasi aktivitas dan kegiatan  siswa selama proses pembelajaran di siklus kedua adalah:
1.      Hasil pengamatan dan observasi mengenai kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, yaitu pada pertemuan ke-1 ada 37 siswa atau 94% siswa yang menunjukkan kesungguhannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar didalam kelas, selanjutnya pada pertemuan ke-2 ada 38 siswa atau 97%.
2.      Jumlah siswa yang mendengarkan dan memperhatikan dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru, pada pertemuan ke-1 ada 37 siswa atau 94%, pada pertemuan ke-2 ada 38 siswa atau 97%.
3.      Jumlah siswa yang aktif bertanya mengenai seputar pelajaran, pertemuan ke-1 ada 20 siswa atau 51% yang selalu rajin bertanya mengenai materi, sedangkan pada pertemuan ke-2  guru tidak membuka sesi tanya jawab karena pertemuan ini adalah kegiatan ulangan harian siswa.
4.      Jumlah siswa yang aktif menjawab pertanyaan guru, pada pertemuan ke-1 ada 28 siswa atau 71% yang bertanya mengenai materi kepada guru, dan pada pertemuan ke-2 tidak ada pertanyaan dari guru karena sedang melaksanakan ulangan harian.

Gambar 4.4  Grafik aktivitas kegiatan belajar siswa siklus 2.
           Bila data hasil penelitian dan pembahasan diatas diperhatikan hasil belajar dan aktivitas kegiatan siswa pada siklus yang kedua lebih meningkat dari pada siklus yang pertama, hal ini terjadi karena siswa sudah lebih mengerti dan memahami tujuan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
                Berdasarkan dari analisis hasil penelitian pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VI SDN 003 Tarakan pada mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning, sebagaimana perbandingan-perbandingan yang ditunjukkan dalam rekapitulasi nilai hasil belajar rata-rata kelas melalui ulangan harian yang diperoleh siswa, diketahui bahwa sebelum tindakan dilakukan nilai rata-rata hasil belajar ulangan harian siswa adalah 66,54 akan tetapi pada siklus I saat tindakan dilakukan nilai rata-rata meningkat menjadi 72.31, selajutnya pada hasil belajar melalui ulangan harian pada siklus yang kedua. Hasil belajar yang diperoleh menunjukkan jauh lebih meningkat yaitu nilai 80,26 sebagai  nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

B.     Saran
            Berdasarkan hasil penelitian tersebut yang telah diperoleh, maka penulis memberikan saran khususnya kepada Bapak/Ibu guru bidang studi yang memegang mata pelajaran IPA di sekolah dasar, model pembelajaran  Contextual Teaching and Learning ini bisa diterapkan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar maupun permasalahan terhadap konsep IPA yang sulit untuk dipahami oleh siswa. Model pembelajaran ini tidak hanya terbatas pada mata pelajaran IPA, model ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya. Sehingga permasalahan awal mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa dapat diatasi sebagai mana penelitian yang telah dilaksanakan ini.