I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu zat makanan yang sangat di
butuhkan oleh tubuh kita adalah protein. Protein ini didalam tubuh selain untuk
mengganti sel-sel yang rusak, juga untuk pertumbuhan. Protein nabati yang
berasal dari tumbuhan dan protein hewani yang berasal dari hewan baik berupa
daging, telur, susu maupun ikan.
Ikan sebagai salah satu sumber protein
hewani saat ini merupakan bahan makanan yang murah dan mudah didapatkan serta
mudah di kembangkan. Namun, memang diakui bahwa hingga saat ini produksi ikan
yang terbesar masih merupakan hasil tangkapan di laut dan masih sedikit yang
merupakan hasil pemeliharaan di kolam.
Menyadari sumber di laut pun
terbatas-meski hingga saat ini masih belum banyak di manfaatkan, dalam hal ini
Usaha pembenihan ikan di suatu unit pembenihan ikan harus lebih di tingkatkan
lagi. Ikan mas merupakan Salah satu komoditas primadona disub sektor perikanan
air tawar yang di harapkan dapat meningkatkan devisa daerah khususnya di
Kabupaten Malinau. Permintaan pasar di luar negeri yang cenderung meningkat
serta sumberdaya yang cukup tersedia di Indonesia memberikan peluang sangat
besar untuk dapat di kembangkan budidayanya.
Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah salah satu jenis ikan budidaya air tawar
yang paling banyak di budidayakan oleh para petani baik budidaya pembenihan,
pembesaran di kolam, pembesaran di sistem air deras maupun pada keramba jaring
apung. Dikalangan petani Maupun masyarakat, ikan mas telah lama dikenal dan
(dikonsumsi) sehingga pemasaranya tidaklah begitu sulit, yaitu dapat
dikembangbiakan hanya dengan perbaikan lingkungan atau manipulasi lingkungan
dan kawin suntik (hypofisa).
Pada saat ini, UPTD BBI Lokal Kabupaten
Malinau Mengusahakan dengan Menghasilkan benih ikan mas yang memiliki kualitas yang
baik. Oleh karena itu BBI Lokal Kabupaten Malinau yang bergerak dibidang
pembenihan ini dengan teknisi yang latar pendidikannya S1 Perikanan Berusaha
untuk mengembangkan dan menghasilkan benih yang baik dan berupaya dengan
penggunaan teknologi pada sistem pembenihan tanpa mengurangi kualitas dan
kuantitas hasil produksi.
Dalam proses Manajemen Pembenihan ikan
Mas yang dilakukan di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau, terdiri dari beberapa
tahap yang meliputi: 1. Pengadaan induk (Seleksi), 2. Persiapan kolam
pemberokan, 3. Persiapan Kolam Pemijahan, dan perawatan larva.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Kegiatan
Praktek kerja Lapangan (PKL) ini Adalah:
Untuk mengetahui Manajemen pembenihan
ikan mas (Cyprinus carpio) yang
dilakukan oleh UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau.
C. Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini
yaitu :
1.
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Manajemen
Pembenihan Ikan mas di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sejarah dan Asal Usul
Banyak cerita mengenai asal usul ikan
mas. Ada yang mengatakan ikan ini berasal dari sungai Danube dan Laut hitam. tetapi
ada juga berasal dari Cina dan Rusia. Menurut Ardiwinata (1971) di Indonesia ikan
mas mulai di kenal pertama kali di daerah galuh (Ciamis), Jawa Barat, sekitar
tahun 1810 dan Semenjak itu berkembang ke Daearah lain di Jawa Barat.
Sejak permulaan abad kedua puluh, budidaya
ikan mas yang dilakukan di kolam dan di sawah mulai berkembang kebeberapa
daerah Di luar Pulau Jawa barat. Di Bukittinggi (Sumatera Barat), ikan mas didatangkan
pada tahun 1892 dan mulai berkembang pada tahun 1903. Di Padang Sidempuan
(Sumatera Utara), ikan mas didatangkan pada tahun 1903. Di Medan, ikan mas di
datangkan 1905. Di Sulawesi, ikan mas didatangkan di Tondano (Sulawesi Utara) pada
tahun 1905. Di Sulawesi Selatan, ikan mas mulai dipelihara di sawah pada tahun
1936. Sementara itu, Di Pulau Bali ikan mas pertama kali Di datangkan pada
tahun 1903, tetapi budidayanya di sawah baru di mulai pada tahun 1931. Penyebaran
ikan mas yang begitu cepat keberbagai tempat di Indonesia didukung oleh cara
pembudidayaanya yang cukup mudah dan sifat yang tahan terhadap berbagai macam
bentuk lingkungan karena itu, banyak peternak yang membudidayakanya.
B.
Identifikasi Jenis Ikan
Menurut
Budi Santoso (1982) Identifikasi Ikan Mas (Cyprinus
carpio) adalah sebagai berikut:
Kelas :
Pisces (Golongan ikan yang mempunyai insang
sebagai
Alat Pernafasan)
Sub Kelas : Teleostei ( Golongan Ikan yang bertulang
Belakang )
Ordo
: Ostariophysi (Golongan ikan yang mempunyai alat keseimbangan
berupa tulang pada rongga perut bagian atas.)
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinus
Jenus : Cyprinus
Species : Cyprinus
carpio
Berdasarkan
keanekaragaman genetik, ikan mas memiliki keistimewaan karena banyaknya jumlah
ras. kondisi pembenihannya saat ini makin masih ”terpuruk” karena serangan wabah
koi herpes virus (KHV) beberapa tahun yang lalu. Beberapa cara yang dapat
ditempuh untuk memperbaiki kondisi ini antara lain:
A.
Penanganan berupa pengobatan terhadap induk-induk yang
masih mampu bertahan hidup.
B.
Pengadaan kembali induk dari sentra usaha budidaya yang
belum pernah terserang
C.
Mengaplikasikan teknik pengelolaan induk yang sesuai
dengan kaidah genetik dan budidaya.
Saat
ini Ikan Mas Mempunyai banyak ras. Perkembangan Budidayanya sangat pesat, mulai
dari seleksi induk, Pemijahan tradisional sampai menggunakan rangsangan
kelenjar hypofisae atau kawin suntik.
Para pakar perikanan telah melakukan serangkaian Penelitian terhadap ikan dari
golongan Cyprinidae ini mulai dari
jumlah Kakaban (tempat melekatnya telur ikan mas) tiap kilogram induk sampai
jumlah benih yang di hasilkan. ras yang disukai tiap-tiap daerah berbeda
tergantung dari lingkungan masyarakatnya. Misalnya masyarakat Jawa Timur dan
Jawa Tengah kurang menyukai jenis ikan mas bewarna kuning dan jingga, maka
dikembangkan ras baru tahun 1993 di Desa Punten-Malang Jawa Timur yang terkenal
jenis Ikan Mas punten.
C. Morfologi
Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan
memipih tegak (compressed) mulutnya
terletak dibagian tengah kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil).
Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. di ujung dalam mulut
terdapat gigi kerongkongan (Phryngeal
teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. secara umum, hampir
seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali terdiri dari beberapa varietas
yang hanya memilki sedikit Sisik. Sisik ikan mas berukuran besar dan di
golongkan kedalam sisik tipe sikloid (lingkaran).
Sirip punggungnya (dorsal) memanjang
dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ke tiga dan ke
empat) bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip
perut (Ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung,
yaitu berjari keras dan di bagian akhinya bergerigi. Garis rusuknya (Linea
latelaris atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan
bentuk melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor.
D.
Syarat dan Kebiasaan Hidup
Ikan Mas yang di budidayakan di areal
perkolaman dapat dikawinkan sepanjang tahun (tidak mengenal musim). Tetapi di
alam, misalnya di sungai, danau atau pun genangan air lainya ikan mas memijah
awal sepanjang musim penghujan dan memijah pada perairan dangkal.
Habitat ikan mas terdapat di perairan tawar yang
airnya tidak terlalu dalam dan aliranya tidak terlalu deras, seperti di
pinggiran sungai atau danau. ikan ini hidup dengan baik di daerah dengan
ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut dengan suhu air 25-300
C. dan dari serangkaian penelitian, pertumbuhan panjang badan secara
maksimal tercapai setelah berumur 24 bulan. Sedangkan pertumbuhan berat badan
maksimal tercapai pada umur 36 bulan. pertumbuhan panjang dan berat badan dari
percobaan di atas dapat di capai apabila dilakukan pada kondisi normal. walaupun
tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang–kadang juga ditemukan di perairan payau
atau muara sungai dengan salinitas mencapai 25-30 ppm
Ikan mas tergolong ikan Omnivora
(pemakan berbagai jenis makanan) makananya antara lain tumbuhan air dan
binatang renik, namun makanan utamanya tumbuhan yang tumbuh di dasar perairan dan
di tepi perairan di tempat hidupnya.
...... III. METODOLOGI
A.
Waktu dan tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
di laksanakan Pada tanggal 20 Januari 2011 sampai dengan tanggal 20 Pebruari
2011 di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau di Desa Kaliamok.
B.
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang di gunakan dalam pembenihan ikan mas di UPTD BBI Lokal kalimok
Kabupaten Malinau
Tabel I. Alat dan Bahan yang
digunakan dalam PKL
No
|
Alat
|
Fungsi
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Happa
Kakaban
Waring
Tangguk
Sikat
Tali
Atap
daun
Timbangan
Batu
Scopnet
Jaring
Mesin
genzet / mesin Listrik diesel
pH/Derajat
keasaman
Automatic Heater
|
Tempat pemijahan induk ikan mas
Tempat melekatnya telur ikan mas
Tempat menampung
induk
Untuk menangkap induk ikan dari jaring Untuk membersih
kolam
Mengikat sudut-sudut waring
Pelindung
Mengukur berat induk ikan
Pemberat
Menangkap larva ikan mas
Menangkap induk ikan
Penerangan dan pengaliran air kekolam
Ketika kemarau
Pengukur PH
Analisis kualitas air ( DO, Suhu )
|
bahan
yang di gunakan dalam pembenihan ikan mas di UPTD BBI Lokal kalimok Kabupaten
Malinau
Tabel II. Bahan yang digunakan dalam
PKL
No
|
Bahan
|
Fungsi
|
1
2
3
|
Induk ikan mas
Kolam pemijahan
Methalin Blue (MB)
|
Objek Pemijahan
Tempatpemijahanberlangsung
Untuk mencegah penyakit, bakteri
|
C.
Prosedur Praktek Kerja Lapangan
Adapun Prosdur Praktek kerja Lapangan
Meliputi :
1.
Orientasi
Sebelum Mengikuti kegiatan Praktek kerja Lapangan peserta praktek
diperkenalkan terlebih dahulu dengan Lingkungan di sekitar baik teknisi, dan
para karyawan Di lingkungan BBI Lokal Kabupaten Malinau.
2.
Observasi
Kegiatan ini merupakan kegiatan pengenalan terhadap lokasi Praktek Kerja
Lapangan, menyangkut keadaan umum BBI Lokal Kabupaten Malinau Khususnya pada
Pembenihan Ikan Mas Seperti : fasilitas, aktivitas dan sistem pengelolaanya.
3.
Praktek Langsung
Kegiatan ini dengan langsung
dilakukan melalui turut serta dalam kegiatan yang meliputi segala kegiatan yang
di lapangan yang berkaitan dengan proses pembenihan ikan mas.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum UPTD BBI Lokal
UPTD BBI Lokal Desa Kaliamok
Kabupaten Malinau merupakan balai benih ikan yang berada dalam lingkup
pengawasan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan di Kelolah oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Malinau.
UPTD
BBI Lokal Kabupaten Malinau di Desa Kaliamok mulai di bangun sejak tahun 2006. Dan
diresmikan Oleh Menteri Perikanan dan Kelautan pada tanggal 11 Januari Tahun
2008. UPTD BBI Mempunyai peranan yang sangat besar terhadap kebutuhan masyarakat
(Petani ikan) untuk memperoleh benih ikan khususnya benih ikan mas, ikan Lele
dumbo, ikan nila dan ikan patin. Dengan keberadaan UPTD BBI Lokal kaliamok
Kabupaten Malinau ini telah memiliki kemampuan menerjemahkan dana menyelaraskan
program Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam upaya peningkatan
kesejahteraan rakyat melalui BBI agar Pembudidaya ikan dapat lebih termotivasi,
berikut ada tiga maksud penyediaan UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau.
Penyediaan UPTD BBI Lokal Kabupaten
Malinau dimaksudkan untuk lebih memantapkan:
a.
Penerapan teknologi pembenihan ikan yang lebih maju di
Daerah Kabupaten Malinau
b.
Penyediaan Benih ikan yang lebih sehat dan bebas hama dan
penyakit
c.
Penyebaran jenis ikan yang Produktivitasnya tinggi.
B.
Letak Geografis
BBI
Lokal Kabupaten Malinau (Kaliamok) Mempunyai luas tanah (± 2 Hektar) Yang terdiri dari tanah
kering (datar) dan tanah rawa, BBI Lokal terletak disebelah Utara Desa Kaliamok
dan di kelilingi Oleh Perkebunan dan persawahan milik Masyarakat setempat dan
dekat dengan sumber air.
C.
Struktur UPTD BBI Lokal Kaliamok
Kabupaten Malinau
Gambar. Struktur Organisasi UPTD BBI Lokal
Kaliamok Kabupaten Malinau (2008)
Ada pun tugas dan tangung jawab dari
pegawai disesuaikan dengan jabatanya masing-masing yaitu :
C1.
Kepala BBI
Kepala Balai bertanggung Jawab untuk
mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing bawahan, mengkoordinasi bawahan, memberikan bimbingan dan petunjuk pelaksanaan
tugas kepada bawahanya.
C2.
Urusan Tata usaha
Urusan Tata usaha bertugas melakukan
urusan keuangan, kepegawaian, surat menyurat, serta pelaporan.
C3.
Sub seksi Pembenihan
Sub seksi Pembenihan mempunyai tugas
melakukan pelayanan teknis kegiatan pengembangan, penerapan serta pengawasan
teknik pembenihan ikan.
C4.
Sub seksi Manajemen kolam
Sub seksi Manajemen kolam bertugas
melakukan tugas perencanaan, pengawasan dan pengontrolan lingkungan kolam
dengan melakukan rehabilitas terhadap kolam yang rusak.
C5.
Sub seksi Sarana dan Prasarana
Mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam
pengadaan sarana dan prasarana untuk kegiatan pembenihan.
C6.
Sub seksi Keamanan
Mempunyai tugas menjaga keamanan kawasan
UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau.
D.
Sarana dan Prasarana
1.
Sarana UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau
Sarana merupakan peralatan yang harus
tersedia saat berlangsung suatu kegiatan
di Unit pembenihan ikan, sedangkan prasarana merupakan fasilitas yang menunjang
dan melengkapi sarana.
Tabel
III. Spesifikasi sarana pembenihan ikan mas di UPTD BBI Lokal Kaliamok
Kabupaten Malinau
No
|
Nama Alat
|
Spesifikasi
|
Jumlah
|
Keterangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
|
Akuarium
Kakaban
pH (Kertas Lakmus )
Tabung Oksigen
Scopnet
Jaring
Secchidisk
Automatic Heater
Happa
Mesin Ginzet
Hailbow
Aerator
Mesin Listrik Diesel
|
60 x 80 cm
20 x 30 cm
100
2
5
3
Kecerahan
220 vol
-
-
-
-
-
-
|
30
18
-
-
10
3
2
2
4
2
4
5
1
1
|
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
|
Sumber UPTD BBI Kabupaten Malinau (2008)
Sedang kan Prasarana yang utama di UPTD BBI Lokal
kaliamok Kabupaten Malinau yaitu :
2.
Prasarana merupakan fasilitas utama dalam meningkatkan
pembenihan ikan di UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau yang meliputi:
bangunan, sumber tenaga listrik,
komunikasi dan transportasi.
Tabel IV. Prasarana pembenihan
No
|
Prasarana
|
Jumlah (Unit)
|
1.
2.
3.
4.
|
Bangunan
1.a. Bangsal pembenihan ikan
1.b. Bangsal pembenihan udang
1.c. Rumah karyawan
1.d. Balai pertemuan
1.e. Laboratorium
1.f. Kantor
1.g. Asrama
1.h. Bangsal penyimpanan pakan
Sumber Energi tenaga Listrik
2.a. Mesin Genzet
2.b. PLN
Komunikasi
3.a. Telpon
3.b. Hand Phone (HP)
Transportasi
4.a. Kendaraan roda 4
4.b. Kendaraan roda 2
|
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
|
Sumber : UPTD BBI Lokal kaliamok
Kabupaten Malinau ( 2008)
E.
Manajemen Pembenihan Ikan Mas
Faktor yang penting dalam usaha pembenihan ikan mas
adalah ketersediaan benih yang berkualitas tinggi. Ketersediaan benih ikan mas
yang berkualitas tinggi akan memicu perkembangan ikan mas dengan cepat. hal-hal
yang diamati dalam kegiatan pembenihan ikan mas meliputi :
E.1 Persiapan
Kolam pemijahan
Tujuan persiapan
kolam adalah menciptakan (membuat) lingkungan kolam pemijahan sesuai dengan
persyaratan hidup ikan. tekstur tanah
yang ideal untuk pemijahan ikan mas adalah tanah liat berpasir yang memiliki
sifat kedap air dan tidak asam. Lingkungan kolam terhindar dari pencemaran
bahan-bahan beracun.
Kegiatan persiapan kolam meliputi Pengeringan,
rehabilitas kolam, Pemupukan pengapuran dan pengairan ( Abas Siregar Djarijah,
1995 ) Dalam Praktek Kerja Lapangan di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau, induk
Sebelum di masukan kedalam kolam pemijahan, terlebih dahulu kolam di bersihkan
dengan menyikat lantai dan dinding kolam
tersebut dan melakukan penjemuran kolam dengan tujuan agar terbebas dari
kotoran yang bisa mencemari media pembenihan, Kemudian analisis kualitas air
dengan mengukur parameter kualitas air dan barulah induk dimasukan ke dalam
kolam pemijahan tersebut.
E.2 Seleksi
Induk
Keberhasilan pemijahan sangat di tentukan oleh
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) oleh karena itu langkah pertama dalam proses
pemijahan adalah dengan menyeleksi induk yang telah matang gonad dan tujuan dari seleksi induk adalah untuk
mendapatkan induk yang mempunyai produktivitas tinggi dengan ciri morfologi
yang di kehendaki dan dapat diturunkan. Pada Praktek Kerja Lapangan di UPTD BBI
Lokal Kabupaten Malinau tidak lepas dari kegiatan penyeleksian induk karena
untuk menghasilkan benih yang baik maka harus dilakukan seleksi terhadap induk
ikan mas.
Setelah di
lakukan penyeleksian, induk ikan mas tersebut
di masukan kedalam kolam penampungan induk yang berukuran 6 x 8 x 1.25 m2
dengan jumlah induk sebanyak 12 ekor Yang terdiri dari 4 Ekor induk jantan dengan berat masing-masing 0,5 kg dan
8 ekor untuk induk Betina dengan berat keseluruhan 2 kg di atas berat induk jantan.
Ardiwinata ( 1953 ) mengemukakan bahwa standarisasi
induk ikan mas yang baik untuk di seleksi adalah sebagai berikut :
·
Badan hendaknya tidak
keras dan juga tidak lemah karena menunjukan kandungan lemak yang tinggi yang
akan berpengaruh terhadap telur,
·
Perut lebar dan kekar
·
Badan relatif tinggi
·
Pangkal ekor relatif
lebar dan normal,
·
Kepala relatif kecil
dan moncong runcing,
·
Sisik agak besar dan
teratur,
·
Lobang dubur terletak
relatif lebih dekat ke pangkal ekor.
Kriteria tersebut diatas digunakan
oleh petani ikan dengan harapan jumlah daging dan jumlah telur relatif banyak.
E.3 Metode Seleksi
Adapun metode seleksi yang digunakan
adalah metode seleksi massa atau pun seleksi individu terhadap induk-induk yang
telah dipelihara dari hasil penyeleksian sebelumnya, seleksi individu ini
merupakan seleksi buatan terhadap keturunan hasil pemijahan induk-induk yang
mempunyai fenotipe yang terbaik (Kirpichnikov, 1981). Sifat-sifat yang
diseleksi meliputi bobot atau ukuran, keragaman luar, pigmentasi, keadaan
fisik, tidak cacat, ketahanan terhadap lingkungan dan penyakit, jumlah tulang
dalam otot, ukuran gelembung renang, dan lain-lain.
Di UPTD BBI
Lokal Kabupaten Malinau, untuk menentukan kriteria calon induk ikan mas secara
umum tidak berpatokan pada umur, tetapi lebih berpatokan pada berat tubuh.
Calon Induk di katakan sudah mampu berproduksi atau matang gonad apabila induk
jantan dan induk betina sudah matang gonad atau sudah siap untuk di pijahkan di
kolam pemijahan.
Ciri-ciri induk yang sudah siap untuk di pijahkan
atau sudah matang gonad adalah :
a.
Induk Jantan memiliki kriteria
:
1. Bentuk
Tubuh agak ramping
2. Sehat
dan tidak cacat
3. Pergerakanya
lincah
4. Dan
apabila diurut dari bagian perut ke pangkal ekor akan mengeluarkan cairan
sperma bewarna putih susu dan kental.
b. Induk Betina memiliki kriteria :
1. Bentuk tubuh besar dan agak
kegemukan
2. Sehat dam tidak cacat
3. Pegerakan lambat
4. Perut jika
di raba terasa lembek dan jika diurut akan mengeluarkan butiran
telur yang bewarna kuning.
E.4 Pemeliharaan
Induk Ikan Mas
Jumlah induk ikan mas yang di pelihara sebanyak 12 calon
induk dari hasil seleksi. Pemeliharaan calon induk ikan mas yang akan di
kawinkan dari hasil seleksi yang telah di lakukan harus di sediakan tempat
khusus seperti kolam pemeliharaan induk, di UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten
Malinau memiliki 2 (Dua) buah kolam pemeliharaan induk, satu kolam untuk induk
jantan dan kolam lainya untuk induk betina, dengan sisitem pengairanya secara
pararel, kolam pemeliharaan induk menggunakan kolam tembok dengan maksud agar
induk betina tidak teransang oleh bau sperma jantan.
Induk di beri pakan secara teratur 2 (dua) kali sehari
(pagi dan sore) pagi pada jam 08.00 WITA dan sore pada jam 17.30 WITA sebanyak
2 % dari bobot total induk. dan pengontrolan kualitas air hanya pada parameter
fisika dan kimia yaitu suhu, Do, dan pH dengan menggunakan Automatic Heater (Alat pengukur kualitas air) untuk mengetahui
perubahan suhu, Do, dan PH air dalam kolam pemeliharaan induk dengan kisaran
suhu antara 25-29 oC, Do antara 3,26-3,19 dan pH antara 6 -7.
E.5 Sumber Air dan Analisis
Kulitas Air
Lokasi Pembenihan harus terdapat sumber air yang memenuhi syarat baik
kualitas, maupun kuantitas sepanjang tahun. Sumber Air untuk pembenihan ikan
dapat berasal dari saluran irigasi, sungai, waduk, air hujan, mata air, danau
dan sumur. Sumber air dapat di alirkan melalui saluran air/pipa saluran secara
gravitasi atau menggunakan pompa air ke kolam-kolam. Debit air yang baik untuk
mengairi kolam antara 5-15 Liter/detik/ha dan mengalir sepanjang tahun (
Widiyati dan Prihadi, 1988). Kriteria kualitas air yang harus di perhatikan meliputi sifat Fisik dan
kimia, seperti suspensi bahan padat, suhu, gas terlarut, pH, kadar mineral
bahan beracun dan sebagainya.
Menurut Kovari (1983), parameter yang
harus di perhatikan dalam mengukur kualitas pada pembenihan ikan mencakup
1.Parameter
Fisika
a.
Suhu Air
Suhu adalah Kapasitas Panas. penyebaran
suhu dalam perairan dapat terjadi karena adanya penyerapan, angin, dan aliran
tegak. di tinjau dari segi fisiologis, perubahan suhu air dapat mempengaruhi
kecepatan metabolisme pada ikan. di daerah sub tropis dan dingin, suhu air
berkaitan erat dengan lama penyinaran mata hari, sehingga kedua faktor abiotik
tersebut mempengaruhi proses biologi seperti pematanganan gonad, pemijahan, dan
penetasan telur pada pembenihan ikan.pada praktek kerja lapangan hasil pengukuran untuk suhu di kolam
Pembenihan berkisar antara 25,5º-25,8ºC. karena menurut (Kovari, 1983)
menyatakan bahwa kisaran suhu yang baik untuk pembenihan ikan adalah berkisar
antara 25º - 30ºC jadi suhu untuk pembenihan di UPTD BBI Lokal Kabupaten
Malinau tergolong sangat baik untuk kegiatan pembenihan terutama pada
pembenihan ikan mas.
b. Kecerahan Air
Kecerahan air sangat erat hubunganya
dengan adanya radiasi mata hari kecerahan air untuk pembenihan ikan mas di UPTD
BBI Lokal kaliamok sangat baik karena selain di dukung dengan radiasi mata hari
(penyinaran mata hari) sistem pengelolaanya terhadap kecerahan juga terus di
perhatikan.Pada kolam pemijahan, kolam penetasan telur, dan kolam perawatan
larva, kecerahan air harus diperhatikan dan di usahakan lebih dari 10%
penetrasi mata hari sampai kedasar perairan. hal ini akan sangat berpengaruh
terhadap pembuahan telur, penetasan telur, dan kehidupan larva sebelum di
pindahkan ke kolam pendederan. Air yang keruh apalagi yang disebabkan oleh
lumpur akan menghambat sperma dalam membuahi telur saat terjadi pemijahan dapat
membungkus telur sehingga akan tumbuh jamur menggangu proses penetasan telur
serta akan menggangu pernafasan larva.
c.Warna Air
Warna Air terdiri dari berkas cahaya yang
di absorsi/diserap dari cahaya asal yang masuk kekolam.warna air juga di
pengaruhi oleh warna lingkungan, warna langit, dasar perairan, dan warna
sekelilingnya.Warna air dapat di kelompokan menjadi :
1. Bahan
terlarut (Protein, lemak , karbohidrat, dan perombakan ketiganya)
2. Bahan
yang melayang (yang hidup adalah fitoplankton, dan zooplankton dan yang mati
adalah poluit.
Contoh
Bahan yang melayang meliputi:
Tabel V.
Pengelompokan Warna air berdasarkan jenis dan Penghuni
No
|
Penghuni
|
Warna
Air
|
1
2
3
4
5
|
Alga
Diatom
Zooplankton
Bahan organic
Humus
|
Hijau
Kuning kecoklatan
Merah
Coklat
tua
Hijau atau kuning kecoklatan
|
Sumber Kovari (1983)
Dalam usaha
pembenihan ikan, yang sangat perlu di
perhatikan adalah warna air untuk beberapa kolam yang akan di fungsikan untuk
berbagai kegiatan pembenihan Seperti untuk kolam pendederan, yakni warna yang
optimal harus disesuaikan dengan ukuran benih. untuk benih yang masih berumur
1-15 hari/ukuran 1-3 cm, warna air harus hijau/tua, dan untuk benih yang
berumur 16-25 hari/ukuran 3-5 cm, warna
air harus coklat kemerahan.
2. Parameter
Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Keasaman air
yang di sebut juga dengan pH (Puissance Negatif dengan Hidrogen ), dinyatakan
dengan angka dari 1 sampai 14. pH adalah log 10 (1/ (H+), dimana (H)
adalah konsentrasi ion hydrogen dalam nol perliter. dalam hal ini aspek yang
diukur adalah kemampuan suatu larutan
air dalam memberikan ion hydrogen.
Nilai pH lebih rendah menunjukan keasaman yang lebih
tinggi, sedangkan pada pH 7 larutan air berada dalam keadaan netral. pH yang
optimal dalam pembenihan ikan adalah antara 6,7-8,2 dan hasil pengukuran pH di
UPTD BBI Kabupaten Malinau khususnya pada pembenihan ikan mas dapat di katakan
masih dalam keadaan yang optimal yaitu 6 -7. Menurut Kovari, (1983), bahwa
tinggi rendahnya pH di pengaruhi tinggi rendahnya O2 ataupun CO2.
Apabila O2 tinggi maka pH tinggi, sedangkan bila O2
rendah maka pH rendah. tetapi sebaliknya bila CO2 naik
maka pH turun karena terjadi
perubahan kimia.
b.Oksigen
Oksigen
merupakan gas terpenting untuk respirasi dan metabolisme dalam tubuh ikan. konsentrasi
oksigen dinyatakan dengan ppm (part per million). Dalam usaha pembenihan ikan, konsentrasi
oksigen yang terlarut dalam kolam akan berkurang karena oksigen di gunakan
untuk pernafasan ikan dan organism lainya serta untuk reaksi kima pada organik
( Kotoran ikan, sisa pakan, pembusukan tumbuhan dan hewan yang mati dan lain
sebagainya.) akan tetapi penurunan konsentrasi oksigen ini diimbangi dengan
penambahan oksigen dari hasil fotosintesis yang berlangsung pada siang hari dan
dari proses pencampuran udara dengan air yang disebabkan oleh angin di
permukaan.
Dan hasil dari pengukuran untuk mengetahui
konsentrasi oksigen pada pembenihan ikan mas di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau
sekitar 4-5 ppm Kovari, (1983)
mengatakan bahwa konsentrasi oksigen yang optimal dalam suatu usaha pembenihan
ikan mas adalah 5 ppm. pada kolam pembenihan ikan dengan konsentrasi oksigen
sebesar kurang dari 3 ppm akan berbahaya bagi benih ikan, dan bagi konsentrasi
yang rendah pada kolam dapat di tingkatkan dengan menggunakan aerator ataupun
dengan pemasangan kincir.
E.6
Pemijahan
Sistem reproduksi
ikan terdiri dari alat kelamin, gonad, kelenjar hipofisa dan saraf-saraf yang
berhubungan dengan perkembangan alat reproduksi. Reproduksi ikan dikendalikan
oleh tiga sumber utam yaitu hipotalmus, hipofisa, dan gonad.
Teknik Pemijahan yang di lakukan selama
kegiatan (PKL) adalah pemijahan dengan alami dengan sistem sederhana. Induk
ikan mas jantan maupun induk betina di
masukan kedalam kolam Pemijahan, kolam tembok yang di sediakan khusus pemijahan
dengan ukuran kolam pemijahan 6 m x 8 m x1,25
m.
Induk jantan
dan betina tidak akan di beri makan, karena selain mencemari kualitas air dalam kolam pemijahan, dan
pemberian pakan ini juga dapat menyumbat
alat reproduksi. Dan langkah-langkah pemijahan ikan mas di UPTD BBI Lokal
Malinau adalah :
a. Mengisi
wadah pemijahan dengan air setinggi 75-100 cm
Gambar 4.1 Pengisian Air
b. Memasang
happa untuk mempermudah panen larva di bak atau di kolam yang berukuran 4m x 6m x 1m.
Gambar
4.2 Pemasangan Happa
c. Memasang
kakaban di tempat pemijahan (dalam happa) dengan ukuran 1,5 x 0,4 m.
Gambar
4.3 Pemasangan Kakaban
d.
Kemudian induk Ikan Mas
jantan dan betina di masukkan untuk siap pijah
Gambar 4.4 Pemasukan
Induk
E.7
Perawatan Telur dan Larva
Di alam telah
menjadi kebiasaan sebelum memijah ikan mas mencari tempat rimbun dengan tanaman
air atau rumput-rumput yang menutupi permukaan air. Substrat-subtrat dapat
merangsang pemijahan dan digunakan untuk meletakan telur-telurnya. Sifat telur
ikan mas adalah melekat pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, bening,
dan ukuranya bervariasi menurut umur dan bobot-bobot induk. Diameter telur ikan
mas tersebut adalah 1,5-1,8 mm dengan bobot antara 0,17-0,20 mg.
Embiro akan tumbuh dalam telur yang telah dibuahi
oleh spermatozoa antara 2-3 hari kemudian, telur-telur tersebut akan menetas
dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang
relatif besar dan berfungsi sebagai makanan. Kantong kuning telur pada larva
tersebut akan habis setelah 2-3 hari. Larva ikan mas biasanya menempel dan
bergerak partikal. Ciri morfologinya adalah berukuran panjang antara 0,5-0,6 mm
dan bobotnya antara 0,18-0,20 mg
Larva kemudian berubah menjadi benih (kebul) yang
memerlukan makanan dari luar untuk kehidupannya pakan alami kebul terutama zooplankton.
Jumlah pakan alami kebul tiap hari adalah sebanyak 60%-70% dari bobot badannya.
Pada hari
ke 3 setelah telur menetas atau setelah larva tidak menempel, kakaban
diangkat. Pemeliharaan larva dalam happa dilakukan selama 5 hari sebelum
larva siap untuk ditebar ke kolam pendederan I. (Ir Abbas Siregar Djarijah
.1995.)
Beberapa
saat setelah menetas larva masih mendapatkan suplai makanan cadangan dari suspensi kuning telur dengan frekuensi
5 kali per hari (1 butir untuk 100.000 ekor larva). Dalam Effendie ( 1997)
Larva yang telah berusia 7-10 hari telah memilki energy yang cukup kuat untuk
berenang lebih aktif dan di anggap telah mampu mencari makanan sendiri. larva
pada usia ini telah siap untuk di pindahkan.
Setelah tumbuh 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi
burayak. Burayak ini berukuran panjang antara1-3 cm dan berbobot antara 0,1-0,5
g. 2-3 minggu kemudian burayak berubah menjadi putihan. Putihan ini berukuran
panjang 3-5 cm dan bobotnya antara 0,5-2,5 g. Putih secara alami tumbuh terus
dan setelah 3 bulan menjadi gelondongan dengan bobot mencapai lebih dari 100g
setiap ekor. Gelondongan tumbuh terus kemudian menjadi induk ikan. Setelah enam
bulan, ikan jantan dapat mencapai 0,5 kg . Bobot 1,5 kg dapat dicapai oleh
seekor ikan betina setelah mencapai umur 15 bulan. Induk-induk ikan mas
tersebut mempunyai kebiasan mengaduk- aduk dasar perairan untuk mencari makanan.
Dan pada Praktek Kerja Lapangan di UPTD BBI Lokal
Kabupaten Malinau Perawatan telur dan larva ikan mas hanya di arahkan pada
pemberian pakan dan analisis kualitas airnya. Pada pemberian pakan tidak di
perkenankan memberi makan pada larva yang baru menetas karena masih mempunyai
cadangan makanan berupa kantong kuning telur ( Yolk egg). Kemudian setelah persediaan makanan berupa kantong
kuning telur habis, Benih dengan langsungnya di beri makanan berupa kuning
telur rebus dan di lakukan berturut-turut selama 4 kali sehari dan setelah
benih ikan mas berumur 6 hari happa di lepaskan kemudian Benih di pindah ke
kolam pemeliharaan larva.
E.8 Pencegahan Hama dan Penyakit
Agar induk dan benih ikan dalam keadaan sehat, maka perlu diadakanya upaya
pencegahan penyakit dilakukan melalui perbaikan konstruksi kolam, perbaikan
kualitas air, mengurangi padat tebar yang telah berlebihan, pemberian pakan
yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Di UPTD BBI Lokal ada beberapa
hama dan penyaklit yang menyerang ikan mas, hama dan penyakit selalu di
waspadai dan segera di tanggulangi ataupun di brantas
Beberapa Hama dan Penyakit yang
biasa mengganggu produksi pembenihan ikan Di UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten
Malinau.
Tabel VI. Jenis Hama yang biasa mengganggu produksi ikan di UPTD BBI Lokal
Kabupaten Malinau
No
|
Jenis Hama
|
Cara Penanggulangan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Kodok
Ular
Elang
Ikan Gabus
Biawak
|
-
Membuang telur yang mengapung/Menangkap hidup
-
Menangkap
-
Mengusir jika terlihat ada
-
Memasang saringan pada pintu pemasukan
-
Menangkap dan mengusir jika terlihat
|
Sumber UPTD BBI Kabupaten Malinau (2008)
Tabel VII.
Jenis Penyakit yang biasa mengganggu produksi pembenihan ikan di UPTD BBI Lokal
Kabupaten Malinau
No
|
Jenis penyakit
|
Cara Penanggulangannya
|
1.
2.
|
Cacing Insang, sirip, dan kulit
Kutu ikan
(Argulosis)
|
-
Direndam pada larutan Methylene blue 3 grm/ selama 24
jam
-
Direndam dengan larutan garam dapur 20 grm/liter air
selama 15 menit
|
Sumber UPTD BBI Kabupaten Malinau (2008)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktek kerja lapangan diperoleh kesimpulan bahwa manajemen pembenihan
ikan mas memerlukan suatu persiapan yang khusus dan memadai sehingga di
harapkan benih yang di hasilkan memiliki kualitas yang sangat baik. Persiapan
tersebut di antaranya, sebagai berikut :
1. Penyiapan
kolam pemijahan meliputi : Pengeringan kolam, pemupukan, dan pengairan
2. Seleksi
dan pemeliharaan induk
ikan mas yang terdiri atas induk jantan dan induk betina
3. Sumber
air yang di gunakan dalam kolam- kolam pemijahan. Sumber air ini harus memenuhi
syarat baik kualitas maupun kuantitas.
4. Proses
pemijahan, dan
5. Perawatan
telur dan larva harus memperhatikan
kualitas air dan cara pemanenan telur sehingga tidak menimbulkan kesalahan
dalam pemanenan telur yang dapat berakibat pada daya tetas telur yang rendah.
6. Pencegahan dan Penanggulangan hama dan penyakit
B.
Saran
Uji
coba yang lebih baik lagi dalam proses pemijahan dengan menggunakan Striping, penggunaan metode ini di
harapkan akan memperoleh hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.1981. Pedoman/Standar
Balai Benih
Ikan.
Direktorat jenderal Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta. 25 hlm
Ardiwinata,R.O. 1981. Pemeliharaan Ikan Mas, Bandung: Sumur
Bandung.
Jakarta
: Penebar Swadaya.Widiyati, A dan Prihadi,T.H.1988. Pemilihan Lokasi Untuk
Budidaya Perikanan Air Tawar.Balai Penilitian Perikanan Air Tawar. Badan Litbang
Pertanian. Bogor.
Lingga, Pinus, Ikan Mas Kolam Air
Deras, Jakarta:Penerbit Penebar Swadaya cetakan II,1987
Mulyadi Sukma, Ondi dan Maman
Tjarmana, Budidaya Ikan Mas, Nila, Tawes, Gurame Jakarta:Penerbit CV Yasaguna
Cetakan 7,1990
Rukmana, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung
Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari 1991. 5 hal
Susanto, H dan Heru, B 1987. Budidaya
Ikan di pekarangan, Cetakan I, Penerbit Penebar Swadaya Jakarta
Soeseno, Slamet, Dasar-dasar
Perikanan Umum Untuk Sekolah pertanian Pembangunan, Jakarta: Penerbit CV
Yasaguna Cetakan 11 , 1984.
Santoso, Budi. 1993. Petunjuk
praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta : Kanisius.
Widiyati, A dan Prihadi,T.H.1988.
Pemilihan Lokasi dan Rancangan Bangun Pembenihan Ikan
Untuk Budidaya Perikanan Air Tawar.Balai Penilitian Perikanan Air Tawar.
Bada Litban Pertanian. Bogor. 15 hlm