Selasa, 31 Januari 2012

Manajemen pembenihan ikan mas


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
       Salah satu zat makanan yang sangat di butuhkan oleh tubuh kita adalah protein. Protein ini didalam tubuh selain untuk mengganti sel-sel yang rusak, juga untuk pertumbuhan. Protein nabati yang berasal dari tumbuhan dan protein hewani yang berasal dari hewan baik berupa daging, telur, susu maupun ikan.
       Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani saat ini merupakan bahan makanan yang murah dan mudah didapatkan serta mudah di kembangkan. Namun, memang diakui bahwa hingga saat ini produksi ikan yang terbesar masih merupakan hasil tangkapan di laut dan masih sedikit yang merupakan hasil pemeliharaan di kolam.
       Menyadari sumber di laut pun terbatas-meski hingga saat ini masih belum banyak di manfaatkan, dalam hal ini Usaha pembenihan ikan di suatu unit pembenihan ikan harus lebih di tingkatkan lagi. Ikan mas merupakan Salah satu komoditas primadona disub sektor perikanan air tawar yang di harapkan dapat meningkatkan devisa daerah khususnya di Kabupaten Malinau. Permintaan pasar di luar negeri yang cenderung meningkat serta sumberdaya yang cukup tersedia di Indonesia memberikan peluang sangat besar untuk dapat di kembangkan budidayanya.
       Ikan mas (Cyprinus carpio) adalah salah satu jenis ikan budidaya air tawar yang paling banyak di budidayakan oleh para petani baik budidaya pembenihan, pembesaran di kolam, pembesaran di sistem air deras maupun pada keramba jaring apung. Dikalangan petani Maupun masyarakat, ikan mas telah lama dikenal dan (dikonsumsi) sehingga pemasaranya tidaklah begitu sulit, yaitu dapat dikembangbiakan hanya dengan perbaikan lingkungan atau manipulasi lingkungan dan kawin suntik (hypofisa).
       Pada saat ini, UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau Mengusahakan dengan Menghasilkan benih ikan mas yang memiliki kualitas yang baik. Oleh karena itu BBI Lokal Kabupaten Malinau yang bergerak dibidang pembenihan ini dengan teknisi yang latar pendidikannya S1 Perikanan Berusaha untuk mengembangkan dan menghasilkan benih yang baik dan berupaya dengan penggunaan teknologi pada sistem pembenihan tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas hasil produksi.
       Dalam proses Manajemen Pembenihan ikan Mas yang dilakukan di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau, terdiri dari beberapa tahap yang meliputi: 1. Pengadaan induk (Seleksi), 2. Persiapan kolam pemberokan, 3. Persiapan Kolam Pemijahan, dan perawatan larva.
B. Tujuan
       Adapun tujuan dari pelaksanaan Kegiatan Praktek kerja Lapangan (PKL) ini Adalah:
       Untuk mengetahui Manajemen pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) yang dilakukan oleh UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau.
C. Manfaat
       Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini yaitu :
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Manajemen Pembenihan Ikan mas di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau










II. TINJAUAN PUSTAKA
A.      Sejarah dan Asal Usul
       Banyak cerita mengenai asal usul ikan mas. Ada yang mengatakan ikan ini berasal dari sungai Danube dan Laut hitam. tetapi ada juga berasal dari Cina dan Rusia. Menurut Ardiwinata (1971) di Indonesia ikan mas mulai di kenal pertama kali di daerah galuh (Ciamis), Jawa Barat, sekitar tahun 1810 dan Semenjak itu berkembang ke Daearah lain di Jawa Barat.
       Sejak permulaan abad kedua puluh, budidaya ikan mas yang dilakukan di kolam dan di sawah mulai berkembang kebeberapa daerah Di luar Pulau Jawa barat. Di Bukittinggi (Sumatera Barat), ikan mas didatangkan pada tahun 1892 dan mulai berkembang pada tahun 1903. Di Padang Sidempuan (Sumatera Utara), ikan mas didatangkan pada tahun 1903. Di Medan, ikan mas di datangkan 1905. Di Sulawesi, ikan mas didatangkan di Tondano (Sulawesi Utara) pada tahun 1905. Di Sulawesi Selatan, ikan mas mulai dipelihara di sawah pada tahun 1936. Sementara itu, Di Pulau Bali ikan mas pertama kali Di datangkan pada tahun 1903, tetapi budidayanya di sawah baru di mulai pada tahun 1931. Penyebaran ikan mas yang begitu cepat keberbagai tempat di Indonesia didukung oleh cara pembudidayaanya yang cukup mudah dan sifat yang tahan terhadap berbagai macam bentuk lingkungan karena itu, banyak peternak yang membudidayakanya.  
B.      Identifikasi Jenis Ikan
       Menurut Budi Santoso (1982) Identifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah sebagai berikut:
Kelas         :    Pisces (Golongan ikan yang mempunyai insang sebagai
                     Alat  Pernafasan)
Sub Kelas   :   Teleostei ( Golongan Ikan yang bertulang Belakang )
Ordo    : Ostariophysi (Golongan ikan yang mempunyai alat  keseimbangan berupa tulang pada rongga perut bagian atas.)
 Subordo     :  Cyprinoidea
Famili        : Cyprinus
Jenus          : Cyprinus
Species       : Cyprinus carpio
        Berdasarkan keanekaragaman genetik, ikan mas memiliki keistimewaan karena banyaknya jumlah ras. kondisi pembenihannya saat ini makin masih ”terpuruk” karena serangan wabah koi herpes virus (KHV) beberapa tahun yang lalu. Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk memperbaiki kondisi ini antara lain:
A.    Penanganan berupa pengobatan terhadap induk-induk yang masih mampu bertahan hidup.
B.      Pengadaan kembali induk dari sentra usaha budidaya yang belum pernah terserang
C.       Mengaplikasikan teknik pengelolaan induk yang sesuai dengan kaidah   genetik dan budidaya.
        Saat ini Ikan Mas Mempunyai banyak ras. Perkembangan Budidayanya sangat pesat, mulai dari seleksi induk, Pemijahan tradisional sampai menggunakan rangsangan kelenjar hypofisae atau kawin suntik. Para pakar perikanan telah melakukan serangkaian Penelitian terhadap ikan dari golongan Cyprinidae ini mulai dari jumlah Kakaban (tempat melekatnya telur ikan mas) tiap kilogram induk sampai jumlah benih  yang di hasilkan.  ras yang disukai tiap-tiap daerah berbeda tergantung dari lingkungan masyarakatnya. Misalnya masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah kurang menyukai jenis ikan mas bewarna kuning dan jingga, maka dikembangkan ras baru tahun 1993 di Desa Punten-Malang Jawa Timur yang terkenal jenis Ikan Mas punten.



C. Morfologi
       Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed) mulutnya terletak dibagian tengah kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (Phryngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris gigi geraham. secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali terdiri dari beberapa varietas yang hanya memilki sedikit Sisik. Sisik ikan mas berukuran besar dan di golongkan kedalam sisik tipe sikloid (lingkaran).
        Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ke tiga dan ke empat) bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (Ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan di bagian akhinya bergerigi. Garis rusuknya (Linea latelaris atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai keujung belakang pangkal ekor.
D.      Syarat dan Kebiasaan Hidup
       Ikan Mas yang di budidayakan di areal perkolaman dapat dikawinkan sepanjang tahun (tidak mengenal musim). Tetapi di alam, misalnya di sungai, danau atau pun genangan air lainya ikan mas memijah awal sepanjang musim penghujan dan memijah pada perairan dangkal.
        Habitat ikan mas terdapat di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan aliranya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. ikan ini hidup dengan baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut dengan suhu air 25-300 C. dan dari serangkaian penelitian, pertumbuhan panjang badan secara maksimal tercapai setelah berumur 24 bulan. Sedangkan pertumbuhan berat badan maksimal tercapai pada umur 36 bulan. pertumbuhan panjang dan berat badan dari percobaan di atas dapat di capai apabila dilakukan pada kondisi normal. walaupun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang–kadang juga ditemukan di perairan payau atau muara sungai dengan salinitas mencapai 25-30 ppm
          Ikan mas tergolong ikan Omnivora (pemakan berbagai jenis makanan)     makananya antara lain tumbuhan air dan binatang renik, namun makanan utamanya tumbuhan yang tumbuh di dasar perairan dan di tepi perairan di tempat hidupnya.
















......  III. METODOLOGI
A.      Waktu dan tempat
      Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini di laksanakan Pada tanggal 20 Januari 2011 sampai dengan tanggal 20 Pebruari 2011 di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau di Desa Kaliamok.
B.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam pembenihan ikan mas di UPTD BBI Lokal kalimok Kabupaten Malinau
Tabel I. Alat dan Bahan yang digunakan dalam PKL
No
Alat
                    Fungsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13
14

Happa
Kakaban
Waring
Tangguk
Sikat
Tali
Atap daun
Timbangan
Batu
Scopnet
Jaring
Mesin genzet / mesin Listrik diesel
pH/Derajat keasaman
Automatic Heater

Tempat pemijahan induk ikan mas
Tempat melekatnya telur ikan mas
Tempat  menampung induk
Untuk menangkap induk ikan dari jaring Untuk membersih kolam
Mengikat sudut-sudut waring
Pelindung
Mengukur berat induk ikan
Pemberat
Menangkap larva ikan mas
Menangkap induk ikan   
Penerangan dan pengaliran air kekolam
Ketika kemarau
Pengukur PH  
Analisis kualitas air ( DO, Suhu )
   




bahan yang di gunakan dalam pembenihan ikan mas di UPTD BBI Lokal kalimok Kabupaten Malinau
Tabel II. Bahan yang digunakan dalam PKL
No
Bahan
Fungsi
1
2
3
Induk ikan mas
Kolam pemijahan
Methalin Blue (MB)

Objek Pemijahan
Tempatpemijahanberlangsung
Untuk mencegah penyakit, bakteri


C.      Prosedur Praktek Kerja Lapangan
      Adapun Prosdur Praktek kerja Lapangan Meliputi :
1.      Orientasi
       Sebelum Mengikuti kegiatan Praktek kerja Lapangan peserta praktek diperkenalkan terlebih dahulu dengan Lingkungan di sekitar baik teknisi, dan para karyawan Di lingkungan BBI Lokal Kabupaten Malinau.
2.      Observasi
       Kegiatan ini merupakan kegiatan pengenalan terhadap lokasi Praktek Kerja Lapangan, menyangkut keadaan umum BBI Lokal Kabupaten Malinau Khususnya pada Pembenihan Ikan Mas Seperti : fasilitas, aktivitas dan sistem pengelolaanya.
3.      Praktek Langsung
        Kegiatan ini dengan langsung dilakukan melalui turut serta dalam kegiatan yang meliputi segala kegiatan yang di lapangan yang berkaitan dengan proses pembenihan ikan mas.







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Gambaran Umum UPTD BBI Lokal
UPTD BBI Lokal Desa Kaliamok Kabupaten Malinau merupakan balai benih ikan yang berada dalam lingkup pengawasan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan di Kelolah oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau.
         UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau di Desa Kaliamok  mulai di bangun sejak tahun 2006. Dan diresmikan Oleh Menteri Perikanan dan Kelautan pada tanggal 11 Januari Tahun 2008. UPTD BBI Mempunyai peranan yang sangat besar terhadap kebutuhan masyarakat (Petani ikan) untuk memperoleh benih ikan khususnya benih ikan mas, ikan Lele dumbo, ikan nila dan ikan patin. Dengan keberadaan UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau ini telah memiliki kemampuan menerjemahkan dana menyelaraskan program Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui BBI agar Pembudidaya ikan dapat lebih termotivasi, berikut ada tiga maksud penyediaan UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau.
       Penyediaan UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau dimaksudkan untuk lebih memantapkan:
a.       Penerapan teknologi pembenihan ikan yang lebih maju di Daerah Kabupaten Malinau
b.      Penyediaan Benih ikan yang lebih sehat dan bebas hama dan penyakit
c.       Penyebaran jenis ikan yang Produktivitasnya tinggi.
B.      Letak Geografis
        BBI Lokal Kabupaten Malinau (Kaliamok) Mempunyai luas tanah (± 2 Hektar) Yang terdiri dari tanah kering (datar) dan tanah rawa, BBI Lokal terletak disebelah Utara Desa Kaliamok dan di kelilingi Oleh Perkebunan dan persawahan milik Masyarakat setempat dan dekat dengan sumber air.



C.      Struktur UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau

 Gambar. Struktur Organisasi UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau (2008)
       Ada pun tugas dan tangung jawab dari pegawai disesuaikan dengan jabatanya masing-masing yaitu :
C1. Kepala BBI
       Kepala Balai bertanggung Jawab untuk mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing bawahan, mengkoordinasi bawahan,  memberikan bimbingan dan petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahanya.
C2. Urusan Tata usaha
       Urusan Tata usaha bertugas melakukan urusan keuangan, kepegawaian, surat menyurat, serta pelaporan.
C3. Sub seksi Pembenihan
       Sub seksi Pembenihan mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis kegiatan pengembangan, penerapan serta pengawasan teknik pembenihan ikan.


C4. Sub seksi Manajemen kolam
       Sub seksi Manajemen kolam bertugas melakukan tugas perencanaan, pengawasan dan pengontrolan lingkungan kolam dengan melakukan rehabilitas terhadap kolam yang rusak.
C5. Sub seksi Sarana dan Prasarana
       Mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pengadaan sarana dan prasarana untuk kegiatan pembenihan.
C6. Sub seksi Keamanan
       Mempunyai tugas menjaga keamanan kawasan UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau.
D.      Sarana dan Prasarana
1.      Sarana UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau
       Sarana merupakan peralatan yang harus tersedia saat berlangsung  suatu kegiatan di Unit pembenihan ikan, sedangkan prasarana merupakan fasilitas yang menunjang dan melengkapi sarana.
Tabel III. Spesifikasi sarana pembenihan ikan mas di UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau
No
Nama Alat
Spesifikasi
Jumlah
Keterangan
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Akuarium
Kakaban
pH (Kertas Lakmus )
Tabung Oksigen
Scopnet
Jaring
Secchidisk
Automatic Heater
Happa
Mesin Ginzet
Hailbow
Aerator
Mesin Listrik Diesel
60 x 80 cm
20 x 30 cm
100

2
5
3
Kecerahan
220 vol
-
-
-
-
-
-

30
18
-

-
10
3
2
2
4
2
4
5
1
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
         Sumber UPTD BBI Kabupaten Malinau (2008)

Sedang kan Prasarana yang utama di UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau yaitu :
2.      Prasarana merupakan fasilitas utama dalam meningkatkan pembenihan ikan di UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau yang meliputi:
bangunan, sumber tenaga listrik, komunikasi dan transportasi.
Tabel IV. Prasarana pembenihan
No
Prasarana
Jumlah (Unit)
1.








2.


3.


4.
Bangunan
1.a. Bangsal pembenihan ikan
1.b. Bangsal pembenihan udang
1.c. Rumah karyawan
1.d. Balai pertemuan
1.e. Laboratorium
1.f. Kantor
1.g. Asrama
1.h. Bangsal penyimpanan pakan
Sumber Energi tenaga Listrik
2.a. Mesin Genzet
2.b. PLN
Komunikasi
3.a. Telpon
3.b. Hand Phone (HP)
Transportasi
4.a. Kendaraan roda 4
4.b. Kendaraan roda 2

1
1
3
1
1
1
1
1

1
1

1
1

1
2
        Sumber : UPTD BBI Lokal kaliamok Kabupaten Malinau ( 2008)




E.  Manajemen  Pembenihan Ikan Mas

Faktor  yang penting dalam usaha pembenihan ikan mas adalah ketersediaan benih yang berkualitas tinggi. Ketersediaan benih ikan mas yang berkualitas tinggi akan memicu perkembangan ikan mas dengan cepat. hal-hal yang diamati dalam kegiatan pembenihan ikan mas meliputi :
E.1 Persiapan Kolam pemijahan
Tujuan persiapan kolam adalah menciptakan (membuat) lingkungan kolam pemijahan sesuai dengan persyaratan hidup ikan. tekstur  tanah yang ideal untuk pemijahan ikan mas adalah tanah liat berpasir yang memiliki sifat kedap air dan tidak asam. Lingkungan kolam terhindar dari pencemaran bahan-bahan beracun.
Kegiatan persiapan kolam meliputi Pengeringan, rehabilitas kolam, Pemupukan pengapuran dan pengairan ( Abas Siregar Djarijah, 1995 ) Dalam Praktek Kerja Lapangan di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau, induk Sebelum di masukan kedalam kolam pemijahan, terlebih dahulu kolam di bersihkan dengan menyikat lantai dan dinding kolam  tersebut dan melakukan penjemuran kolam dengan tujuan agar terbebas dari kotoran yang bisa mencemari media pembenihan, Kemudian analisis kualitas air dengan mengukur parameter kualitas air dan barulah induk dimasukan ke dalam kolam pemijahan tersebut.
E.2 Seleksi Induk
 Keberhasilan pemijahan sangat di tentukan oleh Tingkat Kematangan Gonad (TKG) oleh karena itu langkah pertama dalam proses pemijahan adalah dengan menyeleksi induk yang telah matang gonad  dan tujuan dari seleksi induk adalah untuk mendapatkan induk yang mempunyai produktivitas tinggi dengan ciri morfologi yang di kehendaki dan dapat diturunkan. Pada Praktek Kerja Lapangan di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau tidak lepas dari kegiatan penyeleksian induk karena untuk menghasilkan benih yang baik maka harus dilakukan seleksi terhadap induk ikan mas.  
  Setelah di lakukan penyeleksian, induk ikan mas tersebut  di masukan kedalam kolam penampungan induk yang berukuran 6 x 8 x 1.25 m2 dengan jumlah induk sebanyak 12 ekor Yang terdiri dari 4 Ekor induk  jantan dengan berat masing-masing 0,5 kg dan 8 ekor untuk induk Betina dengan berat keseluruhan 2 kg di atas  berat induk jantan.
Ardiwinata ( 1953 ) mengemukakan bahwa standarisasi induk ikan mas yang baik untuk di seleksi adalah sebagai berikut :
·      Badan hendaknya tidak keras dan juga tidak lemah karena menunjukan kandungan lemak yang tinggi yang akan berpengaruh terhadap telur,
·      Perut lebar dan kekar
·      Badan relatif tinggi
·      Pangkal ekor relatif lebar dan normal,
·      Kepala relatif kecil dan moncong runcing,
·      Sisik agak besar dan teratur,
·      Lobang dubur terletak relatif lebih dekat ke pangkal ekor.
           Kriteria tersebut diatas digunakan oleh petani ikan dengan harapan jumlah daging dan jumlah telur relatif  banyak.
E.3 Metode Seleksi
        Adapun metode seleksi yang digunakan adalah metode seleksi massa atau pun seleksi individu terhadap induk-induk yang telah dipelihara dari hasil penyeleksian sebelumnya, seleksi individu ini merupakan seleksi buatan terhadap keturunan hasil pemijahan induk-induk yang mempunyai fenotipe yang terbaik (Kirpichnikov, 1981). Sifat-sifat yang diseleksi meliputi bobot atau ukuran, keragaman luar, pigmentasi, keadaan fisik, tidak cacat, ketahanan terhadap lingkungan dan penyakit, jumlah tulang dalam otot, ukuran gelembung renang, dan lain-lain.
Di  UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau, untuk menentukan kriteria calon induk ikan mas secara umum tidak berpatokan pada umur, tetapi lebih berpatokan pada berat tubuh. Calon Induk di katakan sudah mampu berproduksi atau matang gonad apabila induk jantan dan induk betina sudah matang gonad atau sudah siap untuk di pijahkan di kolam pemijahan.
Ciri-ciri induk yang sudah siap untuk di pijahkan atau sudah matang gonad adalah  :
a.      Induk Jantan memiliki kriteria :
1.      Bentuk Tubuh agak ramping
2.      Sehat dan tidak cacat
3.      Pergerakanya lincah
4.      Dan apabila diurut dari bagian perut ke pangkal ekor akan mengeluarkan cairan sperma bewarna putih susu dan kental.

b.     Induk Betina memiliki kriteria :
1.  Bentuk tubuh besar dan agak kegemukan
2.   Sehat dam tidak cacat
3.  Pegerakan lambat
4.  Perut jika di raba terasa lembek dan jika diurut akan mengeluarkan butiran
telur yang bewarna kuning.
 E.4 Pemeliharaan Induk Ikan Mas
Jumlah induk ikan mas yang di pelihara sebanyak 12 calon induk dari hasil seleksi. Pemeliharaan calon induk ikan mas yang akan di kawinkan dari hasil seleksi yang telah di lakukan harus di sediakan tempat khusus seperti kolam pemeliharaan induk, di UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau memiliki 2 (Dua) buah kolam pemeliharaan induk, satu kolam untuk induk jantan dan kolam lainya untuk induk betina, dengan sisitem pengairanya secara pararel, kolam pemeliharaan induk menggunakan kolam tembok dengan maksud agar induk betina tidak teransang oleh bau sperma jantan.
Induk di beri pakan secara teratur 2 (dua) kali sehari (pagi dan sore) pagi pada jam 08.00 WITA dan sore pada jam 17.30 WITA sebanyak 2 % dari bobot total induk. dan pengontrolan kualitas air hanya pada parameter fisika dan kimia yaitu suhu, Do, dan pH dengan menggunakan Automatic Heater (Alat pengukur kualitas air) untuk mengetahui perubahan suhu, Do, dan PH air dalam kolam pemeliharaan induk dengan kisaran suhu antara 25-29 oC, Do antara 3,26-3,19 dan pH antara 6 -7.
E.5  Sumber Air dan Analisis Kulitas Air
Lokasi Pembenihan harus terdapat sumber air yang memenuhi syarat baik kualitas, maupun kuantitas sepanjang tahun. Sumber Air untuk pembenihan ikan dapat berasal dari saluran irigasi, sungai, waduk, air hujan, mata air, danau dan sumur. Sumber air dapat di alirkan melalui saluran air/pipa saluran secara gravitasi atau menggunakan pompa air ke kolam-kolam. Debit air yang baik untuk mengairi kolam antara 5-15 Liter/detik/ha dan mengalir sepanjang tahun ( Widiyati dan Prihadi, 1988).  Kriteria kualitas air yang  harus di perhatikan meliputi sifat Fisik dan kimia, seperti suspensi bahan padat, suhu, gas terlarut, pH, kadar mineral bahan beracun dan sebagainya.
        Menurut Kovari (1983), parameter yang harus di perhatikan dalam mengukur kualitas pada pembenihan ikan mencakup
1.Parameter Fisika
a. Suhu Air
        Suhu adalah Kapasitas Panas. penyebaran suhu dalam perairan dapat terjadi karena adanya penyerapan, angin, dan aliran tegak. di tinjau dari segi fisiologis, perubahan suhu air dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme pada ikan. di daerah sub tropis dan dingin, suhu air berkaitan erat dengan lama penyinaran mata hari, sehingga kedua faktor abiotik tersebut mempengaruhi proses biologi seperti pematanganan gonad, pemijahan, dan penetasan telur pada pembenihan ikan.pada praktek kerja lapangan  hasil pengukuran untuk suhu di kolam Pembenihan berkisar antara 25,5º-25,8ºC. karena menurut (Kovari, 1983) menyatakan bahwa kisaran suhu yang baik untuk pembenihan ikan adalah berkisar antara 25º - 30ºC jadi suhu untuk pembenihan di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau tergolong sangat baik untuk kegiatan pembenihan terutama pada pembenihan ikan mas.


b. Kecerahan Air
          Kecerahan air sangat erat hubunganya dengan adanya radiasi mata hari kecerahan air untuk pembenihan ikan mas di UPTD BBI Lokal kaliamok sangat baik karena selain di dukung dengan radiasi mata hari (penyinaran mata hari) sistem pengelolaanya terhadap kecerahan juga terus di perhatikan.Pada kolam pemijahan, kolam penetasan telur, dan kolam perawatan larva, kecerahan air harus diperhatikan dan di usahakan lebih dari 10% penetrasi mata hari sampai kedasar perairan. hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pembuahan telur, penetasan telur, dan kehidupan larva sebelum di pindahkan ke kolam pendederan. Air yang keruh apalagi yang disebabkan oleh lumpur akan menghambat sperma dalam membuahi telur saat terjadi pemijahan dapat membungkus telur sehingga akan tumbuh jamur menggangu proses penetasan telur serta akan menggangu pernafasan larva.
c.Warna Air
      Warna Air terdiri dari berkas cahaya yang di absorsi/diserap dari cahaya asal yang masuk kekolam.warna air juga di pengaruhi oleh warna lingkungan, warna langit, dasar perairan, dan warna sekelilingnya.Warna air dapat di kelompokan menjadi :
1.      Bahan terlarut (Protein, lemak , karbohidrat, dan perombakan ketiganya)
2.      Bahan yang melayang (yang hidup adalah fitoplankton, dan zooplankton dan yang mati adalah poluit.
Contoh Bahan yang melayang meliputi:
Tabel V. Pengelompokan Warna air berdasarkan jenis dan Penghuni
No
Penghuni
Warna Air
1
2
3
4
5
      Alga
      Diatom
      Zooplankton
      Bahan organic
      Humus
     Hijau
     Kuning kecoklatan
     Merah
     Coklat  tua
     Hijau atau kuning kecoklatan
          Sumber Kovari (1983)
Dalam usaha pembenihan ikan, yang sangat  perlu di perhatikan adalah warna air untuk beberapa kolam yang akan di fungsikan untuk berbagai kegiatan pembenihan Seperti untuk kolam pendederan, yakni warna yang optimal harus disesuaikan dengan ukuran benih. untuk benih yang masih berumur 1-15 hari/ukuran 1-3 cm, warna air harus hijau/tua, dan untuk benih yang berumur 16-25 hari/ukuran  3-5 cm, warna air harus coklat kemerahan.
2. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Keasaman air yang di sebut juga dengan pH (Puissance Negatif dengan Hidrogen ), dinyatakan dengan angka dari 1 sampai 14. pH adalah log 10 (1/ (H+), dimana (H) adalah konsentrasi ion hydrogen dalam nol perliter. dalam hal ini aspek yang diukur adalah kemampuan suatu larutan  air dalam memberikan ion hydrogen.
Nilai pH lebih rendah menunjukan keasaman yang lebih tinggi, sedangkan pada pH 7 larutan air berada dalam keadaan netral. pH yang optimal dalam pembenihan ikan adalah antara 6,7-8,2 dan hasil pengukuran pH di UPTD BBI Kabupaten Malinau khususnya pada pembenihan ikan mas dapat di katakan masih dalam keadaan yang optimal yaitu 6 -7. Menurut Kovari, (1983), bahwa tinggi rendahnya pH di pengaruhi tinggi rendahnya O2 ataupun CO2. Apabila O2 tinggi maka pH tinggi, sedangkan bila O2 rendah maka pH rendah. tetapi sebaliknya bila CO2  naik  maka  pH turun  karena  terjadi  perubahan  kimia.
b.Oksigen
Oksigen merupakan gas terpenting untuk respirasi dan metabolisme dalam tubuh ikan. konsentrasi oksigen dinyatakan dengan ppm (part per million). Dalam usaha pembenihan ikan, konsentrasi oksigen yang terlarut dalam kolam akan berkurang karena oksigen di gunakan untuk pernafasan ikan dan organism lainya serta untuk reaksi kima pada organik ( Kotoran ikan, sisa pakan, pembusukan tumbuhan dan hewan yang mati dan lain sebagainya.) akan tetapi penurunan konsentrasi oksigen ini diimbangi dengan penambahan oksigen dari hasil fotosintesis yang berlangsung pada siang hari dan dari proses pencampuran udara dengan air yang disebabkan oleh angin di permukaan.
Dan hasil dari pengukuran untuk mengetahui konsentrasi oksigen pada pembenihan ikan mas di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau sekitar 4-5 ppm  Kovari, (1983) mengatakan bahwa konsentrasi oksigen yang optimal dalam suatu usaha pembenihan ikan mas adalah 5 ppm. pada kolam pembenihan ikan dengan konsentrasi oksigen sebesar kurang dari 3 ppm akan berbahaya bagi benih ikan, dan bagi konsentrasi yang rendah pada kolam dapat di tingkatkan dengan menggunakan aerator ataupun dengan pemasangan kincir.
E.6 Pemijahan
Sistem reproduksi ikan terdiri dari alat kelamin, gonad, kelenjar hipofisa dan saraf-saraf yang berhubungan dengan perkembangan alat reproduksi. Reproduksi ikan dikendalikan oleh tiga sumber utam yaitu hipotalmus, hipofisa, dan gonad.
     Teknik Pemijahan yang di lakukan selama kegiatan (PKL) adalah pemijahan dengan alami dengan sistem sederhana. Induk ikan mas  jantan maupun induk betina di masukan kedalam kolam  Pemijahan,  kolam tembok yang di sediakan khusus pemijahan dengan ukuran kolam  pemijahan 6 m x 8 m x1,25 m.
 Induk jantan dan betina tidak akan di beri makan, karena selain mencemari  kualitas air dalam kolam pemijahan, dan pemberian pakan ini juga  dapat menyumbat alat reproduksi. Dan langkah-langkah pemijahan ikan mas di UPTD BBI Lokal Malinau adalah :
a.       Mengisi wadah pemijahan dengan air setinggi 75-100 cm

Gambar 4.1 Pengisian Air
b.      Memasang happa untuk mempermudah panen larva di bak atau di kolam yang  berukuran 4m  x  6m  x   1m.
Gambar 4.2 Pemasangan Happa

c.       Memasang kakaban di tempat pemijahan (dalam happa) dengan ukuran 1,5 x 0,4 m.
Gambar 4.3 Pemasangan Kakaban

d.        Kemudian induk Ikan Mas jantan dan betina di masukkan untuk siap pijah






Gambar 4.4 Pemasukan Induk
E.7 Perawatan Telur dan Larva
Di alam telah menjadi kebiasaan sebelum memijah ikan mas mencari tempat rimbun dengan tanaman air atau rumput-rumput yang menutupi permukaan air. Substrat-subtrat dapat merangsang pemijahan dan digunakan untuk meletakan telur-telurnya. Sifat telur ikan mas adalah melekat pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, bening, dan ukuranya bervariasi menurut umur dan bobot-bobot induk. Diameter telur ikan mas tersebut adalah 1,5-1,8 mm dengan bobot antara 0,17-0,20 mg.
Embiro akan tumbuh dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa antara 2-3 hari kemudian, telur-telur tersebut akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang relatif besar dan berfungsi sebagai makanan. Kantong kuning telur pada larva tersebut akan habis setelah 2-3 hari. Larva ikan mas biasanya menempel dan bergerak partikal. Ciri morfologinya adalah berukuran panjang antara 0,5-0,6 mm dan bobotnya antara 0,18-0,20 mg
Larva kemudian berubah menjadi benih (kebul) yang memerlukan makanan dari luar untuk kehidupannya pakan alami kebul terutama zooplankton. Jumlah pakan alami kebul tiap hari adalah sebanyak 60%-70% dari bobot badannya. Pada hari ke 3 setelah telur menetas atau setelah larva tidak menempel, kakaban diangkat.  Pemeliharaan larva dalam happa dilakukan selama 5 hari sebelum larva siap untuk ditebar ke kolam pendederan I. (Ir Abbas Siregar Djarijah .1995.) 
            Beberapa saat setelah menetas larva masih mendapatkan suplai makanan cadangan dari suspensi kuning telur dengan frekuensi 5 kali per hari (1 butir untuk 100.000 ekor larva). Dalam Effendie ( 1997) Larva yang telah berusia 7-10 hari telah memilki energy yang cukup kuat untuk berenang lebih aktif dan di anggap telah mampu mencari makanan sendiri. larva pada usia ini telah siap untuk di pindahkan.
Setelah tumbuh 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak. Burayak ini berukuran panjang antara1-3 cm dan berbobot antara 0,1-0,5 g. 2-3 minggu kemudian burayak berubah menjadi putihan. Putihan ini berukuran panjang 3-5 cm dan bobotnya antara 0,5-2,5 g. Putih secara alami tumbuh terus dan setelah 3 bulan menjadi gelondongan dengan bobot mencapai lebih dari 100g setiap ekor. Gelondongan tumbuh terus kemudian menjadi induk ikan. Setelah enam bulan, ikan jantan dapat mencapai 0,5 kg . Bobot 1,5 kg dapat dicapai oleh seekor ikan betina setelah mencapai umur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasan mengaduk- aduk dasar perairan untuk mencari makanan.
Dan pada Praktek Kerja Lapangan di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau Perawatan telur dan larva ikan mas hanya di arahkan pada pemberian pakan dan analisis kualitas airnya. Pada pemberian pakan tidak di perkenankan memberi makan pada larva yang baru menetas karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kantong kuning telur ( Yolk egg). Kemudian setelah persediaan makanan berupa kantong kuning telur habis, Benih dengan langsungnya di beri makanan berupa kuning telur rebus dan di lakukan berturut-turut selama 4 kali sehari dan setelah benih ikan mas berumur 6 hari happa di lepaskan kemudian Benih di pindah ke kolam pemeliharaan larva.  
E.8 Pencegahan Hama dan Penyakit
Agar induk dan benih ikan dalam keadaan sehat, maka perlu diadakanya upaya pencegahan penyakit dilakukan melalui perbaikan konstruksi kolam, perbaikan kualitas air, mengurangi padat tebar yang telah berlebihan, pemberian pakan yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Di UPTD BBI Lokal ada beberapa hama dan penyaklit yang menyerang ikan mas, hama dan penyakit selalu di waspadai dan segera di tanggulangi ataupun di brantas
 Beberapa Hama dan Penyakit yang biasa mengganggu produksi pembenihan ikan Di UPTD BBI Lokal Kaliamok Kabupaten Malinau.


Tabel VI. Jenis Hama yang biasa mengganggu produksi ikan di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau
No
Jenis Hama
Cara Penanggulangan
1.
2.
3.
4.
5.
Kodok
Ular
Elang
Ikan Gabus
Biawak
-          Membuang telur yang mengapung/Menangkap hidup
-          Menangkap
-          Mengusir jika terlihat ada
-          Memasang saringan pada pintu pemasukan
-          Menangkap dan mengusir jika terlihat
         Sumber UPTD BBI Kabupaten Malinau (2008)
Tabel VII. Jenis Penyakit yang biasa mengganggu produksi pembenihan ikan di UPTD BBI Lokal Kabupaten Malinau
No
Jenis penyakit
Cara Penanggulangannya
1.

2.
Cacing Insang, sirip, dan kulit
Kutu ikan
 (Argulosis)
-          Direndam pada larutan Methylene blue 3 grm/ selama 24 jam
-          Direndam dengan larutan garam dapur 20 grm/liter air selama 15 menit
         Sumber UPTD BBI Kabupaten Malinau (2008)








V.  KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja lapangan diperoleh kesimpulan bahwa manajemen pembenihan ikan mas memerlukan suatu persiapan yang khusus dan memadai sehingga di harapkan benih yang di hasilkan memiliki kualitas yang sangat baik. Persiapan tersebut di antaranya, sebagai berikut :
1.      Penyiapan kolam pemijahan meliputi : Pengeringan kolam, pemupukan, dan pengairan
2.      Seleksi dan pemeliharaan induk ikan mas yang terdiri atas induk jantan dan induk betina
3.      Sumber air yang di gunakan dalam kolam- kolam pemijahan. Sumber air ini harus memenuhi syarat baik kualitas maupun  kuantitas.
4.      Proses pemijahan, dan
5.      Perawatan telur dan larva  harus memperhatikan kualitas air dan cara pemanenan telur sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam pemanenan telur yang dapat berakibat pada daya tetas telur yang rendah.
6.      Pencegahan dan Penanggulangan hama dan penyakit  
B.  Saran
Uji coba yang lebih baik lagi dalam proses pemijahan dengan menggunakan Striping, penggunaan metode ini di harapkan akan memperoleh hasil yang baik.








DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.1981. Pedoman/Standar Balai Benih Ikan. Direktorat jenderal Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta. 25 hlm
Ardiwinata,R.O. 1981. Pemeliharaan Ikan Mas, Bandung: Sumur Bandung.
Jakarta : Penebar Swadaya.Widiyati, A dan Prihadi,T.H.1988. Pemilihan Lokasi Untuk Budidaya Perikanan Air Tawar.Balai Penilitian Perikanan Air Tawar. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Lingga, Pinus, Ikan Mas Kolam Air Deras, Jakarta:Penerbit Penebar Swadaya cetakan II,1987
Mulyadi Sukma, Ondi dan Maman Tjarmana, Budidaya Ikan Mas, Nila, Tawes, Gurame Jakarta:Penerbit CV Yasaguna Cetakan 7,1990
Rukmana, Rahmat. 1991.  Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari 1991. 5 hal
Susanto, H dan Heru, B 1987. Budidaya Ikan di pekarangan, Cetakan I, Penerbit Penebar Swadaya Jakarta
Soeseno, Slamet, Dasar-dasar Perikanan Umum Untuk Sekolah pertanian Pembangunan, Jakarta: Penerbit CV Yasaguna Cetakan 11 , 1984.
Santoso, Budi. 1993. Petunjuk praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta : Kanisius.
Widiyati, A dan Prihadi,T.H.1988. Pemilihan Lokasi dan Rancangan Bangun Pembenihan  Ikan  Untuk Budidaya Perikanan Air Tawar.Balai Penilitian Perikanan Air Tawar. Bada Litban Pertanian. Bogor. 15 hlm